Untitled Image

Jalan Panjang Rahmad Maulizar Antar Senyum untuk Anak Penderita Bibir Sumbing

20 Juli 2022 11:58 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tidak ada satu pun orang tua yang ingin anak-anaknya menderita karena penampilan. Sayangnya tidak semua anak terlahir dalam keadaan yang sama. Hal inilah yang dialami oleh Rahmad Maulizar.
Selain tidak bisa makan, minum, atau berbicara dengan leluasa, Rahmad kecil juga merasa sulit untuk bisa punya teman sebaya karena terlahir tidak sempurna; memiliki bibir sumbing. Ia mengaku kerap mendapatkan perundungan—diledek hingga dicemooh teman sekolah maupun anak-anak lain di sekitar rumahnya. Akibat hal itu, Rahmad menjadi pribadi yang tak suka bergaul dan lebih suka menyendiri.
Keadaan pun tak begitu berubah ketika Rahmad sudah beranjak remaja. Karena kian paham terlahir berbeda dari kebanyakan orang, Rahmad kerap merasa minder dan memutuskan untuk mengubah sifatnya.
Rahmad Maulizar. Dok. SIA.
Bertahun-tahun menerima banyak ejekan dan perundungan, Rahmad harus bersikap sedikit arogan agar tak selalu jadi bahan ledekan.
“Kalau ada yang mengejek langsung saya ketapel dia. Dulu —waktu SMP dan SMA— saya terkenal dengan anak sering berkelahi; ke mana-mana bawa senjata ketapel dan pasir, ” ungkap Rahmad seperti dilansir Aceh Kini.

Beberapa kali melakukan operasi bibir

Melihat kondisi psikolog buah hatinya, orang tua Rahmad pun melakukan berbagai upaya agar anaknya bisa kembali ceria. Pada 2004—tepat sebelum bencana tsunami besar melanda Aceh, Rahmad mendapatkan penanganan medis berupa perbaikan celah bibir dan langit-langit mulut. Namun hasil operasi itu tidak berjalan sesuai harapan.
Pascaoperasi, Rahmad pasrah dengan kondisi bibirnya yang belum bisa terlihat normal. Ia pun sudah berpikir akan terus hidup dengan bibir sumbing. Mengingat, saat itu, Rahmad juga tak berani lagi memaksa kedua orang tuanya agar ia kembali menjalani operasi.
Namun, Tuhan berkehendak lain. Tiga tahun berselang, Rahmad mendapat informasi dari koran yang memuat adanya kegiatan operasi bibir sumbing gratis di Banda Aceh dari Yayasan Smile Train Indonesia. Informasi itu mengantar Rahmad pada Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi Estetik.
Perjalanan Rahmad dari Meulaboh menuju ke Banda Aceh akhirnya membuahkan hasil. Tepat pada 2008, Rahmad akhirnya bisa menjalani operasi bibir sumbing lagi. Operasi tersebut dilakukan di RSU Malahayati, Banda Aceh. Dia tak hanya sekali dioperasi untuk perbaikan celah bibir dan langit-langit mulut. Ada beberapa tahapan operasi yang mesti Rahmad ikuti sampai pada akhirnya sumbing di bibirnya bisa hilang pada 2010.
Rahmad mengaku sangat bahagia ketika memiliki penampilan baru di wajah tanpa bibir sumbing. Tak ingin senang sendiri, ia pun berinisiatif untuk mencoba memberikan informasi program bibir sumbing gratis yang diperolehnya ke warga Aceh lain yang membutuhkan. Aksinya itu dilirik oleh Yayasan Smile Train Indonesia hingga tak berselang lama, ia ditawari untuk menjadi sukarelawan di yayasan nonprofit tersebut.

Bergerilya mencari anak yang senasib dengannya

Rahmad Maulizar Saat menjadi sukarelawan. Dok. Aceh Kini.
Saat menjadi sukarelawan di yayasan itu, Rahmad ditugaskan mencari penderita bibir sumbing di Aceh agar bisa dioperasi secara gratis. Agar bisa sampai ke pelosok daerah, Rahmad lebih sering memakai sepeda motor daripada mobil.
Tak tanggung-tanggung, jarak ratusan kilometer pun pernah ia datangi dengan sepeda motor demi bisa bertemu anak yang senasib dengannya di masa kecil. Mulai dari dataran rendah hingga ke kawasan pegunungan, sudah pernah disambangi Rahmad.
Tanpa henti, brosur dan spanduk ditempelkan sebagai upaya sosialisasi. Dukungan pun terus mengalir dari berbagai pihak, hingga membuatnya semakin bersemangat melanjutkan usahanya tersebut.
Saat berkunjung ke daerah-daerah, Rahmad juga selalu meninggalkan nomor teleponnya pada orang-orang yang ditemui. Nomor teleponnya juga telah disebar melalui media sosial maupun lewat banyak stiker, kalender, dan spanduk yang memuat informasi program operasi bibir sumbing dari Smile Train. Alih-alih terganggu, Rahmad justru bahagia saat ada yang mengabarkan ada warga yang ingin dioperasi. Nomor teleponnya selalu aktif 24 jam seperti layanan darurat.
Tahun ini, genap 12 tahun Rahmad menjadi sukarelawan. Ya, sejak 2010, dia sudah aktif menjadi sukarelawan yang bertugas mencari penderita bibir sumbing untuk bisa dioperasi secara gratis. Ia tak menargetkan materi sebagai tujuan. Bagi Rahmad, siapa saja yang mau dengan ikhlas menolong orang lain, kebaikan pasti akan kembali datang.
Dia pun bersyukur ketika bisnis pulsa elektrik dan jualan onlinenya masih bisa berjalan lancar di tengah-tengah fokusnya mencari anak penderita bibir sumbing. Rahmad ingin agar anak-anak Aceh penderita bibir sumbing bisa mendapatkan senyum dan harapan baru.

Antar ribuan anak untuk operasi

Rahmad Mauliza bersama pasien operasi bibir sumbing gratis. Dok. Aceh Kini.
Sejak Rahmad bergabung sebagai sukarelawan maupun pekerja sosial, jumlah tindakan operasi bibir sumbing gratis yang dibiayai Yayasan Smile Train pun meningkat tajam. Tercatat, sedikitnya ada 6.000 tindakan operasi bibir sumbing gratis yang sudah dilakukan pada 2010-2021. Jumlah itu jauh lebih banyak ketimbang sebelum Rahmad bergabung, yakni hanya 1.000 tindakan operasi untuk periode 2007-2010.
Rahmad menyampaikan, sebagian besar pasien yang dia jemput dan antar untuk mengikuti operasi bibir sumbing gratis selama ini adalah anak-anak dari keluarga kurang mampu. Dia menemukan banyak keluarga yang sebenarnya sudah punya keinginan untuk bisa mengoperasi anak mereka, tapi sayangnya terkendala dana.
Biaya yang dibutuhkan untuk penanganan operasi bibir sumbing bisa mencapai Rp 25 juta. Sementara, ketika mengikuti program Smile Train, calon pasien hanya perlu memastikan kondisi kesehatannya.
Selain biaya operasi gratis, program ini juga menyediakan rumah singgah yang bisa digunakan untuk pasien yang bertempat tinggal tinggal jauh dari rumah sakit. Rumah singgah yang disediakan Smile Train dan para donatur ini dapat dipakai oleh pasien untuk beristirahat lebih dulu sebelum menjalani operasi, termasuk bagi anggota keluarga yang mengantar.

Aktif sosialisasikan bahaya bibir sumbing pada ibu hamil

Tak hanya menjemput harapan untuk anak-anak penderita bibir sumbing, Rahmad pun kerap menyosialisasikan informasi mengenai pentingnya ibu hamil dalam menjaga asupan mereka. Ia tak ingin ada anak lain yang lahir seperti dirinya; kehilangan senyum mereka karena bibir sumbing. Mengingat, pada etnis Asia, angka kejadian bibir sumbing sekitar 2,1 kasus di antara 1.000 kelahiran.
Di Indonesia, jumlah pasien bibir dan langit-langit mulut sumbing sekitar 3.000 hingga 6.000 kelahiran per tahun. Menurut dr Gentur Sudjatmiko SpB, SpBP-RE (K) dalam bukunya yang berjudul Mengenal Sumbing, munculnya bibir sumbing terjadi saat perkembangan embriologi pada minggu ke-5 hingga minggu ke-9 kehamilan.
Pada periode itu, wajah dan bibir atas janin berkembang. Namun karena suatu sebab, jaringan yang seharusnya menyatu, gagal menyatu pada fase ini. Kegagalan penyatuan jaringan ini yang menyebabkan sumbing pada bibir maupun langit mulut.

Dapat dukungan dan apresiasi

Upaya Rahmad dalam mengantarkan anak-anak bibir sumbing di Aceh untuk operasi ternyata mendapat banyak dukungan dan apresiasi dari berbagai pihak. Salah satunya penghargaan bertaraf nasional dari Astra.
Rahmad menjadi salah satu dari enam orang di Indonesia yang menerima apresiasi dari ASTRA untuk anak muda pembawa perubahan dalam 12th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021.
"Alhamdulillah, berkat dukungan orang tua, istri dan sahabat semua, bertepatan dengan peringatan 93 tahun Hari Sumpah Pemuda, saya mendapat penghargaan anak muda pembawa perubahan, tentunya hal ini juga menjadi semangat saya kedepan," jelasnya..
Penghargaan adalah semangat baginya untuk terus berkomitmen membantu menjemput harapan anak bibir sumbing yang kurang mampu untuk mendapatkan operasi gratis dari program yang Smile Train Indonesia.
ASTRA memilih Rahmad lantaran ia tak patah arang dan selalu bersemangat untuk membantu anak-anak penderita bibir sumbing untuk mendapatkan senyum harapan barunya.
Selain Rahmad, ASTRA terus mencari sosok lain yang melakukan aksi nyata untuk sekitarnya. Oleh karena itu, seiring dengan semangat Sumpah Pemuda, PT Astra International Tbk kembali mempersembahkan 13th SATU Indonesia Awards 2022 bagi generasi muda yang tak kenal lelah memberi manfaat bagi masyarakat di seluruh penjuru tanah air.
Apresiasi ASTRA akan diberikan kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat dalam lima bidang, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi. Apakah kamu salah satunya?
Jika tertarik, daftarkan diri kamu atau orang lain di sekitarmu yang melakukan aksi nyata untuk sekitar seperti yang dilakukan Rahmad di sini. Pendaftaran dibuka dari tanggal 9 Maret hingga 9 Agustus 2022.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten