Kemendikbud: Ada Laporan Tren Peningkatan Pernikahan Dini dan Kehamilan Saat PJJ

13 Agustus 2020 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Jumeri. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Jumeri. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
ADVERTISEMENT
Melalui surat keputusan bersama (SKB) 4 menteri, beberapa sekolah yang ada di zona hijau dan kuning sudah diperbolehkan untuk membuka kelas tatap muka. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Jumeri, selama ini pendidikan jarak jauh sudah membuat sejumlah siswa terpaksa putus sekolah karena beberapa faktor.
ADVERTISEMENT
"Karena membantu orang tua, ekonomi keluarga menurun, ada persepsi orang tua yang berubah, ketika tidak masuk orang tua menganggap tidak ada proses pendidikan, dan sebagainya," kata Jumeri dalam keterangannya, Kamis (13/8).
Selain itu, menurut Jumeri, tidak semua anak memiliki kondisi rumah yang ideal untuk tinggal atau belajar. Bahkan, selama proses pembelajaran jarak jauh berlangsung, Jumeri mengaku sudah menerima sejumlah laporan tren pernikahan dini hingga eksploitasi perempuan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Jumeri. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
"Kita tahu tidak semua rumah ideal untuk tempat tinggal anak-anak. Ada laporan tren pernikahan dini, eksploitasi perempuan, dan kehamilan. Ini yang kita alami," lanjutnya.
Belum lagi, kata dia, ada kesenjangan antara siswa yang memiliki teknologi IT sendiri, dan dengan yang tidak. Sehingga, kesenjangan ekonomi ini bisa membuat kesenjangan pendidikan antar-siswa yang semakin jauh.
ADVERTISEMENT
Jumeri juga membantah, dibukanya pembelajaran tatap muka di sejumlah sekolah berpotensi memunculkan klaster penularan virus corona yang baru. Untuk menghindari risiko tersebut, Jumari mengaku sudah menegaskan ke Kadis Kabupaten/Kota untuk memastikan pembukaan sekolah dilakukan atas izin satgas COVID-19 setempat dan mengikuti aturan yang diterapkan.
"Ini yang kita tawarkan dalam memilih pendidikan. Orang tua yang paling berwenang, apakah putra-putrinya boleh (masuk sekolah), termasuk kalau sekolah di zona kuning tapi tinggal di zona merah, sebaiknya jangan berangkat dulu, tapi belajar di rumah," pungkasnya.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona