Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
14 Ramadhan 1446 HJumat, 14 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Indonesia Perlu Banyak Pemimpin Seperti Mar'ie Muhammad
11 Agustus 2017 5:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB

ADVERTISEMENT
Publik mengenal Mar'ie Muhammad dengan sebutan 'Mr Clean'. Birokrat berintegritas tinggi, tampaknya layak disematkan ke Mantan Menteri Keuangan Kabinet Pembangunan VI periode 1993--1998 itu.
ADVERTISEMENT
Mar'ie meninggal dunia pada Desember 2016. Namun, pemikirannya masih berada di pusaran kekuasaan hingga akhir hayatnya, akan selalu melekat dan patut diteladani.
Pemikirannya yang pernah ia tuangkan dalam tulisan, kini sudah dikumpulkan ke sebuah buku, berjudul "Ekonomi, Korupsi, dan Harkat Bangsa: Pikiran dan Sikap Birokrat Negarawan".
Ketua Institut Harkat Negeri (IHN) Sudirman Said mengatakan, butuh belasan tahun hingga buku itu lahir dan diterbitkan, sampai Pak MM--sapaan Mar'ie oleh para kerabatnya-- merestuinya di penghujung hidup.
"Dari usia beliau masih 65 tahun, kita usulkan untuk menerbitkan buku itu namun beliau tidak bersedia," ujar Sudirman kepada kumparan (kumparan.com) usai acara peluncuran buku Mar'ie Muhammad di Graha CIMB Niaga, Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (10/8).
ADVERTISEMENT
"Saat 70 tahun juga tidak bersedia, prosesnya sudah lama, beliau tidak izinkan. Akhirnya kita simpan, barulah sekarang diterbitkan," imbuhnya.
Buku setebl 428 halaman ini terdiri dari 8 bab. Kita akan menemukan portrait hitam-putih wajah Mar'ie di sampul depan, seakan menampilkan sosoknya yang tegas dan sederhana.
Di akhir bab, terdapat kumpulan tulisannya berjudul 'Catatan untuk Sahabat', berisi pesan untuk beberapa tokoh seperti Cak Nur, Try Sutrisno, dan Akbar Tanjung.
Sudirman mengatakan, Mar'ie adalah orang yang kaya wawasan seputar isu ekonomi, politik, hingga kenegaraan.
"Dia sebagai seorang senior wawasannya luas sekali, beliau, saya apresiasi banyak mengetahui isu, mulai ekonomi, perbankan, krisis waktu zaman itu sampai urusan politik dan kenegaraan," kenang Sudirman.
ADVERTISEMENT

Sudirman berpendapat, sosok pemimpin seperti Mar'ie dirasa perlu ada di semua level kepemimpinan tanah air. Sebab menurutnya, pemimpin seperti Mar'ie terbukti mampu melakukan perubahan dan memberikan inspirasi untuk perbaikan.
"Kita harus perbanyak sosok pemimpin bersih di semua level, di semua sektor. Pemimpin yang jujur, kompeten dan berani melakukan terobosan mampu melakukan perubahan untuk perbaikan," kata Sudirman.
Di lokasi yang sama, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshidiqie ikut meneladani Mar'ie. Dia juga membandingkan sosok Mar'ie dengan pemimpin yang dikenal hanya karena sering disorot media.
"Kejujuran, kesederhanaan, kompetensi seorang pemimpin sangat penting. Jangan mudah terpesona dengan pemimpin hasil polesan media. Pemimpin yang tiba-tiba muncul. Yang tidak jelas rekam jejaknya," kata Jimly dalam sambutannya.
ADVERTISEMENT
Mar'ie, di mata Jimly, adalah sosok pemimpin luar biasa. Dia hanya mengambil apa yang menjadi haknya, dan tidak dilebih-lebihkan. Sebaliknya, dia melaksanakan kewajibannya yang justru melebihi porsinya.

"Inilah yang menjadikan sosok Mar'ie bisa bertahan dan terus menapaki jenjang birokrasi dari level rendahan sampai level tertinggi," ujar Jimly.
Mar'ie meniti karir birokrasi di Departemen Keuangan mulai dari pegawai rendahan. Kariernya terus menanjak hingga ia dipercaya menjadi menteri.
"Saya rasa mungkin belum ada contohnya pegawai yang tumbuh dari bawah sampai jadi menteri. Itu karena dia profesional dan memberi manfaat," ujar Jimly.
Acara peluncuran buku Mar'ie berlangsung hangat. Istri Mar'ie, Ayu Resmijati, tak kuasa menahan rasa harunya, saat mengetahui tulisan hebat suaminya dibukukan.
ADVERTISEMENT
Acara ini turut dihadiri sejumlah tokoh, antara lain Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode Muhammad Syarief, mantan Komisioner KPK Chandra Hamzah, dan sastrawan Taufik Ismail.