Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Kedubes Inggris Kecam Kerusuhan, Kutuk Premanisme dan Hooliganisme
6 Agustus 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kerusuhan terjadi di kota-kota di Inggris. Kerusuhan ini muncul usai peristiwa penusukan terhadap tiga orang anak di Southport pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Wakil Duta Besar Inggris, Matthew Downing, angkat bicara tentang kekerasan dan kekacauan di negaranya.
"Terkait kekerasan dan kekacauan yang terjadi di sejumlah kecil lokasi di Inggris, atas nama Pemerintah Inggris, saya ingin secara terbuka mengutuk premanisme dan hooliganisme yang tidak masuk akal ini, yang dilakukan oleh sebagian kecil kelompok," kata Downing dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Selasa (6/8).
Hooliganisme adalah perilaku merusak, mengganggu atau melanggar hukum seperti kerusuhan dan bullying.
Downing juga menegaskan kepada masyarakat Indonesia, setiap orang yang berkunjung ke Inggris tetap disambut dengan baik.
"Saya juga ingin meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa orang-orang yang berkunjung ke Inggris tetap disambut dengan hangat," jelasnya.
Lanjutnya, Inggris adalah negara toleran, terbuka, dan multikultural.
ADVERTISEMENT
"Apa yang Anda saksikan tidak mewakili nilai-nilai Inggris. Pemerintah Inggris dengan jelas menegaskan bahwa kami, sebagai negara, tidak akan menoleransi serangan terhadap masjid, komunitas Muslim, atau siapa pun karena agama atau warna kulit mereka," jelasnya.
Para penjahat yang terlibat termasuk menghasut kebencian dan disinformasi di media sosial akan mendapat hukuman.
"Para penjahat yang melakukan tindakan ini, dan mereka yang menghasut dengan kebencian dan disinformasi online, akan mendapat hukuman penuh," katanya.
Kerusuhan di Inggris
Sepanjang sepekan ini kerusuhan terjadi di Inggris akibat penusukan terhadap tiga orang anak di Southport pekan lalu. Laporan kepolisian Inggris, pelaku penusukan pada Senin (29/7) adalah Axel Rudakubana. Remaja itu lahir dan besar di Inggris.
Peristiwa penusukan ini dibumbui dengan hoaks. Berujung munculnya kericuhan di sejumlah wilayah. Dampaknya begitu meluas.
ADVERTISEMENT
Menurut berbagai penelusuran, kerusuhan dipicu hoaks yang tersebar di sosial media. Dalam hoaks yang tersebar pelaku penusukan yakni Rudakubana disebut sebagai pencari suaka yang tiba dengan perahu di Inggris.
Selain itu, beberapa akun di media sosial juga menyebut Rudakubana penganut paham Islam radikal.
Dari penelusuran kelompok advokasi melawan rasisme dan fasisme, Hope not Hate, penyebaran hoaks imbas dari kejadian di Southport digerakkan kelompok kanan.
"Badai informasi palsu seputar dengan serangan kebanyakan disebarkan oleh akun-akun daring sayap kanan," ucap Hope not Hate seperti dikutip dari Reuters.
Analisis kantor berita Reuters, unggahan yang menyebut Rudakubana adalah pencari suaka atau imigran sudah ditonton 15.7 juta kali di X, Facebook, TikTok, sampai Instagram.
Salah satu media Inggris Channel 3 bahkan sempat menayangkan pemberitaan perihal Rudakubana adalah imigran ilegal. Kemudian artikel itu dihapus Channel 3 dan mereka menyampaikan permintaan maaf.
ADVERTISEMENT
Seorang influencer di Inggris, Andrew Tate, juga menggunggah sebuah foto dengan caption bahwa orang itu adalah imigran ilegal yang turun dari kapal dan bertanggung jawab atas penusukan di Southport.
Unggahan Tate ternyata keliru. Foto yang diunggahnya adalah seorang pria 51 tahun pelaku penusukan di Irlandia pada 2023 lalu.
Sampai sekarang rusuh di Inggris masih berlangsung. Yang teranyar pada Minggu (4/8) waktu setempat massa mencoba membakar hotel tempat penampungan pencari suaka di Rotherham.
Pada Kamis pekan lalu, PM Inggris Keir Starmer memperingatkan kepada pengelola sosial media untuk melarang hasutan kebencian atau hoaks seputar penusukan di Southport.