Inggris Selidiki Klaim Kejahatan Perang oleh Pasukannya di Afghanistan

16 Desember 2022 10:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tentara Inggris saat patroli di Lashkar Gah, provinsi Helmand, Afghanistan. Foto: John D Mchugh/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Inggris saat patroli di Lashkar Gah, provinsi Helmand, Afghanistan. Foto: John D Mchugh/AFP
ADVERTISEMENT
Inggris mengumumkan pembentukan tim penyelidikan independen untuk menyelidiki tuduhan bahwa tentaranya melakukan pembunuhan di luar hukum di Afghanistan pada Kamis (15/12).
ADVERTISEMENT
Pada awal tahun ini, BBC mengeklaim komando korps elite Special Air Service (SAS) membantai puluhan orang Afghanistan.
Penyelidikan yang diketuai hakim senior Charles Haddon-Cave akan dimulai pada awal 2023. Pihaknya akan mengusut dugaan pelanggaran dari pertengahan 2010 hingga pertengahan 2013.
Tim tersebut akan turut menyelidiki tanggapan Kementerian Pertahanan Inggris terhadap kekhawatiran yang diangkat tentang perilaku para tentara selama di Afghanistan.
"Bila ada pelajaran lebih lanjut untuk diambil, kami mempertimbangkannya sepenuhnya untuk memastikan semua tuduhan ditangani dengan tepat dan setara," jelas Menhan Inggris, Ben Wallace, dikutip dari AFP, Jumat (16/12).
"Kami akan memastikan memastikan personel kami terlindungi dari penyelidikan ulang yang tidak perlu," tambah dia.
Wallace menerangkan, Kemhan Inggris telah melakukan sejumlah perubahan untuk menangani tuduhan pelanggaran serius, termasuk dengan membentuk Defence Serious Crime Unit (DSCU).
ADVERTISEMENT
Tentara Inggris saat patroli di Lashkar Gah, provinsi Helmand, Afghanistan. Foto: John D Mchugh/AFP
BBC meluncurkan investigasi terkait selama empat tahun. Pihaknya mengidentifikasi 54 orang yang ditembak mati secara mencurigakan oleh satu unit SAS selama operasi enam bulan di Provinsi Helmand di Afghanistan selatan dari November 2010 hingga Mei 2011.
Dalam penggerebekan malam hari, orang-orang tak bersenjata kerap ditembak pasukan SAS di Afghanistan. Tentara lalu menanamkan senjata pada mereka untuk merekayasa peristiwa tersebut.
Sejumlah perwira senior diyakini mengetahui adanya kekhawatiran tentang operasi SAS, termasuk Jenderal Mark Carleton-Smith yang saat itu mengepalai Pasukan Khusus Inggris.
Namun, mereka tidak melaporkannya kepada polisi militer. Undang-undang menyatakan kegagalan seorang komandan untuk melaporkan potensi kejahatan militer sebagai pelanggaran pidana.
Kemhan Inggris sempat menyebut penyelidikan sebelumnya tidak menemukan cukup bukti untuk mengajukan tuntutan.
ADVERTISEMENT
Kabar mengenai penyelidikan mendatang lantas disambut keluarga delapan korban—termasuk tiga anak laki-laki—dari dua serangan terpisah pada malam hari antara 2011 dan 2012.
"Keluarga saya telah menunggu sepuluh tahun untuk mencari tahu mengapa ini terjadi," ungkap seorang anggota keluarga, Noorzai.
"Kami senang akhirnya setelah bertahun-tahun seseorang akan menyelidiki ini secara menyeluruh. Kami hidup dengan harapan bahwa mereka yang bertanggung jawab suatu hari akan dimintai pertanggungjawaban," sambungnya.