Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Keluarga Mormon Amerika Serikat korban pembantaian mendesak pemerintah Meksiko untuk menerima bantuan asing untuk memberantas kartel narkotika. Menurut mereka, kartel narkotika semakin kejam, bahkan lebih kejam dari ISIS.
ADVERTISEMENT
Sembilan orang tewas dalam serangan kartel pada Senin lalu di Meksiko . Korban terdiri dari tiga orang perempuan, sisanya anak-anak. Korban termuda dua bayi kembar berusia 6 bulan. Mereka diberondong peluru, lalu mobilnya dibakar.
"Saya merasa kartel Meksiko telah mencapai tingkat kebarbaran yang lain, mereka sama atau lebih kejam dari ISIS. ISIS punya ideologi. Sicario (pembunuh bayaran) ini, apa yang mereka lakukan? Kesekahan dan iblis murni," kata Rosa LeBaron, 65, yang kehilangan sepupu, dan keponakan dalam peristiwa itu.
Pemakaman para korban penyerangan telah dilangsungkan pada Kamis (7/11) dihadiri oleh warga Mormon dari Meksiko dan AS. Rosa mengatakan Meksiko seharusnya menerima tawaran bantuan dari pihak lain untuk memberantas kartel.
Sebelumnya Presiden AS Donald Trump menyatakan perang terhadap kartel atas pembantaian tersebut. Trump juga menawarkan bantuan militer AS untuk memerangi kartel Meksiko.
ADVERTISEMENT
"Kami seperti tinggal di Afghanistan, 100 mil dari perbatasan AS. Mereka harus menyingkirkan orang-orang jahat ini dari Meksiko, seperti yang dilakukan koalisi di Suriah," kata Rosa lagi.
Presiden Meksiko saat ini, Lopez Obrador, ingin menggunakan cara lunak dalam memerangi kartel. Menurut dia, kartel bisa dihapuskan dengan membenahi akar permasalahan, yakni kemiskinan.
Presiden sebelumnya Felipe Calderon mengerahkan militer, menewaskan 250 ribu orang dalam perang melawan kartel. Demi menghindari jatuhnya banyak korban, Obrador menolak intervensi asing. Namun dia membuka pintu bagi kerja sama dengan FBI.
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 21:56 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini