Kasus Tewasnya 1 Keluarga di Kalideres Ditutup, Penyebab Kematian Terungkap!

10 Desember 2022 8:35 WIB
ยท
waktu baca 7 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers akhir penyampaian hasil penyelidikan kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jumat (9/12).  Foto: Ananta Erlangga/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers akhir penyampaian hasil penyelidikan kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jumat (9/12). Foto: Ananta Erlangga/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Polda Metro Jaya menyampaikan hasil penyelidikan kasus tewasnya sekeluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengungkapkan penyidik tidak menemukan unsur pidana dalam kasus tersebut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil penyelidikan, keempat jenazah itu dinyatakan meninggal dalam kondisi tidak wajar. Sebab mereka meninggal karena sakit yang dideritanya. Waktu kematian mereka berbeda-beda, namun tata cara mereka memperlakukan jenazah yang tidak wajar.
"Setelah melakukan penyelidikan yang sangat detail berbasis scientific crime investigation, kami telah menemukan bahwa kematian yang terjadi di Kalideres adalah kematian wajar, dalam kondisi tidak wajar," kata Hengki saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jumat (9/12).
Berdasarkan penyelidikan, juga tidak ditemukan tanda kekerasan pada tubuh korban. Korban juga tidak melakukan bunuh diri.
"Hasil penyelidikan kami tidak ada peristiwa pidana maka kasus ini ke depan akan kami hentikan penyelidikannya," terang Hengki.

Penyebab Tewasnya Satu Keluarga

Kondisi terkini rumah yang semua penghuninya ditemukan tewas membusuk di Jl. Taman Asri 3, RT.9/RW.4, Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (11/11/2022). Foto: Ananta Erlangga/kumparan
Dokter Forensik RSCM UI Ade Firmansyah Sugiharto yang dilibatkan dalam penyelidikan menuturkan penyebab kematian 4 anggota keluarga tersebut.
ADVERTISEMENT
Korban pertama yang meninggal dunia adalah kepala keluarga, Rudyanto Gunawan. Ia disebut meninggal akibat infeksi saluran pencernaan.
"Di sini pada Bapak Rudyanto masih ditemukan adanya gambaran adanya bukti-bukti yang diduga sebagai infeksi saluran cerna," ujar Ade.
Lalu korban kedua yang meninggal adalah sang istri, Renny Margaretha Gunawan. Dari olah TKP dan pemeriksaan jenazah, ditemukan kandungan obat tamoxifen yang digunakan untuk pengobatan kanker payudara.
"Lalu pada Ibu Renny juga kita temukan Tamoxifen. Kita lihat bahwa tamoxifen ini sebuah sebuah petunjuk pengobatan yang digunakan baik untuk mengobati kanker payudara ataupun pemberi efek untuk pencegahan sakit kanker payudara," jelas Ade.
"Maka kita periksa jaringan payudaranya dan kita temukan adanya kelainan susunan jaringan di payudara. Dan dapat mengarah pada kondisi keganasan atau benjolan-benjolan yang berakibat fatal," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Korban ketiga adalah Budiyanto Gunawan, sang paman. Namun jasadnya mengalami pembusukan lebih cepat. Tim forensik berkesimpulan, ia meninggal akibat serangan jantung.
"Pada Bapak Budiyanto yang memiliki tingkat pembusukan yang lebih awal dibanding Renny dan Rudyanto, maka kami masih dapatkan adanya petunjuk yang sangat jelas. Pada dirinya tampak adanya serangan jantung baru maupun serangan jantung yang lama. Serta jelas adanya penyakit ketebalan pembuluh nadi atau arterus skiolosis," kata Ade.
Sedangkan untuk korban keempat, Dian, ditemukan penyakit radang paru yang sudah kronis dan sudah diidap selama bertahun-tahun.
"Serta juga adanya rongga di dalam paru yang merupakan gambaran penyakit menahun seperti paru," ungkap Ade.
Berdasarkan temuan tersebut, Ade menyimpulkan urutan kematian para korban ialah Rudyanto, Renny, Budyanto, Dian.
ADVERTISEMENT
"Pada keempat jenazah kami tidak temukan tanda-tanda kekerasan atau luka-luka," tutupnya.

Psikologi Para Korban dan Alasan Mereka Tak Dimakamkan

Denah Rumah Keluarga yang Mati di Kalideres. Foto: kumparan
Asosiasi ahli psikologi forensik (Apsifor) turut menyelidiki kasus tewasnya satu keluarga dalam rumah di Kalideres, Jakarta Barat. Dari hasil penelitian diungkapkan setiap anggota keluarga itu memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda.
Psikologi mereka mempengaruhi tindakan kepada para anggota keluarga yang lain sehingga mereka tidak dimakamkan. Bahkan kematian mereka tidak disampaikan ke orang di luar rumah tersebut.
Berikut hasil analisis psikologi para korban:
1. Rudyanto Gunawan (70)
Memiliki kepribadian yang sangat khas dan merujuk pada karakteristik sebagai orang yang baik, penurut, pendiam, tidak banyak bicara. Namun cenderung membatasi diri sehingga interaksi dengan orang lain terganggu. Sehingga tidak memiliki banyak teman.
ADVERTISEMENT
Di dalam interaksinya di keluarga cenderung menghindari konflik. Taraf intelektual rata-rata baik. Beliau sekolah di sekolah favorit di Jakarta ini menunjukkan yang bersangkutan memiliki IQ yang memadai.
"Bapak Rudyanto ini diketahui ada masalah kesehatan. Jadi pada usianya yang sudah lanjut kemudian minim aktivitas, minat sosialnya rendah. Namun profil kepribadiannya ini dia cenderung tidak aktif mengupayakan ambil keputusan sendiri tetapi mengandalkan Renny dan Budi untuk keputusan rumah tangga," beber Reni.
Dan dia mempercayakan keluarganya untuk menempuh cara pengobatan untuk penyakitnya tetapi pengobatannya tidak dilakukan secara medik. Artinya pengobatan nonmedik yang diyakini oleh mereka.
"Mereka berupaya hidup dengan ikut vaksin. Jadi keinginan untuk bunuh diri memang tidak ada. Namun ada kepasrahan secara psikologis terhadap keadaan yang terjadi, mencari bantuan, mengikuti apa yang dilakukan oleh keluarga tapi tampaknya tidak berhasil," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Kenapa Rudy tidak dimakamkan?
"Setelah meninggal, Rudy tidak dimakamkan karena situasi keuangan (keluarga) menipis. Ini tampak dari barang bukti catatan tabungan pada bulan Januari itu sudah sangat menipis. Termasuk untuk pengobatan, dalam rangka mencari hal-hal baik untuk keluarga ini," ungkapnya.
Tidak dimakamkannya Rudi juga berkaitan dengan kepribadian istrinya, Renny.
2. Renny Margaretha Gunawan (68)
"Ibu Renny ini memiliki ciri kepribadian dengan karakteristik yang unggul, ingin tampil dengan citra yang baik, ingin dinilai baik, kuat, unggul, dan lebih dari yang lain, dengan motivasi yang tinggi, termasuk dominan, tidak mau terlihat lemah," kata Reni saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jumat (9/12).
Dengan kepribadian seperti itu dan kondisi keuangan keluarga yang menipis membuat dia tidak bisa memakamkan suaminya dengan layak. Maka suaminya tidak makamkan.
ADVERTISEMENT
"Jadi di sini situasi keuangan yang menipis, sementara ekspektasi istrinya yang memiliki satu kepribadian yang ingin tampil unggul, di sini menjadi tidak mampu untuk mewujudkan sebuah proses pemakaman yang sesuai standarnya," kata Reni.
Kenapa Renny tidak dimakamkan?
Ini ada kaitannya dengan situasi denial dalam bentuk pathological grieving yang dialami Dian (anak Reni dan Rudy). Ia membangun keyakinan seolah ibunya masih hidup hingga merawat dan membersihkannya.
Hal ini terlihat dari kondisi TKP saat jenazah ditemukan. Alasnya bersih, kondisi mayat tampak bersih, dengan posisi tampak sedang tertidur.
3. Budyanto Gunawan (68)
Budyanto kepribadiannya unik, kurang lebih sering iri hati, keras kepala, tingkah laku tidak lazim, suka hal-hal klenik dan punya guru spiritual sejak SMA. Hal-hal yang berbau klenik di rumah tersebut diduga merupakan ide Budyanto.
ADVERTISEMENT
Kecerdasan Budyanto biasa saja tidak seperti kakaknya. Cuma perannya membantu rumah tangga.
Dia memiliki strategi pengobatan alternatif. Dia meyakini memiliki sesuatu yang bisa memperbaiki situasi keluarganya, termasuk finansial.
Hal ini tentunya dijadikan harapan bagi keluarganya dengan cara yang diyakininya. Tetapi harapannya tak kunjung datang sehingga ada pergeseran dari hope ke hopeless.
Situasi berlanjut, keuangan habis, psikologi tidak berdaya. Keadaan tidak berdaya ini berpotensi memicu memperburuk fisik dan kesehatannya.
"Budyanto meninggal dalam situasi ketidakberdayaan, punya kepercayaan tidak lazim, tidak sesuai yang diharapkan," kata Reni.
Kenapa Budyanto tidak dimakamkan?
Ini berkaitan dengan pribadi Dian yang tertutup. Pola asuh yang diberikan keluarganya membuat dia menjadi pribadi yang tidak bisa membuat keputusan. Akibatnya saat tiga anggota keluarga itu meninggal ia hanya bisa pasrah.
ADVERTISEMENT
4. Dian Fabbyana Apsari Dewi (42)
Dian memiliki ciri kepribadian khas, kerap menekan emosi negatif yang muncul, punya ketergantungan dengan ibunya. Dalam keluarga, Dian bukan tipe pengambil keputusan. Ia terbiasa menyerahkan semuanya kepada tiga anggota keluarga yang lain.
Ketika ketiga pegangan hidupnya meninggal dunia, Dian pun memilih pasrah. Namun Reni mengatakan masih ada upaya Dian untuk bertahan hidup hal ini ditunjukkan dari makanan yang dikonsumsinya. Artinya Dian sama seperti anggota keluarga yang lain tidak melakukan bunuh diri atau melakukan VSED (Voluntarily Stopping Eating and Drinking).
"Sudah ada 3 mayat seperti itu, sementara (Dian) tidak terbiasa untuk berkomunikasi (dengan orang lain). Tipe kepribadiannya itu memang tipe yang tidak percaya diri. Menarik diri seperti itu," kata Reni.
ADVERTISEMENT
"Itu yang membuat akhirnya keputusannya fatal. Bukan bunuh diri, tetap ingin hidup tapi tidak berdaya," kata Reni.
Kenapa Dian tidak dimakamkan?
Keluarga ini telah lama mengasingkan diri dari lingkungan. Sejak kematian anggota keluarga yang pertama, Rudy, tidak ada yang memberikan kabar ke tetangga maupun keluarga yang lain.
"Ada perilaku mengalienasi atau mengasingkan diri mereka sejak lama, sekitar 20 tahunan," kata Reni.
Perilaku ini juga membuat keluarga tersebut putus komunikasi dengan saudaranya yang lain. Begitu juga dengan tetangga.
Tiap anggota keluarga juga enggan untuk meminta bantuan dari orang lain. Maka itu tidak ada yang tahu kondisi mereka hingga Dian meninggal dunia.
Kasus itu pun terungkap pada November lalu bukan dari pesan yang ditinggalkan Dian, tapi dari kecurigaan warga karena bau busuk yang menyengat dari rumah tersebut.
ADVERTISEMENT