Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kecam Film The Lady of Heaven, Imam Masjid di Inggris Dipecat
13 Juni 2022 16:34 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Asim merupakan penasihat independen perihal Islamofobia. Dia juga menjabat sebagai wakil ketua dalam forum pemerintah, Kelompok Kerja Kebencian Anti-Muslim.
Namun, Asim telah dicabut dari kedua perannya itu usai mengkritik film The Lady of Heaven yang menceritakan putri Nabi Muhammad, Fatimah.
Departemen Peningkatan, Perumahan dan Komunitas Inggris mengirimkan surat pemberhentian kepada Asim. Pihaknya menuding, Asim mendukung kampanye untuk membatasi kebebasan berbicara, terutama dalam ungkapan artistik.
Asim dikatakan mendorong ketegangan antara komunitas hingga memicu protes. Alhasil, dia dinilai tidak pantas melanjutkan perannya dalam mempromosikan keharmonisan masyarakat.
"Keterlibatan yang jelas dalam kampanye untuk membatasi kebebasan berbicara ini tidak sesuai dengan peran penasihat pemerintah," tulis surat tersebut, dikutip dari BBC, Senin (13/6/2022).
Surat itu melanjutkan, Asim membuat unggahan yang membuktikan dukungannya di Facebook.
ADVERTISEMENT
Dalam unggahan itu, Asim mengaku telah berkoordinasi dengan sesama imam untuk menghubungi bioskop yang memutar film itu.
"Beberapa imam telah mengambil pandangan untuk memprotes dan yang lain berdialog dengan bioskop mencoba untuk menyelesaikan situasi," jelas surat itu, mengutip Asim.
"Di beberapa tempat kami telah berhasil dan bioskop-bioskop itu tidak lagi menayangkan film itu," imbuhnya.
Pemerintah Inggris menuduh, Asim bahkan menyebarluaskan informasi soal demonstrasi. Dia disebut-sebut memberikan rincian waktu dan lokasi unjuk rasa.
Asim membantah segala tuduhan itu. Asim menerangkan, dia tidak mengorganisir maupun menghadiri protes apa pun. Pria yang juga bekerja sebagai pengacara itu kemudian mempublikasikan tanggapannya melalui Twitter.
ADVERTISEMENT
Film Dilarang di Sejumlah Negara
Umat muslim di sejumlah negara telah mengecam keras film The Lady of Heaven yang dikecam oleh Asim. Mereka mengatakan, film buatan Inggris itu adalah bentuk penistaan dan rasisme.
'The Lady of Heaven' menceritakan kehidupan putri Nabi Muhammad, Fatimah. Penulis naskah film ini adalah ulama Syiah, Yasser Al-Habib, dan disutradarai Eli King.
Produser film itu, Malik Shlibak, berdalih bahwa dari film itu orang-orang bisa mengambil pembelajaran dari kisah Fatimah.
"Kami percaya dia adalah tokoh terbaik dalam sejarah bagi kita di masa kini untuk mengetahui bagaimana mengatasi hal-hal seperti ekstremisme, radikalisme dan korupsi. Dan kami merasa penting untuk membagikan kisah ini kepada dunia," tutur Shlibak.
ADVERTISEMENT
Penulis naskah seolah menyamakan tindakan para tokoh tersebut serupa ISIS di Irak.
Film itu turut menuai kritik atas penggambaran para nabi. The Lady of Heaven'menunjukkan penggambaran visual Nabi Muhammad.
Sejumlah negara melarang pemutaran film tersebut, seperti Maroko, Pakistan, Mesir, Iran, dan Irak.
Film Picu Perdebatan Sengit di Inggris
Film tersebut menjadi pusat perdebatan sengit tentang kebebasan berbicara sejak dirilis pada pekan lalu di Inggris.
Sebagian berpendapat, film itu tidak boleh dilarang meskipun menyinggung komunitas agama tertentu.
Sebagian lainnya memiliki pendapat berbeda. Pada 5 Juni, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di luar bioskop di Birmingham. Mereka memprotes pemutaran film tersebut.
Demonstrasi mendorong dua perusahaan bioskop, Cineworld dan Showcase, untuk membatalkan semua pemutaran film itu.
ADVERTISEMENT
Asim turut mengungkap kekhawatirannya. Dia mengatakan, film itu berisiko memicu ekstremisme.
Namun, Asim tetap menegaskan dukungannya atas dialog publik terbuka dan debat ilmiah seputar narasi sejarah antara perspektif Sunni dan Syiah.
Asim mendapatkan gelar Member of the Order of the British Empire (MBE) pada 2012. Dia meraih pencapaian itu lantaran membangun keharmonisan komunitas di Leeds.
Menurutnya, surat dari pemerintah tidak memperhitungkan dukungannya terhadap kebebasan berbicara perihal isu kontroversial.
Asim mengatakan, pemerintah bahkan tidak menghubunginya sebelum membuat keputusan.
"Tidak ada kesempatan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman," tutur Asim.