Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
JS, Teroris yang Ditangkap di Sleman, Berubah Sikap Setelah ke Jakarta
19 Juli 2018 16:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Keluarga mengaku tidak kaget JS (40) ditangkap Detasemen Khusus 88 Anti Teror . Adik JS, NH (38), sudah mencurigai kakaknya terindikasi dengan jaringan radikal.
ADVERTISEMENT
"Keluarga besar pinginnya dia (JS) keluar dari jaringan (radikal) tersebut," jelas NH saat ditemui di rumahnya, Keniten, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta , Kamis (19/7).
NH menuturkan, JS terindikasi terlibat jaringan radikal sejak empat sampai lima tahun lalu. Bahkan akibat pemikiran yang sudah jauh berbeda keluarganya, JS sudah putus komunikasi dengan keluarganya selama dua tahun belakangan.
"Nama jaringannya saya kurang tahu. Tapi, kita loss kontak selama dua tahun. Itu kemarin ditangkapnya pas dia bantu adik yang nomor enam jualan es dawet," bebernya.
Perubahan sikap JS, dirasakan keluarganya secara perlahan. Gelagatnya berubah setelah pergi ke Jakarta untuk bekerja secara serabutan. JS yang dahulu mudah bergaul, menjadi semakin tertutup dan terkesan kaku.
"Dulu orangnya care (peduli), ceria. Perubahan step by step, sekarang kesannya agak kaku orangnya. Yang diracuni pikirannya," bebernya.
ADVERTISEMENT
Saat yakin JS terpapar ideologi radikal, disebut NH, keluarganya pernah menasihati. Bahkan mereka sempat berencana melaporkan JS ke polisi. "Tapi kami tidak tahu prosedurnya," ujar NH.
Meski begitu, NH menjelaskan, JS tidak pernah mengajak keluarga masuk jaringannya. Begitupun istri JS, yang diketahui tidak terlibat dengan jaringan yang diikuti suaminya.
"Akidah (JS) sudah berubah perilakunya berubah. Sering debat sama saya. Mereka (JS) prinsipnya Jumatan tidak wajib, prinsipnya orang mati syahid itu surga. Saya sering debat di situ. Kalau (bagi) saya itu, jihad itu keluarga ya harus dinafkahi," tegasnya.
Mengetahui perangai JS yang seperti itu, keluarga sudah mewanti-wanti kepada istri JS agar tidak kaget jika sewaktu-waktu ada kejadian yang tidak diinginkan menimpa JS. Warga sekitar juga diingatkan soal kemungkinan JS ditangkap sewaktu-waktu.
ADVERTISEMENT
"Istri sudah saya wanti-wanti risikonya. Orang kampung dan pak RT sudah saya kasih tahu (JS) ada indikasi terlibat jaringan. Ada apa-apa, harap maklum, tidak usah shock. Kami dari keluarga sudah wanti-wanti," bebernya.
Hal yang membikin kaget keluarga justru nama JS yang berubah menjadi Abu Jalal. Keluarga tahu nama JS menjadi Abu Jalal setelah membaca berita tadi pagi.
Rumah Digeledah
Sementara itu, rumah JS yang berada di RT 3 RW 2 Karangmojo, Tamanmartani, Kalasan juga digeledah Densus 88. Di rumah tersebut, JS diketahui tinggal bersama istri dan kedua anaknya yang masih SD.
Riyanto (67), Ketua RW 2, Karangmojo, Tamanmartani, Kalasan, Sleman menjelaskan dalam penggeledahan ia dilibatkan oleh Densus 88 sebagai saja. Sejumlah buku-buku dan satu parang diamankan petugas.
ADVERTISEMENT
"Saya hanya jadi saksi pemeriksaan, buku-bukunya agak banyak dan satu parang saja (yang diamankan) Parang di dalam kamar," benernya.
Penggeledahan tersebut berlangsung pada 14.00 WIB. Penggeledahan berlangsung cepat sekitar 30 menit.
"Sekitar jam 14.00 saya didatangi polisi, saya tanya dari mana? Di jawab dari kepolisian, keperluan apa? Dijawab mau geledah. Katanya berkaitan dengan teroris. Polisi pakaian bebas," terangnya.
Densus 88 menangkap JS saat membantu adiknya berjualan es dawet di Jalan Jogja-Solo, Proliman, Keniten, Tamanmartani, Kalasan, Sleman atau didekat rumah NH pada pukul 13.00 WIB, Rabu (18/7). Polda DIY membenarkan dua orang telah diamankan Densus 88 pada Rabu (18/7) kemarin.
"Kemarin yang melakukan penangkapan Densus 88, mengamankan 2 orang. Densus yang melanjutkan penanganannya," kata Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dofiri kepada wartawan di Kraton Yogjakarta, Kamis (19/7).
ADVERTISEMENT