Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Idap Penyakit Langka, Saudari Eks PM Singapura Lee Hsien Loong Meninggal Dunia
9 Oktober 2024 13:55 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Lee Wei Ling, saudari eks Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong ,meninggal dunia pada usia 69 tahun. Lee saat ini menjabat Menteri Senior setelah lengser dari kursi PM.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Ling yang mengidap penyakit langka progressive nuclear palsy sejak 2020 ini meninggal dunia di rumahnya, Rabu (9/10).
Baik Lee Wei Ling dan Lee Hsien Loong adalah anak dari bapak bangsa Singapura, Lee Kuan Yew. Keduanya sempat berebut rumah warisan dari orang tuanya, di Oxley Road, setelah Lee Kuan Yew meninggal pada 2015 lalu.
Lee menulis pada Facebooknya bahwa ia tak punya dendam pada Ling atas konflik yang terjadi.
"Saya tak punya dendam, dan terus melakukan apa saja yang saya bisa untuk kesejahteraan Ling," tulis Lee.
Lee mengenang saudarinya sebagai petarung yang tangguh dan selalu memperjuangkan hak-hak mereka yang tertindas.
"Ia sangat loyal pada temannya, punya rasa simpati dengan mereka yang terpinggirkan, dia akan aktif memperjuangkan pihak-pihak yang diperlakukan tak adil," ucap Lee.
ADVERTISEMENT
Sekilas Lee Wei Ling
Ling lahir pada 7 Januari 1955 di Singapura. Ia adalah salah satu pendiri Singapore National Neuroscience Institute, dan jadi direktur di sana selama 11 tahun.
Ia juga menjadi kolumnis bagi koran lokal Singapura, The Strait Times. Ling tak menikah, ia tinggal bersama kedua orang tuanya sampai mereka wafat.
Lee mengenang Ling yang mendiagnosis dirinya sendiri mendahului para dokter.
"Ling menerimanya (penyakit) dengan tabah. Itu adalah hal yang harus ia terima, ia tahu, dan berbuat sebaik mungkin seiring kesehatannya yang terus memburuk," tulis Lee.
Ketika mengabarkan penyakitnya pada 2020, Ling menulis:
Reaksi saya yang paling pertama soal berita itu adalah 'ren', dalam bahasa China berarti bertahan. Dalam aksara China, bentuknya seperti pisau di atas hati. Saya telah menerapkan 'ren' sejak sekolah, dan meyakini bahwa kehidupan banyak menyimpan ketidaknyamanan dan situasi yang tak bisa dihindarkan.
ADVERTISEMENT