Inggris Sudah Catat Hampir 25 Ribu Kasus Omicron, Naik 10 Ribu dalam Sehari

18 Desember 2021 23:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga mengenakan masker berjalan di Jembatan London, London, Inggris, Selasa (5/1). 
 Foto: Henry Nicholls/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga mengenakan masker berjalan di Jembatan London, London, Inggris, Selasa (5/1). Foto: Henry Nicholls/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus COVID-19 di Inggris melonjak tajam akibat varian Omicron. Kasus varian Omicron yang dikonfirmasi berjumlah 24.968 per 17 Desember 2021 pukul 18.00 waktu Inggris, atau naik 10 ribu kasus dalam 24 jam terakhir.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kematian akibat varian ini pun bertambah 7 orang. Jumlah pasien yang dirawat juga meningkat, dari 65 menjadi 85 pasien dalam sehari.
Melihat situasi yang terus memburuk, Wali Kota London Sadiq Khan mendeklarasikannya sebagai 'insiden besar'. Hal ini dilakukan untuk membantu rumah sakit di London dalam mengatasi lonjakan kasus akibat varian Omicron yang menyebar begitu cepat.
Khan mengambil langkah tersebut sehingga koordinasi bisa lebih cepat, mengingat Inggris pada Jumat (17/12) kemarin mengalami penambahan kasus harian hingga 93 ribu pasien dalam sehari. Hal ini membuat rumah sakit dan tenaga kesehatan kolaps.
Warga mengenakan masker menaiki kereta bawah tanah di London, Inggris, Selasa (5/1). Foto: Hannah McKay/REUTERS
"Jadi saya mengambil keputusan dengan berkonsultasi dengan mitra kami untuk menyatakan insiden besar hari ini," ucap Khan, dikutip dari Reuters, Sabtu (18/12).
ADVERTISEMENT
Saat ini, varian Omicron diprediksi telah menyumbang lebih dari 80 persen kasus baru COVID-19 di Inggris.
Rencananya, Perdana Menteri Boris Johnson akan memimpin pertemuan komite darurat akhir pekan ini. Para menteri rencananya diberikan pengarahan tentang data terbaru keadaan COVID-19 di Inggris Raya.
Bahkan surat kabar The Times melaporkan tak menutup kemungkinan para pejabat sedang mempersiapkan aturan baru. Seperti misalnya, melarang perkumpulan di dalam ruangan, membatasi layanan di pub dan restoran, hingga pertemuan di luar ruangan maksimal enam orang.
"Tetapi para menteri belum secara resmi mempertimbangkan rencana tersebut," tutup surat kabar The Times.