Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Israel dan Palestina Bertikai Saat Pertemuan Darurat PBB
6 Januari 2023 14:10 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dewan beranggotakan 15 negara tersebut membahas kunjungan yang telah membuat warga Palestina naik pitam di markas besar PBB di New York. Pertemuan darurat ini dilaksanakan menyusul permintaan dari Uni Emirat Arab (UEA) dan China.
Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, mendorong DK PBB mengambil tindakan terhadap Israel atas tindakan provokatif Ben-Gvir. Ini bukan pertama kalinya dia menarik sorotan internasional.
Ben-Gvir terkenal karena kerap membuat hasutan rasis terhadap orang Arab, menentang negara Palestina, serta memimpin penyerbuan para pemukim ke kompleks Masjid al-Aqsa dan lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang diduduki Israel.
"Batas apa yang Israel perlu lewati agar Dewan Keamanan akhirnya mengatakan, cukup sudah?" tanya Mansour kepada para anggota DK PBB, dikutip dari AFP, Jumat (6/1).
Palestina menggambarkan kunjungan menteri sayap kanan baru itu sebagai provokasi yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Israel. Mansour menyebut Israel telah melakukan penghinaan mutlak.
ADVERTISEMENT
Tempat tersuci ketiga Islam setelah Makkah dan Madinah ini juga dipuja orang Yahudi yang menyebutnya sebagai Temple Mount.
Kelompok sayap kanan Israel lantas berusaha mengubah status quo dan mengizinkan ibadah orang Yahudi di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Mereka turut menyerukan agar sebuah kuil Yahudi dibangun untuk menggantikan bangunan Masjid Al-Aqsa. Kendati demikian, Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, menyebut sesi darurat tentang provokasi terbaru ini 'menyedihkan' dan 'tidak masuk akal'.
Menjelang pertemuan, Erdan menyebut dia meyakini bahwa sama sekali tidak ada alasan untuk mengadakan sesi tersebut.
"[Kunjungan Ben-Gvir] sejalan dengan status quo dan siapa pun yang mengeklaim sebaliknya hanya akan memanaskan situasi," ujar Erdan.
ADVERTISEMENT
"Untuk mengeklaim bahwa kunjungan singkat dan benar-benar sah ini harus memicu sidang darurat Dewan Keamanan adalah hal yang menyedihkan," tambahnya.
Perlunya Status Quo Dipertahankan
Walau tidak mengambil tindakan apa pun, anggota lainnya menyuarakan keprihatinan dan menekankan perlunya mempertahankan status quo di kompleks Masjid al-Aqsa.
Pemerintah Barat memperingatkan, tindakan seperti itu mengancam aturan rapuh yang berlaku di tempat-tempat suci Yerusalem.
Seorang pejabat senior urusan politik PBB, Khaled Khiari, turut menggarisbawahi bahwa perjalanan Ben-Gvir adalah kunjungan pertama seorang menteri kabinet Israel ke situs tersebut sejak 2017.
"Meskipun kunjungan itu tidak disertai atau diikuti dengan kekerasan, hal itu terlihat sangat menghasut mengingat advokasi Ben-Gvir di masa lalu untuk perubahan status quo," kata dia, dikutip dari Al Jazeera.
ADVERTISEMENT
Ben-Gvir pernah menyerukan untuk mengakhiri larangan ibadah Yahudi di Masjid Al-Aqsa. Komitmennya pada masalah ini redam sejak dia bersekutu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Tetapi, anggota lain dari partainya masih menganjurkan langkah itu.
Mesir, Yordania, UEA—yang memiliki perjanjian damai dengan Israel—telah mengutuk 'penyerbuan' Al-Aqsa oleh Ben-Gvir.
Yordania bahkan memanggil Dubes Israel di Amman. Pihaknya mengatakan, kunjungan itu telah melanggar hukum internasional dan status quo bersejarah di Yerusalem.
Arab Saudi juga melontarkan kritik terhadap Ben-Gvir.
"AS menentang setiap dan semua tindakan sepihak yang menyimpang dari status quo bersejarah, yang tidak dapat diterima," tegas Dubes AS untuk PBB, Robert Wood.
ADVERTISEMENT
"Kami mendesak Israel dan Palestina untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memulihkan ketenangan, mencegah hilangnya nyawa lebih lanjut dan menjaga kemungkinan solusi dua negara," pungkas dia.