Keluarga Cerita Hendri Terus Disiksa Karena Uang Tebusan Tak Kunjung Dikirim

16 Agustus 2024 17:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yohana sepupu Hendri (27) korban TPPO di Myanmar usai sambangi Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Jumat (16/8). Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Yohana sepupu Hendri (27) korban TPPO di Myanmar usai sambangi Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Jumat (16/8). Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
ADVERTISEMENT
Yohana (35) sepupu dari Hendri (27), korban TPPO di Myanmar menceritakan bagaimana kondisi Suhendri Ardiansyah alias Hendri, yang hingga saat ini belum dapat dikeluarkan dari Myanmar.
ADVERTISEMENT
Hendri bercerita, ia terus dipukuli dan disiksa karena uang tebusan tak kunjung dikirim pihak keluarga.
Yohana bercerita, komunikasi terakhirnya dengan Hendri terjadi 14 Agustus lalu. Hendri meminta dikirimi tebusan Rp 18 juta untuk bisa meringankan siksaan yang ia terima setiap hari.
"Pas hari Rabu nelepon, dia masih tetap disuruh minta kirimin uang. Karena nggak ada uang masuk dia dapat pukulan," ujar Yohana kepada wartawan usai menjalani pemeriksaan di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Jumat (16/8).
Yohana menceritakan, terakhir Hendri mendapat siksaan pada pukul 02.00 dini hari. Namun ia tak menjelaskan kapan tanggal pastinya Hendri disiksa.
Korban penipuan tawaran kerja di Thailand serta korban penyekapan dan penyiksaan di Myanmar Suhendri Ardiansyah (27) atau Hendri. Foto: Dok. Keluarga
Pada saat itu, Hendri sudah beranjak tidur di toilet. Sejak awal disekap, Hendri memang ditempatkan di toilet. Kemudian ia langsung ditarik dan dibawa ke sebuah ruangan berisi 7 hingga 8 tentara Myanmar dan bos-bos.
ADVERTISEMENT
"Dia di situ dipukul, tangannya diborgol, mukanya ditutup kantong kresek dan kakinya itu dihajar pakai stik baseball," ucap Yohana.
"Jadi dari pinggang ke bawah yang dihajar, sampai dia bilang kakinya itu kayak mati rasa. Benar-benar kaki dia kayak buntung gitu, nggak ada rasanya," tambahnya.
Hendri disiksa tiap dua hari sekali, kemudian dikembalikan lagi ke toilet tempat Hendri disekap. Hendri juga tak menceritakan berapa lama ia disiksa.
Tebusan terakhirnya bernilai Rp 18 juta, karena menurut Yohana, pihak penyekap menilai 300 Dolar AS terlalu besar.
Tebusan senilai Rp 18 juta tersebut juga, hanya untuk meringankan siksaan yang didapatkan oleh Hendri saja. Bukan untuk melepas Hendri sepenuhnya.
"Kemarin cuma minta Rp 18 juta cuma buat ngeringanin saja dia bilang. Mungkin pikiran orang sana 300 Dolar itu sudah nggak mungkin ya keluarga, karena itu besar, ya sudah minta sedikit-sedikit dia," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ada Indikasi 'Tukar Kepala'?
Menurut penjelasan Yohana, pada saat Hendri berangkat ke Thailand, ada 3 orang lainnya yang juga hendak berangkat dengan tujuan yang sama.
Namun dua lainnya batal, sehingga Hendri berjalan sendirian dari Indonesia ke Thailand. Posisi Risky, teman Hendri yang menawarkan pekerjaan, sudah berada di Thailand lebih dulu.
Hal ini dinilai Yohana ada upaya sebagai dugaan tukar kepala antara Risky dan Hendri.
"Sepertinya kecurigaannya sih seperti itu tukar kepala," pungkasnya. Karena saat ini Risky malah sudah berada di Indonesia. Meski pihak keluarga Hendri meminta agar Risky diperiksa, namun belum ada jadwal pemeriksaan hingga kini.