Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Para ABK ini bekerja dalam situasi yang sangat memprihatinkan dan di bawah standar kelayakan. Kontrak mereka pun telah selesai awal 2021, namun perusahaan yang mempekerjakan mereka terus memaksa mereka bekerja di bawah tekanan.
Duta Besar RI untuk Republik Kenya merangkap Somalia, Uganda dan Republik Demokratik Kongo, Hery Saripudin, mengatakan pemerintah memberikan perhatian penuh terhadap hak-hak para ABK ini.
“Pastikan seluruh ABK terlindungi, negara harus hadir dalam melindungi WNI dimanapun berada,” ucap Hery dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/8).
Selama beberapa bulan, para ABK tersebut tertahan di kapal ikan Liao Dong Yu 535, 577, 571, 572 dan 575 karena adanya selisih pendapat antara mereka dengan pihak kapal yang mempekerjakan.
Para ABK mengaku bahwa kontrak mereka dengan pihak kapal sudah selesai pada awal tahun 2021. Sementara pihak kapal mengeklaim bahwa mereka memegang kontrak dari para agen pengirim para ABK yang menyatakan bahwa para ABK masih terikat kontrak.
ADVERTISEMENT
"Kondisi tersebut dipersulit dengan fakta bahwa beberapa pemilik agen pengerah para ABK tersebut ditahan di penjara di Indonesia karena berbagai kasus sehingga tidak bisa dimintakan pertanggungjawabannya," kata dia.
Menurut dia, para ABK asal Indonesia mengatakan bahwa mereka ingin dipulangkan ke Indonesia, bukan hanya karena kontrak yang sudah selesai namun juga karena suasana kerja yang tidak kondusif dengan peralatan kerja yang tak memadai.
Di Tengah Tekanan, ABK Lompat dari Kapal
Di tengah tekanan dan suasana kerja yang sangat tidak kondusif, tanggal 15 Agustus 2021, empat ABK nekat kabur dari kapal dan berenang ke pantai dengan peralatan seadanya.
Brando Brayend Tewuh, salah satu ABK yang kabur dari kapal menceritakan kepada Pelaksana Fungsi Pelindungan WNI KBRI Nairobi, Fauzi Bustami, beberapa hari kemudian bahwa malam itu sekitar pukul 20.30 waktu setempat, dirinya bersama tiga orang temannya nekat terjun dari kapal Liao Dong Yu 535 karena sudah tidak tahan dengan kondisi di kapal dan ingin pulang.
ADVERTISEMENT
"Namun demikian, setelah terombang ambing selama kurang lebih enam jam di laut, mereka belum bisa mencapai pantai karena ombak yang besar dari arah pantai. Mereka kelelahan serta kedinginan," imbuhnya.
Hery mengatakan, sekitar pukul 04.30 pagi tanggal 16 Agustus 2021, Brando dan dua orang rekannya berhasil diselamatkan oleh Kapal Liao Dong Yu 535. Namun, nahas, satu orang rekannya tidak dapat ditemukan.
"Proses pemulangan kedua belas ABK asal Indonesia tersebut dimulai pada Minggu pagi, 22 Agustus 2022 saat mereka dikirim ke pantai kota Xaafuun, Puntland dengan kapal kecil. Saat tiba di daratan, tiga orang di antaranya, Irvandi Wabula, Riki Rikardo dan Valentino Vrangklen Lontaan langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Kemudian, kedua belas ABK diberangkatkan dari Xaafuun menuju kota Bosaso, kota terbesar di Puntland. Selama empat hari di Bosaso, seluruh ABK mendapatkan pemulihan kesehatan dan tes PCR. Setelah itu, tanggal 27 Agustus 2021, rombongan berangkat meninggalkan Somalia menuju Indonesia melalui Addis Ababa, Ethiopia," sambungnya.
Lebih lanjut Hery mengatakan, keberhasilan pemulangan 12 ABK ini terwujud atas kerja sama berbagai pihak, baik BRI Nairobi, instansi di pusat serta perwakilan RI terkait.
Menurut Hery, kasus terlantarnya 12 ABK asal Indonesia di lepas pantai Somalia semestinya menjadi pelajaran berharga bagi pihak-pihak terkait di Indonesia.
"Permasalahan tersebut terjadi karena kurangnya perlindungan terhadap hak-hak pekerja, kondisi kerja di kapal yang kurang kondusif, ketidakjelasan kontrak antara para ABK dengan pemilik kapal, serta dugaan ketidakjujuran agensi/ perusahaan pengerah tenaga kerja," pungkasnya.
ADVERTISEMENT