Kapolri Sebut Bomber Kampung Melayu Kelompok Bahrun Naim

26 Mei 2017 20:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kapolri Tito Karnavian (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapolri Tito Karnavian (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut aksi teror di Kampung Melayu, Jakarta Timur adalah jaringan Bahrun Naim. Simpatisan ISIS yang diduga berada di Suriah, jelas Tito, meminta pendukungnya untuk melakukan aksi di negara masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Kita tahu jemaah ini adalah pendukung utama ISIS, bernama Bahrun Naim," kata Tito di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (26/5).
Sebelum menyatakan kesetiaan kepada ISIS, Bahrun Naim pernah ditangkap Detasemen Khusus 88 di Solo, Jawa tengah pada 2010. Setelah itu, dia diputus pengadilan dengan hukuman dua tahun penjara karena menyimpan ratusan peluru secara ilegal.
Menurut Tito, serangan dilancarkan karena saat ini ISIS dalam posisi terpojok di Suriah. Sehingga, mereka meminta para simpatisannya di luar negeri untuk melancarkan aksi.
"Sentralnya diserang dan mereka terpecah dan perintahkan sel-sel pendukungnya di berbagai negara untuk melakukan serangan di negara. Indonesia merupakan sel yang terkait melalui Bahrun Naim," kata Tito.
ADVERTISEMENT
Kapolri Tito Karnavian (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapolri Tito Karnavian (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Jaringan Bahrun Naim bukan kali pertama beraksi di Indonesia. Awalnya mereka menunjukan eksistensi melalui aksi teror di Jalan MH Thamrin pada awal 2016. Selanjutnya, kelompok teror ini kembali beraksi di Taman Pendawa dekat Kantor Kelurahan Cicendo, Bandung Jawa Barat di awal tahun ini.
Mereka sempat merencanakan aksi teror di Senen, Jakarta Pusat. Namun, aksi ini disebut Tito digagalkan setelah polisi mengerebek persembunyian terduga teroris di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat.
Tito menuturkan, Bahrun Naim mendoktrin pendukungnya untuk menyasar polisi. Korps Bhayangkara dianggap sebagai entitas negara yang tidak mendukung aktivitas ISIS, sehingga dianggap sebagai kafir.
"Muslim yang tidak sepaham dengan mereka dianggap kafir. Kafir harbi adalah kafir yang memerangi mereka. Karena Polri penegakan hukum maka kami kafir harbi," ujar Tito.
ADVERTISEMENT
Doktrin Bahrun Naim pun telah memakan korban. Tito membeberkan, sudah ada 40 polisi yang tewas dan 80 polisi luka karena teroris.
Reporter : Diah Harni dan Aria Pradana