Ismail Fahmi: Muslim Cyber Army Lahir Organik dan Natural

15 Maret 2018 19:36 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Muslim Cyber Army sampai saat ini belum hilang dari perbincangan hangat publik. Puncak kegaduhan soal jaringan ini muncul ketika aparat Kepolisian menangkapi sejumlah anggota intinya dengan tudingan telah menyebarkan berita bohong (hoaks) secara masif di media sosial sehigga menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Jaringan MCA jelas bukan nama baru di Indonesia. Dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017 ia menjadi bantuan penting bagi Anies Baswedan-Sandiaga Uno untuk mengalahkan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.
Pakar media sosial yang juga pendiri PT Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, memaparkan pengamatannya soal MCA di kediamannya, Jakarsa, Jakarta Selatan. Berikut petikan berbincangannya dengan kumparan:
Ismail Fahmi (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
Apa itu MCA dan bagaimana riwayatnya?
Dari pantauan saya, MCA itu sebetulnya tidak terlalu terstruktur. Mereka dibangkitkan oleh semangat, ajakan dari Habib Rizieq dan FPI untuk melakukan jihad cyber. Pertanyaannya: kenapa sampai mereka merespons dan kenapa Rizieq mengajak seperti itu?
Dari data pemantauan saya, MCA itu lahir secara organik dan natural. Dan memang ada event-event yang mendahului dan memicu kelahiran MCA sehingga menjadi gerakan, jaringan, kesamaan ideologi yang jauh lebih terorganisir aksinya, pelatihan-pelatihannya, dibanding sebelumnya. Yang paling dekat itu aksi 411.
ADVERTISEMENT
Saya gambarkan apa yang terjadi di Twitter sebelum aksi 411, karena itu memperlihatkan bagaimana proses penggalangan massa.
Proses penggalangan massa di medsos. (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
Dari data, yang menjadi sentral adalah DPP FPI dan Habib Rizieq. Tapi sebelum-sebelumnya, FPI dan Habib Rizieq memang menjadi sentral yang menyatukan semua organisasi yang punya semangat sama (menentang penista agama).
Sebelum Aksi 212, mereka (MCA) juga melakukan penggalangan (massa). Nah, setelah 212, MCA baru muncul melalui ajakan Habib Rizieq aksi untuk perang siber.
Cara komunikasi di media sosial itu sebuah ide--dengan pengikut berdasarkan ideologi, agama yang sama, dan (jumlah) begitu masif yang sebelumnya pernah dikumpulkan di Monas. Ajakan Rizieq (untuk perang siber) disambut luar biasa.
Udah enggak perlu duit lagi kalau kayak gitu. Semua sudah menyambut dan bergerak dengan kemampuannya masing-masing. Mulai dari ibu rumah tangga sampai hacker.
Dari Mana Datangnya MCA? (Foto: Lidwina Win Hadi/kumparan)
Ada value yang berbeda di antara aktivis MCA. Ada yang mempromosikan MCA secara terbuka, seperti aktivis yang mengaku MCA di Twitter, misalnya akun @mustafanahra yang sering menjadi wakil juru bicara MCA. Ada juga yang bergerak di bawah tanah (underground). Nah, mereka ini value-nya berbeda. MCA bawah tanah ini value-nya yang penting jihad. Bisa jadi dia enggak ngerti ideologi dan dia bilang MCA itu berdasarkan Al-Quran dan hadis.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, yang menjadi problem kita selama ini adalah kontennya jadi masuk ke hoaks, kadang-kadang fitnah terus hate speech. Saya enggak tahu apakah itu menjadi sangat dominan dan mewarnai percakapan karena kebencian atau kekesalan dengan pemerintah. Nah, ini yang menjadi masalah.
Jadi kalau kita lihat seperti apa struktur MCA, itu beragam, dan saya enggak bisa lihat data struktur pusat sampai masing-masing (daerah). Jadi ini bergerak dengan semangatnya sendiri-sendiri.
Habib Rizieq. (Foto: Reuters/Beawiharta)
Saat ini apakah Rizieq masih punya peran sentral?
Mari kita lihat tanggal 26 Februari 2018 sebelum penangkapan (admin MCA), mereka (anggota jaringan MCA) ngobrolin apa. (Akun) @gemacan adalah salah satu pentolan MCA di Twitter. Dia bicara ini: Kalian setuju tidak MCA membuat aplikasi setara FB untuk dakwah khusus umat Islam di indonesia? Punya server sendiri, dan seterusnya, seperti China kan bikin WeChat sendiri. Facebook enggak bisa di sana (China).
ADVERTISEMENT
Nah, tanggal 27 ini yang menarik. Harusnya mereka kan langsung tiarap. Pentolannya, adminnya ini semua kena (ketangkap polisi), tapi (mereka) enggak (takut), malah bangkit di situ. Kalau lihat di data saya, tanggal 27 Februari itu enggak muncul akun FPI atau Habib Rizieq. Yang muncul adalah aktivis atau akun-akun seperti netizen yang sudah terbiasa mengatasnamakan diri sebagai MCA.
Pas hari H, akun-akun (di Twitter) yang selama ini pro-MCA pada muncul dan enggak turun. Kenapa? (Karena) mereka tidak merasa sejenis seperti MCA yang ditangkap (MCA penyebar hoaks di Facebook).
Jaring Muslim Cyber Army (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
Nah, begitu ada krisis, sosok Habib muncul lagi. Habib Rizieq ini bilang kepada segenap MCA untuk terus gaungkan kebeneran, terus gemakan kebenaran, jangan pernah berhenti. (Ia bilang), “Ingat, MCA itu melawan fitnah, bukan membuat fitnah.” Enggak tahu ini memutarbalikkan fakta atau apa, tapi ini adalah satu kontranarasi. Kemudian MCA itu (bersikap) melawan kebohongan, bukan membuat kebohongan.
ADVERTISEMENT
Benar atau enggak, apakah itu sesuai kenyataan atau enggak, tapi ini cara mereka membangkitkan moral sehingga bangkit lagi, bersatu lagi, bukannya down saat itu, (tetapi) bangkit. (Mereka berpikir), “Oh iya, pimpinanku sedang mengajak.”
Jadi kalau saya lihat, sosok Habib (Rizieq) itu masih cukup sentral pada saat-saat krisis. (Ia) dibutuhkan.
Statistik Pengguna Facebook di Indonesia (Foto: Statista)
Kenapa Facebook dijadikan platform penyebaran hoaks?
Karena Facebook itu sifatnya tidak seterbuka Twitter. Penggunanya banyak dan kalau kita bikin Facebook page, pengikutnya bisa ratusan ribu.
Posting satu saja, dalam satu jam itu sudah luar biasa. Diviralkannya jauh lebih mudah. Jadi mereka kalau mau ada konten-konten, mending taruh di Facebook. Makanya kalau ada hoaks, mudah sekali taruh di Facebook.
Kalau anggota MCA di Twitter aktivitasnya seperti apa?
ADVERTISEMENT
Kalau di Twitter lebih disatukan oleh isu. Begitu ada isu tertentu, mereka kan dari macam-macam organisasi, baik organisasi keagamaan atau apalah itu, ada semua di situ. “Lagi ada isu apa sih yang ramai?” Tanpa perlu dibayar, tapi kesamaan ide. Kalau dilihat dari pola gambaran orang dan seterusnya, banyak itu yang sifatnya natural, organik, dan sukarela.
Katanya MCA didanai, menurut Anda?
Ini yang perlu kita perjelas. Misalnya saat pilkada, contoh saja dulu ini ya, biar kita lihat jelas sumber pendanaan itu kayak apa. Soal pendanaan itu, ini gambar setelah nama MCA muncul sekitar bulan Februari 2017. Jadi saat pilkada. Dan di pilkada itu wajar sekali ada yang namanya pendanaan tim untuk menggerakkan tim analis, strategi, dan operational action.
Ismail Fahmi (Foto: Ardhana Pragota/kumparan)
Ini butuh duit semua dalam pilkada. Contoh ini dari grup pro-Ahok, ada Jasmev (Jokowi-Ahok Social Media Volunteer) yang sebelumnya masih terus membantu Ahok-Djarot (dalam pilkada).
ADVERTISEMENT
Ada pendanaan siapa yang ngatur strategi, enggak gratis itu. Lingkaran berikutnya paling bawah (relawan) itu udah enggak perlu dibayar lagi, tetapi strategi isu apa yang mau dibuat, materielnya apa perlu dana, perlu orang yang dedicated terus-menerus, yang kerjaannya enggak ada yang lain kecuali itu.
Sementara yang retweet-retweet itu ya mungkin simpatisan yang enggak dibayar. Nah, ini kan pendanaan bisa dimungkinkan dalam waktu pendek. Hal yang sama dilakukan di akun AHY-Sylvi, Anies-Sandi. (Memang) ada tim pemenangan gratis? Ya enggak.
Nah kemudian ini MCA, dari dulu sampai sekarang grafik dia selalu naik-turun sesuai momen. (Begitu) demo Islam langsung tinggi. Siapa yang bayarin segitu besar? Mungkin ada yang biayain dari belakang, tapi karena sifatnya, relawannya, dan tokoh sentralnya Habib (Rizieq), jadi sangat kuat. Tanpa biaya pun jalan.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi media sosial. (Foto: Lidwina Win Hadi/kumparan)
Menurut Anda, bagaimana MCA ke depannya?
Ini lebih ke saran sebenarnya. Saran saya buat MCA yaitu jadikanlah momen (penangkapan) ini untuk bersih-bersih. Kita itu bisa melakukan kampanye, memenangkan pertempuran dengan cara baik. Tidak menggunakan fitnah, tapi menggunakan kritik.
Kritik program misalnya pembangunan insfratruktur. Kalau mereka ada yang ngerti salahnya di mana, tunjukkan salahnya, jadi publik itu lebih cerdas. Jadi ini momen untuk menghindari (hoaks), disetop ketika ada fitnah semacam ini. MCA harus jadi pusat tabayun.
Bikin forum tabayun dalam Facebook Page. Kalau enggak, sampai kapan umat dibodohi terus sama mereka yang hanya bisa membuat konten-konten negatif.
ADVERTISEMENT
------------------------
Ikuti isu mendalam lain dengan mengikuti topik Ekspose di kumparan.