Kala Siswa Antre Minta Jurnal Ramadan Ditandatangani Abdul Mu'ti usai Tarawih

27 Maret 2025 21:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti berkesempatan memberikan ceramah Tarawih di masjid Al-Falah, Bendungan Hilir, Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (25/3/2025). Foto: Kemendikdasmen
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti berkesempatan memberikan ceramah Tarawih di masjid Al-Falah, Bendungan Hilir, Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (25/3/2025). Foto: Kemendikdasmen
ADVERTISEMENT
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti berkesempatan memberikan ceramah tarawih di masjid Al-Falah, Bendungan Hilir, Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (25/3). Dalam momen tersebut, ada siswa yang menjadi jemaah di masjid yang sama dengan Mu'ti.
ADVERTISEMENT
Hadir dengan naik MRT, Abdul Mu’ti menolak jemputan motor dan memilih berjalan kaki dari Stasiun MRT Bendungan Hilir ke Masjid Al-Falah yang berjarak kurang dari 600 meter, untuk memberikan ceramah dan menunaikan salat tarawih bersama.
Selesai salat tarawih, puluhan siswa mendekat menyalami Mu’ti seraya menyodorkan jurnal, buku tugas pembelajaran selama Bulan Ramadan untuk ditandatangani.
Mu’ti menyapa mereka dengan panggilan 'Gaes', yang disambut tawa jemaah, satu per satu catatan Jurnal Ramadan dibaca dan ditandatanganinya.
Salah seorang siswa, Umar Alhafidz (12), merupakan siswa SDN 12 Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Ia mengaku bangga dapat tanda tangan Abdul Mu'ti.
"Saya sangat bersemangat sekali ketika mengetahui Bapak Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Pak Prof. Dr. Abdul Mu’ti akan memberikan ceramah tarawih," ucapnya.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti berkesempatan memberikan ceramah Tarawih di masjid Al-Falah, Bendungan Hilir, Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (25/3/2025). Foto: Kemendikdasmen
Hafidz, begitu panggilannya, mengaku menyimak dan mencatat ceramah sang menteri.
ADVERTISEMENT
"Saya menyimak isi ceramah beliau dan mencatatnya di buku Jurnal kegiatan Ramadan. Setelah selesai tarawih saya meminta tanda tangan beliau di buku Jurnal. Saya sangat senang sekali beliau tersenyum sambil menandatangani buku," ucapnya.
Abdul Mu’ti mengungkapkan kegembiraannya melihat anak-anak bersemangat dan mencatat dengan baik ceramahnya.
“Alhamdulillah, senang sekali menandatangani catatan ceramah Ramadan di Masjid Al-Falah Benhil. Anak-anak bersemangat dan mencatat dengan baik," ucapnya, tersenyum.

Ceramah Abdul Mu'ti

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti berkesempatan memberikan ceramah Tarawih di masjid Al-Falah, Bendungan Hilir, Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (25/3/2025). Foto: Kemendikdasmen
Dalam ceramahnya, Muti mengingatkan agar hendaknya menjadikan bulan Ramadan sebagai bulan banyak memberi. Menyitir firman Allah dalam surat Al Lail ayat 5-10, “Maka barangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan), dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), serta mendustakan (pahala) yang terbaik, maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan)."
ADVERTISEMENT
Dari ayat itu, menurut Mu’ti, barang siapa yang banyak berderma, banyak memberi, dan bertakwa serta membenarkan adanya balasan atas apa segala kebaikan yang dilakukan, maka Allah akan memberikan kepadanya berbagai kemudahan untuk bisa meraih kebahagiaan.
Sebaliknya, kata Mu'ti, barang siapa yang bakhil, pelit, kikir untuk berderma di jalan Allah, dan dia tidak mau meminta pertolongan kepada Allah, dengan kata lain sombong, takabur, dan mendustakan adanya balasan kebaikan atas perbuatan yang dilakukannya, maka Allah memudahkan baginya dengan berbagai macam kesulitan dalam kehidupannya.
Dalam ceramahnya, Mu'ti menjelaskan bahwa keyakinan akan adanya balasan atas perbuatan manusia dan keyakinan akan adanya hari akhir merupakan pembeda antara manusia yang beragama dan yang tidak beragama.
ADVERTISEMENT
Manusia yang tidak beragama, kata dia, berkeyakinan bahwa hidup ini hanya ada di dunia, tidak ada kehidupan di akhirat, tidak ada kehidupan setelah mati. Mereka, lanjutnya, berusaha untuk berfoya-foya dalam kehidupan di dunia karena merasa tidak ada konsekuensi apa pun dari apa yang mereka lakukan.
Namun, sebaliknya orang-orang yang beriman, beragama berkeyakinan bahwa dunia ini tempat mencari bekal persiapan di akhirat.
Dia melanjutkan, bahwa orang-orang yang mencari bekal untuk persiapan di akhirat, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah akan diberikan kemudahan-kemudahan dalam kehidupannya. Menurut Mu'ti, ahli tafsir menjelaskan, baginya dibentangkan jalan yang mudah untuk mendapatkan kebahagiaan di surga.
Mu'ti menjelaskan, orang yang bertakwa itu dimudahkan urusannya. Nabi Muhammad, lanjutnya, memberikan tuntunan barang siapa yang memudahkan urusan sesama muslim, memudahkan urusan manusia lain, maka Allah menjadikan baginya urusannya menjadi mudah.
ADVERTISEMENT
“Kalau kita mencoba memahami makna dari ayat-ayat Al Quran, terutama kaitannya dengan puasa misalnya, Nabi bersabda, Barang siapa dia itu berpuasa, tidak makan tidak minum, tetapi tidak meninggalkan azzuur, tidak meninggalkan perkataan dosa, perkataan bohong, perbuatan jahad, maka Allah tidak menghitung sama sekali bahwa dia itu berpuasa dengan tidak makan dan tidak minum, dalam keadaan lapar dan dahaga," tutur Mu’ti.
Mu’ti menjelaskan lebih lanjut tentang makna azzuur seperti disampaikan oleh Zamakhsyari dalam tafsir Al-Kasy-syaf. Ia menjelaskan 'la yashadu al-zuur' berarti menjauhi, meninggalkan perbuatan batil dan dosa (khatha).
Walaupun tidak melakukan, bergabung, menyaksikan, atau membiarkan adanya perbuatan jahat sama saja nilainya dengan mendukung terjadinya kejahatan dan dosa.
“Mudah mudahan dengan menunaikan ibadah puasa ini kita diberikan oleh Allah kelapangan hati dan kelapangan rizki untuk kita menyisihkan sebagian rizki yang kita miliki membantu sesama, membantu perjuangan di jalan Allah, mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kepada kita pertolongannya, memberikan kepada kita taufiknya, sehingga perbuatan baik yang kita lakukan merupakan investasi untuk kita menanam kebaikan tidak hanya untuk kehidupan di dunia tetapi juga kebahagiaan untuk kehidupan di akhirat nanti," pungkas Mu'ti.
ADVERTISEMENT