Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Kampung Prostitusi di Subang: Bisnis Mandiri di Rumah Sendiri
23 Agustus 2018 9:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Sekilas tak ada yang berbeda dengan desa-desa di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Jalanan lengang khas pedesaan dengan rumah-rumah berderet rapi dan warga yang ramah.
ADVERTISEMENT
Sejumlah tukang ojek duduk-duduk di pangkalan sambil menunggu penumpang. Ibu-ibu bercengkerama dengan tetangga di teras rumah sambil mengasuh anak.
Namun siapa sangka, kawasan nan sunyi yang jauh dari hiruk pikuk kota itu justru jadi sarang prostitusi. Di desa-desa itu, prostitusi jadi pendulang materi yang banyak dilakoni warga. Menjadi PSK bukan hal yang tabu, berperan sebagai muncikari tak lagi digunjing.
Prostitusi jadi bisnis, yang ironisnya, justru menggerakkan perekonomian warga. Tingkat kemiskinan berkurang, meski harus dibayar dengan harga mahal, yakni wabah virus mematikan HIV/AIDS. Maka tak heran jika Subang menjadi kabupaten terinfeksi HIV/AIDS tertinggi nomor 4 se-Jawa Barat.
Di desa ini, remaja dari umur 15 tahun hingga perempuan dewasa umur 40-an tahun banyak yang menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK). Mereka melayani nafsu seksual para lelaki hidung belang di rumah sendiri dan bahkan atas sepengetahuan orang tua. Dalam beberapa kasus, justru ada remaja yang disuruh menjadi PSK oleh ayahnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Bisnis ini tak hanya melibatkan PSK dan pelanggan. Para pemuda hingga aparat desa meraup rezeki dari bisnis haram itu. Tak heran prostitusi semakin menjamur dan kini menjadi bisnis turun-temurun.
Mengapa dan sejak kapan fenomena ini terjadi? Apa yang membuat ayah tega menjual keperawanan anak kandungnya? Dan mengapa mereka beraksi di rumah sendiri?
Simak selengkapnya dalam konten spesial Prostitusi di Rumah Sendiri dengan follow topik Kampung Prostitusi