Kabar Corona Dunia: Varian Omicron; Kuwait Tangguhkan Penerbangan 9 Negara

29 November 2021 8:45 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi virus corona belum usai. Kini sudah ditemukan lagi varian baru COVID-19 di Afrika Selatan jenis B.1.1.529 atau disebut juga dengan varian Omicron.
ADVERTISEMENT
kumparan merangkum sejumlah kabar corona dunia sepanjang Minggu (28/11).
Berikut rangkumannya:
Kasus Varian Omicron Terdeteksi di Inggris, Jerman dan Italia
Tiga negara eropa yakni Inggris, Jerman dan Italia mendeteksi adanya kasus varian baru corona, Omicron, di negara mereka pada Sabtu (27/11).
Dikutip dari Reuters, dua kasus terkait Omicron terdeteksi di Inggris. Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid mengatakan, dua kasus terkait berasal dari seseorang yang melakukan perjalanan dari Afrika Selatan.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengungkapkan negaranya saat ini tengah menerapkan protokol ketat untuk mengantisipasi penularan Omicron. Terutama terhadap orang-orang yang baru pulang dari negara-negara di Afrika.
Namun demikian, Inggris belum menerapkan pembatasan perjalanan terhadap negara-negara di Afrika.
"Kami akan meminta siapa pun yang memasuki Inggris untuk melakukan tes PCR pada akhir hari kedua setelah kedatangan mereka dan mengisolasi diri sampai mereka mendapatkan hasil negatif (COVID-19)," kata Johnson dalam konferensi pers.
ADVERTISEMENT
Johnson mengatakan, orang-orang yang melakukan kontak dengan kasus positif yang diduga Omicron harus melakukan karantina setidaknya selama 10 hari. Pemerintah Inggris juga akan memperketat aturan mengenai penggunaan masker.
Sementara di Jerman, Kementerian Kesehatannya mengumumkan ditemukannya dua kasus Omicron. Kedua orang itu memasuki Jerman di bandara Munich pada 24 November, sebelum Jerman menetapkan Afrika Selatan sebagai daerah varian virus baru dan melakukan pembatasan perjalanan.
Sedangkan di Italia, Institut Kesehatan Nasional (ISS), mengatakan kasus varian baru telah terdeteksi di Milan pada seseorang yang berasal dari Mozambik. Meski begitu, kontak pasien dan keluarganya pasien tersebut dinyatakan dalam keadaan sehat.
ISS tak merinci lebih jauh terkait dengan temuan kasus tersebut.
Warga Kuwait memakai masker di tengah pandemi corona. Foto: Reuters/Stephanie McGehee
Kuwait Tangguhkan Penerbangan dari 9 Negara Afrika Gara-gara Varian Omicron
ADVERTISEMENT
Kuwait akan menangguhkan penerbangan langsung dari sembilan negara Afrika mulai Minggu (28/11). Penangguhan penerbangan merupakan buntut dari munculnya varian baru corona Omicron yang berstatus variant of concern.
Dikutip dari Reuters, negara-negara yang penerbangan langsungnya ditangguhkan yakni Afrika Selatan, Namibia, Botswana, Zimbabwe, Mozambik, Lesotho, Eswatini, Zambia, dan Malawi.
Diketahui, saat ini varian Omicron sudah mulai ditemukan di sejumlah negara. Mulai dari Afrika Selatan, Belgia, Botswana, Israel, hingga Hong Kong.
Teranyar, kasus varian baru ini juga terdeteksi di Inggris sebanyak dua kasus; di Jerman dua kasus; dan di Italia satu kasus.
Ilustrasi COVID-19. Foto: Dado Ruvic/Reuters
2 Pendatang Positif Corona, Australia Lakukan Genome Sequencing Deteksi Omicron
Pemerintah New South Wales, Australia, tengah melakukan genome sequencing (pengurutan genom) setelah dua orang dari Afrika Selatan positif corona. Pengurutan itu dilakukan untuk menentukan apakah kedua pendatang itu terkena varian Omicron atau tidak.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, dua orang tersebut tiba di Ibu Kota New South Wales, Sydney, pada Sabtu (27/11) malam. Keduanya langsung dibawa ke hotel untuk melakukan karantina selama 14 hari.
Penumpang lain yang berada dalam satu penerbangan dengan kedua orang tersebut juga dites dan diisolasi selama 14 hari.
"Pengurutan genom yang mendesak sedang dilakukan untuk menentukan apakah mereka telah terinfeksi oleh Omicron baru, varian yang menjadi perhatian," tulis rilis Departemen Kesehatan New South Wales, dikutip dari Reuters, Minggu (28/11).
Untuk mencegah adanya penularan varian Omicron di negaranya, Australia juga telah melakukan larangan masuk dari sembilan negara di Afrika Selatan, mulai Sabtu (27/11).
Polisi Israel melakukan pemeriksaan terhadap warga yang melintas saat Israel memasuki lockdown kedua untuk mencegah virus corona. Foto: Ronen Zvulun
Waspadai Varian Omicron, Israel Larang WNA dari Semua Negara Masuk
ADVERTISEMENT
Israel menutup pintu kedatangan warga asing dari seluruh negara untuk mencegah penularan varian corona Omicron. Reuters melaporkan Israel menjadi negara pertama yang menutup perbatasan kepada seluruh warga asing.
Pada Sabtu (27/11), Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, mengatakan larangan itu rencananya akan berlangsung selama 14 hari. Aturan itu masih menunggu persetujuan dari pemerintah. Aturan itu direncakan diterapkan pada Minggu malam (18/11) setelah disetujui.
"Hipotesis kerja kami adalah bahwa varian tersebut sudah ada di hampir setiap negara," kata Menteri Dalam Negeri Ayelet Shaked kepada "Meet the Press" N12, dikutip dari Reuters, Minggu (28/11).
BBC melaporkan, kabinet Israel telah menyetujui serangkaian pembatasan pada Sabtu (27/11) malam. Selain larangan masuk bagi WNA, warga Israel juga diminta untuk karantina selama tiga hari (bagi yang telah divaksin) atau tujuh hari (bagi yang belum disuntik vaksin.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, Israel telah mengkonfirmasi kasus Omicron. Lalu, ada tujuh kasus dengan status 'suspect'. Tiga orang suspek itu telah disuntik vaksin penuh.
Sejumlah pelajar di Afrika Selatan kembali ke sekolah untuk pertama kali setelah lockdown akibat virus corona di Cape Town, Senin (8/6). Foto: Reuters/Mike Hutchings
Afsel Merasa 'Dihukum' Dunia karena Corona Omicron
Varian Omicron yang pertama terdeteksi di Afrika Selatan (Afsel) tengah menjadi perhatian dunia. Sejumlah negara melakukan penutupan perbatasan untuk mencegah penularan varian tersebut.
Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan protes terhadap kebijakan yang dilakukan oleh sejumlah negara. Ia menilai, penutupan perbatasan karena varian Omicron mirip dengan hukuman.
"Ilmu yang luar biasa harus diapresiasi dan tidak dihukum. [Penutupan perbatasan] mirip dengan menghukum Afrika Selatan karena genome sequencing (pengurutan genome) yang canggih dan kemampuan untuk mendeteksi varian baru lebih cepat," tulis pernyataan kementerian tersebut dikutip dari BBC, Minggu (28/11).
ADVERTISEMENT
Afrika Selatan kecewa karena reaksi sejumlah negara betul-betul berbeda terhadap varian Omicron dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Salah satu pejabat Uni Afrika Ayoade Alakija, mengatakan munculnya varian corona baru adalah kegagalan dunia dalam melakukan vaksinasi secara adil dan cepat.
"Ini sebagai akibat dari penimbunan [vaksin] oleh negara-negara berpenghasilan tinggi di dunia, dan cukup terus terang itu tidak dapat diterima," kata Ketua bersama aliansi pengiriman vaksin Uni Afrika Ayoade Alakija.
Menurutnya, larangan perjalanan itu berdasarkan perspektif politik, bukan dari kaca mata sains.
"Larangan perjalanan ini didasarkan pada politik, dan bukan pada sains. Itu salah. Mengapa kita mengunci Afrika ketika virus ini sudah ada di tiga benua?" tegasnya.
who logo Foto: frizal
WHO: Varian Omicron Sangat Mudah Dideteksi Oleh Tes PCR
ADVERTISEMENT
SARS-Cov-2 varian B.1.1.529 atau disebut juga varian Omicron pertama kali dilaporkan oleh epidemiologi asal Afrika Selatan pada Rabu (24/11).
Mengutip dari keterangan resmi WHO, awalnya wilayah Afrika Selatan dilaporkan didominasi oleh varian Delta. Namun, saat pengambilan sampel 9 November 2021 lalu, ditemukan mutasi asing yang kemudian dideteksi sebagai varian baru yang berbahaya atau Variant of Concern (VoC).
WHO mengatakan, varian ini bisa dikatakan lebih ganas karena memiliki mutasi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya yang pernah terdeteksi.
“Varian ini memiliki mutasi yang cukup banyak, beberapa di antaranya mengkhawatirkan, bukti awal dari hasil analisis varian tersebut menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini dibandingkan dengan VoC lainnya,” sebagaimana dikutip dari situs resmi WHO International pada Minggu (29/11).
ADVERTISEMENT
Di Afrika Selatan, saat ini laporan mengenai virus tersebut terus bermunculan setiap saat.
Namun, ternyata untuk mendeteksi virus ini cukup mudah, hanya dengan melakukan tes PCR (Polymerase Chain Reaction) mutasi virus ini sudah dapat terdeteksi.
“Beberapa laboratorium melaporkan bahwa tes PCR yang telah banyak digunakan tidak dapat mendeteksi 1 dari 3 target gen yang di tes. Gen yang tidak dapat dideteksi disebut dengan dropout S atau kegagalan target gen S, hal ini dapat digunakan sebagai langkah untuk mendeteksi lebih awal varian ini (omicron) sebelum hasil genome sequencing keluar,” jelasnya.
Meskipun dikatakan demikian, hingga saat ini WHO masih terus mengkaji varian berbahaya ini. Masyarakat dunia diminta untuk tetap melakukan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan melakukan vaksinasi.
Ilustrasi vaksin corona Pfizer-BioNTech. Foto: BioNTech SE 2020/via REUTERS
Filipina Beli Tambahan 20 Juta Dosis Vaksin Pfizer untuk Booster
ADVERTISEMENT
Filipina membeli sebanyak 20 juta dosis vaksin Pfizer tambahan. Dikutip dari Manila Bulletin, pembelian itu diumumkan oleh Ketua Satgas COVID-19 Filipina, Carlito Galves Jr., pada Minggu (28/11).
Galvez mengatakan Satgas Filipina telah menandatangi kesepakatan pembelian vaksin tambahan tersebut.
Ia menambahkan, vaksin itu rencananya akan dialokasikan untuk booster, warga lanjut usia, orang dengan penyakit bawaan, dan anak-anak berusia 12-17 tahun.
“Kemarin [Sabtu (27/11)], Pfizer sudah mengumumkan bahwa kami telah menandatangani 20 juta dosis tambahan yang akan dibeli untuk tujuan menggunakan ini sebagai booster dan juga untuk vaksinasi pediatrik (anak-anak) kami,” kata Galvez dikutip dari Manila Bulletin, Minggu (28/11).
Pengadaan vaksin baru tersebut akan menambah 40 juta vaksin yang telah dibeli pemerintah dari Pfizer untuk tahun 2021. Rencananya, vaksin itu akan dikirim mulai 2022.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Filipina telah menerima 142 juta dosis vaksin baik melalui pembelian atau pun sumbangan. Sejauh ini, Filipina telah menyuntikkan vaksin kepada 35 juta warganya atau sekitar 46 persen. Pertengahan 2022, Filipina menargetkan 80 persen warganya divaksin.
Galvez mengatakan pemerintah sedang mencari untuk memperluas cakupan suntikan booster, yang saat ini terbatas pada petugas kesehatan dan warga lanjut usia.