Kasus Pemukulan TNI vs Warga di Bali Berakhir Damai

24 Agustus 2021 19:21 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kasus pemukulan TNI vs warga di Bali berakhir damai. Foto: Polres Buleleng
zoom-in-whitePerbesar
Kasus pemukulan TNI vs warga di Bali berakhir damai. Foto: Polres Buleleng
ADVERTISEMENT
Kasus dugaan pemukulan oleh sejumlah anggota TNI terhadap lima warga Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali berakhir damai.
ADVERTISEMENT
Kesepakatan ini diperoleh dari hasil mediasi antara TNI dan warga di Polres Buleleng. Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto mengatakan, pihak TNI minta maaf kepada warga.
"Hasil mediasi berjalan lancar, masyarakat sudah menerima perdamaian, dari pihak Kodim juga sudah minta maaf. Ke depan tidak ada lagi permasalahan lebih lanjut," kata dia kepada wartawan, Selasa (24/8).
Adrian mengatakan, kedua belah pihak segera meneken nota kesepakatan perdamaian. Polisi sedang menyusun nota tersebut. Beberapa poin pernyataan tersebut berupa saling minta maaf, tidak mengulangi perbuatan yang sama dan tidak berselisih paham.
"(Nota kesepakatan damai) kita konsep. Inti poin perdamaian (berupa) saling meminta maaf, dan tidak akan mengulangi perbuatan tersebut, ke depan tidak akan lagi terjadi perselisihan paham," kata dia.
ADVERTISEMENT
Seluruh kerugian atas aksi pemukulan tersebut akan ditanggung oleh pihak kepolisian dan Pemkab Buleleng. Adapun kerugian tersebut berupa luka-luka pada tubuh warga dan pintu toko yang rusak.
Apabila nota perdamaian tersebut telah diteken maka Dandim 1609 Letkol Inf Muhammad Windra Lisrianto mencabut laporan di Polres Buleleng. Windra telah melaporkan kasus dugaan pemukulan oleh warga terhadap dirinya ke Polres Buleleng.
"Apabila perdamaian sudah ditandatangani akan dicabut oleh Pak Dandim," kata dia.
Di akhir mediasi, warga berharap sosialisasi penanganan COVID-19 tidak dilakukan mendadak, adil, merata dan tidak ada tindakan pemaksaan. Hal ini demi ketentraman desa.
"Jadi memang nanti ke depan, kita akan lakukan lebih masif masalah sosialisasi itu," kata Adrian.
Seperti diketahui, kasus dugaan pemukulan oleh TNI ini viral di media sosial. Baik pihak TNI dan warga memberikan penjelasan berbeda mengenai insiden tersebut.
ADVERTISEMENT
Dandim 1609 Letkol Inf Muhammad Windra menyatakan, aksi pemukulan bermula saat kedua pemuda melintas mengendarai sepeda motor tanpa masker di area testing dan tracing COVID-19, Senin (23/8) kemarin.
Mereka menerobos pos penyekatan di lokasi testing dan tracing COVID-19. Mereka menabrak anggota TNI lalu kabur. Tiba-tiba, mereka kembali menanyakan alasan petugas menghentikan kendaraan.
Petugas tak menggubris pertanyaan pemuda tersebut. Mereka meminta para pemuda itu untuk menjalani rapid test antigen. Para pemuda tersebut justru melawan dan meronta-ronta di lokasi.
Tak lama berselang, Bapak pemuda tersebut datang dan memukul kepala Windra. Anggota TNI spontan memukul warga tersebut untuk melindungi Windra.
Sementara itu, salah satu warga yang menjadi korban berinisial DI (21) membantah keluarganya memukul Windra atau adanya permintaan testing dari TNI. Ia mengaku memang kabur saat dicegat karena takut terhadap TNI. Namun, petugas TNI berhasil menghentikan mereka.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, mereka dianiaya oleh pihak TNI. Baik paman, adik dan bapak DI yang mencoba melerai ikut menjadi sasaran pukulan TNI.