Istri Terduga Teroris Jefri Sempat Diusir Warga Indramayu

20 Februari 2018 13:59 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Terduga teroris M Jefri. (Foto: Dok.Ardilla Sholihatun Nisa)
zoom-in-whitePerbesar
Terduga teroris M Jefri. (Foto: Dok.Ardilla Sholihatun Nisa)
ADVERTISEMENT
Detasemen Khusus (88) Mabes Polri menangkap terduga teroris Muhammad Jefri (31) di Indramayu, Jawa Barat, Rabu (7/2). Namun, beberapa hari setelah ditangkap, Jefri meninggal dunia. Dalam keterangannya, polisi menyebut, berdasarkan hasil autopsi, Jefri tewas akibat serangan jantung.
ADVERTISEMENT
Pernyataan polisi tentu dibantah oleh Ardilla Sholihatun Nisa (18), istri Jefri. Ardilla meyakini suaminya tak memiliki riwayat penyakit apapun. Hingga kini, Ardilla menganggap kematian Jefri teramat janggal.
Ardilla mengungkapkan, selain kekecewaannya akan kematian Jefri, mereka sekeluarga kerap diterpa musibah lain. Ardilla mengaku, imbas dari penangkapan Jefri, mereka sekeluarga sempat diusir oleh warga setempat.
"Kejadiannya hari Sabtu (17/2), sekitar habis Ashar ada warga lumayan banyak, mereka datang dengan penuh arogan bilang bahwa kami harus pergi dari sini, mereka bilang 'usir, usir" ujar Ardilla kepada kumparan, saat dihubungi via aplikasi pesan WhatsApp, Selasa (20/2).
Untung saja, kata Ardilla, ada seseorang yang menengahi perselisihan tersebut. Orang itu meminta warga setempat untuk memberikan Ardilla sekeluarga waktu tenggat selama beberapa bulan.
ADVERTISEMENT
"Lalu datang seperti orang yang dituakan di sini. Dia menenangkan warga untuk sementara. Dia bilang ke warga kasih waktu untuk siap-siap dulu. Akhirnya warga percayakan kami pada dia. Lalu dia buat janji bahwa nanti setelah Magrib silakan warga datang ke rumahnya untuk bicara apa yang mereka inginkan," tutur Ardilla.
Namun, beberapa jam setelahnya, warga dari dua desa lainnya, yaitu Desa Mekarjati dan Cipancuh, mendatangi rumah Ardilla. Mereka meminta Ardilla sekeluarga pergi dari daerah itu sesegera mungkin.
"Sebelum Magrib jam 17.00 WIB datang lagi warga, yang lebih banyak dari yang pertama. Yang mereka katakan sama, intinya mereka ngusir kita. Mereka bilang, mereka enggak mau bahwa desanya atau daerahnya tercemar, mereka enggak mau kalau itu disebut 'sarang teroris', padahal kan baru terduga," tutur Ardilla.
ADVERTISEMENT
"Lalu orang yang dituakan oleh warga itu datang lagi, dan cepat-cepat menenangkan warga. Dia bilang hal yang sama seperti yang dia katakan pada warga yang pertama," sambungnya.
Setelahnya, orang itu menemui kedua orang tua Ardilla. Usai melalui perdebatan panjang, warga sepakat untuk tidak mengusir Ardilla, hingga batas waktu yang ditentukan.
"Lalu setelah Isya, dia ke rumah. Dia bicara dengan orang tua saya. Dia bilang dia sudah nyadarin warga, terus dia kasih kesempatan sampai beberapa bulan, dia juga bilang supaya jangan cepat-cepat pindah. Tapi jujur saja saya dan keluarga sudah tidak nyaman di sini, saya tidak boleh menerima tamu, jika ada tamu yang datang pasti suruh cepat-cepat pergi. Dan banyak hal lain yang buat kami enggak betah di sini," kata Ardilla.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Jefri ditangkap lantaran diduga terlibat sejumlah aksi teror di Mapolres dan Mako Brimob Toli-Toli, Sulawesi Selatan. Jefri juga diduga menjadi bagian dari kelompok binaan Ali Hamka, seorang narapidana teroris yang kini mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Selain itu, polisi menyebut, Jefri diduga turut andil menjadi anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).
Jenazah Jefri sebelumnya sempat disemayamkan di RS Bhayangkara Jakarta Timur. Setelah keluarga diizinkan untuk melihat jenazah, Jefri langsung dimakamkan di Lampung. Menurut Ardilla, lokasi pemakaman diminta langsung oleh keluarga dari pihak Jefri.