Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Paulus Waterpauw

Kapolda Papua soal Wamena: Dampak Berita di Medsos Luar Biasa

1 Oktober 2019 12:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Paulus Waterpauw  Foto: Ade Nurhaliza/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Paulus Waterpauw Foto: Ade Nurhaliza/kumparan
ADVERTISEMENT
Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw mengumpulkan para tokoh adat, pemuka agama dan pejabat daerah Sentani, Papua, dalam Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan memperkuat keterpaduan antar-elemen masyarakat dalam melawan berita hoaks dan menjaga kedamaian di tanah Papua, usai kerusuhan di Wamena dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Di hadapan peserta FGD, Paulus mengungkapkan awal mula pemicu dari serangkaian kerusuhan yang terjadi di Papua dan sekitarnya, dipicu karena masyarakat terutama generasi milenial terpengaruh oleh informasi hoaks di media sosial.
Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw bertemu dengan para pengungsi di sekitar Sentani, Papua, Selasa (1/10/2019). Foto: Fadjar Hadi/kumparan
"Sekarang luar biasa karena dampak dari perkataan rasis yang dilemparkan di Surabaya tanggal 15 Agustus kalau tidak salah, itu merangkai dari Malang kemudian tanggal 17 (Agustus) terjadilah viral berita hoaks itu, berita yang menghebohkan. Sekarang kita rasakan dampaknya," kata Paulus di Hotel Greenalison, Sentani, Papua, Selasa (1/10).
Selain menimbulkan kerusuhan, akibat informasi hoaks itu, sekitar 3.000-an mahasiswa Papua memutuskan untuk melakukan eksodus atau kembali ke kampung halamannya masing-masing. Mereka merasa tidak nyaman di daerah tempat mereka menuntut ilmu.
Prajurit TNI melakukan patroli keamanan di Wamena, Papua, Senin (30/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Iwan Adisaputra
"Katanya sekitar itu 3.000 kalau tidak salah, mereka sekarang sebagian ada yang berkumpul di sekitar Sentani, ada juga yang sudah kembali ke kampung halaman masing-masing. Ini salah satu dampak berita di medsos yang luar biasa," ucap Paulus.
ADVERTISEMENT
Paulus mengaku pemerintah pusat dan daerah sudah berupaya membujuk agar para mahasiswa itu mau kembali ke kampus di daerah masing-masing, termasuk agar tidak berbuat anarkistis. Namun upaya itu belum membuahkan hasil.
"Pemerintah pusat, pemprov, pemkab itu sudah berusaha tetapi juga (mahasiswa) tidak terlalu mengikuti. Mereka lebih banyak lebih suka dengan berita-berita yang diviralkan dari medsos," tutur Paulus.
Prajurit TNI melakukan patroli keamanan di Wamena, Papua, Senin (30/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Iwan Adisaputra
Maka dari itu, ketika Kapolri Jenderal Tito Karnavian menunjuknya kembali sebagai Kapolda Papua, Paulus merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah ini. Ia bertekad agar permasalahan di Papua dapat segera diselesaikan.
"Saya pribadi merasa sedikit tertantang karena kok bisa secepat itu mereka (mahasiswa) percaya dengan berita seperti itu dan mengabaikan pernyataan atau imbauan ajakan daripada pemenang pemangku kepentingan," ujar Paulus.
Warga memadati Pangkalan TNI AU Manuhua Wamena, Jayawijaya, Papua, Rabu (25/9/2019). Warga Wamena mulai mengungsi meninggalkan Wamena menggunakan pesawat Hercules pascakerusuhan pada Senin (23/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Iwan Adisaputra
Paulus menuturkan, diperlukan kerjasama dari seluruh pihak dan masyarakat untuk menyelesaikan konflik di Papua. Ia berharap agar pemerintah dan seluruh elemen masyarakat bersatu untuk mengakhiri konflik ini.
ADVERTISEMENT
"Di sini saya mau tantang apakah saudara-saudara adalah tokoh yang memang kita harapkan untuk berperan meluruskan berbagai berita (hoaks) dan apakah yang akan dilakukan akan diterima generasi dibawah kita? Itu pertanyaannya," tuturnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten