Jalan di Lembah Anai Belum Bisa Dilalui Mobil, Perbaikan Butuh 2 Bulan

17 Mei 2024 10:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kendaraan melintas di depan objek wisata air terjun Lembah Anai, di Tanah Datar, Sumatera Barat. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
zoom-in-whitePerbesar
Kendaraan melintas di depan objek wisata air terjun Lembah Anai, di Tanah Datar, Sumatera Barat. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
ADVERTISEMENT
Jalan Padang-Bukittinggi di kawasan Lembah Anai terputus imbas banjir lahar dingin Gunung Marapi yang terjadi pada Sabtu (11/5) malam lalu.
ADVERTISEMENT
Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy, mengaku telah berkoordinasi dengan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR terkait masalah tersebut.
Sejauh ini, akses jalan baru bisa dibuka untuk dilalui kendaraan roda dua.
"Jadi info yang saya dapat jalan yang Anai tadi, itu dibuka hari ini untuk jalur motor," kata Audy, Kamis (16/5).
Namun, untuk kendaraan roda empat atau lebih belum dapat melintas. Diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 2 bulan untuk memperbaiki jalan.
Musala An-Nur di Nagari Bukik Batabhah, Kabupaten Agam, pasca diterjang banjir lahar dingin, Rabu (15/5/2024). Foto: Jonathan Devin/kumparan
"Tapi untuk mobil mereka butuh 2 bulan katanya. Bina Marga. Semoga bisa lebih cepat. Tapi sebulan juga agak sulit," ungkap dia.
Sementara ini, lalu lintas dari Padang menuju Bukittinggi maupun sebaliknya dialihkan melalui Malalak.
Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, menjadi salah satu wilayah yang terdampak terjangan banjir lahar dingin Gunung Marapi.
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Abdul Muhari, mengatakan di kawasan Lembah Anai sudah banyak hutan-hutan yang dibuka dan disulap menjadi tempat wisata.
Sejumlah warga menyaksikan jembatan yang roboh di Jalan Raya Padang - Bukittinggi, Kayutanam, Sumatera Barat, Selasa (11/12/ Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
"Kalau kita lihat 2013 ini belum ada pemanfaatan lahan selain dari kawasan lindung. Artinya sungai itu di seluruh sisi kiri dan kanannya itu masih vegetasi. Masih orisinal," kata Abdul di Bukittinggi, Kamis (16/5).
"Tapi kemudian kita lihat, itu 2014 mulai dibangun, 2024 itu full. Semuanya di sisi-sisinya itu yang seharusnya menjadi daerah banjirannya sungai ini, dimanfaatkan menjadi daerah ini (wisata)" lanjutnya.
Padahal, menurut Abdul, aliran sungai membutuhkan daerah luapan yang berada di tepiannya. Namun karena banyaknya bangunan di sana, aliran sungai menjadi semakin sempit.
Akibatnya, ketika volume air mengalami peningkatan drastis akan terjadi fenomena bottleneck.
ADVERTISEMENT
"Karena begitu si badan air itu dibatasi struktur beton itu kayak misalkan kita punya air di botol, botolnya kita balik, pasti di leher yang sempit ini arusnya sangat kencang kan. Nah itu yang kemudian bisa berfungsi destruktif gitu, karena ruang luberan air itu enggak ada," jelas dia.