Kemenag Kaji Perpendek Waktu Tinggal Jemaah Haji di Makkah dan Madinah

19 Juli 2023 18:10 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirjen PHU Kemenag Hilman Latief (tengah). Foto: MCH 2023
zoom-in-whitePerbesar
Dirjen PHU Kemenag Hilman Latief (tengah). Foto: MCH 2023
ADVERTISEMENT
Kementerian Agama sudah mulai merancang kembali berbagai skenario penyelenggaraan ibadah haji untuk tahun depan. Salah satu yang menjadi perhatian, yakni lamanya penyelenggaraan haji.
ADVERTISEMENT
Dirjen Penyelenggaraan Ibadah Haji Kemenag, Hilman Latief, mengatakan pihaknya tengah mencermati sejumlah kemungkinan yang bisa disesuaikan agar waktu tinggal jemaah haji selama di Makkah dan Madinah bisa dipersingkat. Misal mengatur kembali waktu keberangkatan dan kepulangan jemaah.
"Kalau konteksnya keberangkatan dan kepulangan mengenai jadwal pesawat ritmenya mau bagaimana landai di awal tinggi, di tengah landai, di belakang, ataukah rata, ataukah naik turun itu ritmenya sedang kita pelajari," kata Hilman di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Rabu (19/7).
Selama ini, Kemenag memang terbentur slot penerbangan yang telah ditetapkan oleh Arab Saudi. Termasuk, adanya aturan korelasi antara banyaknya jemaah dengan masa tinggal di Arab Saudi selama penyelenggaraan haji.
Hilman mengatakan, hal ini pula yang tengah dikaji ulang. Saat ini, jemaah haji rata-rata menghabiskan waktu 40 hari di Makkah dan Madinah selama penyelenggaraan haji berlangsung.
Jemaah haji kloter SUB 38 menaiki bus di Hotel 603 kawasan Raudhah, Makkah, Arab Saudi, Senin (10/7/2023). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
Keberangkatan juga dibagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama dari Indonesia akan mendarat di Madinah dan tinggal selama kurang lebih 9 hari. Selama di sana, jemaah bisa melaksanakan salat arbain atau salat berjemaah 40 waktu di Masjid Nabawi. Setelah itu, jemaah baru berangkat ke Makkah sampai penyelenggaraan puncak haji selesai dan menunggu waktu kepulangan.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, jemaah gelombang kedua berangkat dari Indonesia dan mendarat di Makkah. Di sana, jemaah langsung menunggu puncak haji. Setelah selesai, barulah berangsur jemaah berangkat ke Madinah dan akan tinggal selama 9 hari. Barulah kembali ke Indonesia.
"Sebagaimana amanah dari Pak Menag, kami Ditjen PHU diminta mendesain ulang tentang lama stay jemaah di Madinah, di Makkah, syukur-syukur bisa diperpendek," ungkap dia.
"Tapi semua itu tergantung dengan regulasi yang ada di Saudi Arabia," tambah dia.
Salah satu bagian yang tak kalah penting, yakni penanganan dan pelayanan jemaah selama puncak haji atau dikenal dengan masyair di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Hilman ingin ada tim khusus yang menangani jemaah selama puncak haji.
"Ketiga yang paling penting yaitu special force atau tim khusus untuk dapat menangani jemaah selama prosesi di Armina atau masyair itu juga sedang kita desain. Mudah-mudahan ke depan bisa lebih baik," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Kita juga berkomunikasi hal ini dengan pemerintah Saudi Arabia, karena apa pun yang kita lakukan nanti terkait dengan regulasi yang dikeluarkan pemerintah Arab Saudi," ucap dia.
Pelaksanaan puncak haji tahun ini memang butuh sejumlah perbaikan. Paling tidak, pelayanan yang diberikan perusahaan Arab Saudi yang bekerja sama dengan Indonesia, Masyariq. Sebab, ada sejumlah catatan yang menjadi perhatian Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.
Misalnya saja, soal ketersediaan air, keterlambatan konsumsi, layanan transportasi di Muzdalifah terlambat, dan sarana sanitasi yang belum maksimal meski jumlahnya sudah ditambah.