Inggris Kritik Kebijakan Trump soal Pembatasan Bagi 7 Negara

29 Januari 2017 11:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Theresa May, berkunjung ke Turki. (Foto: Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Theresa May, berkunjung ke Turki. (Foto: Getty Images)
Pembatasan imigrasi kepada pengungsi dan pengunjung dari tujuh negara Muslim yang diterapkan Presiden Trump menuai protes dari banyak pihak. Perdana Menteri Inggris, Theresa May, yang baru-baru ini diterima oleh Presiden Trump di Gedung Putih juga mengkritik.
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungannya ke Turki, May ditanya wartawan tiga kali untuk mengomentari kebijakan Trump yang memungkinkan para pengungsi selama empat bulan dilarang ke AS. Selain itu, para pengunjung dari tujuh negara mayoritas Muslim juga dilarang masuk ke AS dengan alasan melindungi AS dari kekerasan berbau Islam.
Atas pertanyaan itu, May hanya menyebut bahwa Washington bertanggung jawab terhadap kebijakan yang dikeluarkannya terhadap pengungsi.
Keluarga dari Timur Tengah tiba di Bandara JFK. (Foto: Andrew Kelly/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga dari Timur Tengah tiba di Bandara JFK. (Foto: Andrew Kelly/Reuters)
Namun setelah dia pulang ke Inggris, juru bicara Kantor Perdana Menteri Inggris mengeluarkan statemen yang lebih tegas, yang pada intinya tidak setuju terhadap kebijakan Trump.
"Kebijakan imigrasi di Amerika Serikat adalah masalah bagi pemerintah AS, sama seperti kebijakan imigrasi negara ini yang harus ditetapkan oleh pemerintah kita," kata juru bicara tersebut.
ADVERTISEMENT
"Tapi kami tidak setuju dengan cara semacam itu dan hal itu bukan salah satu cara yang akan kami ambil. Kami sedang pelajari perintah eksektif ini untuk melihat apa ada efek hukum yang memiliki konsekuensi khusus bagi warga Inggris," lanjut dia.
Wanita Timur Tengah di Bandara JFK. (Foto: Andrew Kelly/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Wanita Timur Tengah di Bandara JFK. (Foto: Andrew Kelly/Reuters)
Kebijakan Trump itu menuai kotroversi dan juga kekacauan serta mengundang kecaman dari sekutunya di Barat, yaitu Prancis dan Jerman. May merupkan pemimpin negara pertama yang bertemu Trump setelah dilantik menjadi Presiden ke-45 AS.
Saat itu, kedatangan May ke AS menuai respons positif untuk merevitalisasi hubungan khusus antara AS dan Inggris.
Tanggapan May di Turki yang tidak tegas memicu kritik dari partainya. "Trump benar-benar merupakan orang yang memuakkan," kata Sarah Wollaston, anggota Partai Konservatif May di Twitter.
ADVERTISEMENT
Anggota parlemen Inggris dari Partai Konservatif, Nadhim Zahawi, mengaku dirinya akan dilarang masuk ke AS karena dirinya berasal dari Irak akibat kebijakan Trump itu.
"Sebuah hari yang menyedihkan bagi saya merasakan seperti warga kelas dua. Ini hari sedih untuk Amerika Serikat," cuit Nadhim Zahawi.