Kemendikbud Ungkap Alasan Pilih 177 Buku Sastra Jadi Panduan

31 Mei 2024 10:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kemeneterian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kemeneterian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Langkah Kemendikbud merekomendasikan 177 buku sastra menuai kritik karena isi bukunya dinilai tidak sesuai dengan usia para pelajar.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito Utomo, mengungkapkan alasan buku-buku itu masuk Panduan Rekomendasi Penggunaan Buku Sastra.
"[Indikator] Utamanya adalah kualitas kebahasaan dan kecocokan dengan tujuan pembelajaran di kurikulum," kata Anindito kepada kumparan, Jumat (31/5).
Namun, Anindito menyebut, indikator lebih detail pemilihan 177 buku sastra itu diserahkan kepada kurator yang terdiri dari akademisi, sastrawan, dan guru.
Lebih lanjut, Anindito mengungkapkan bahwa pemilihan 177 buku sastra tersebut hanya masalah prioritas saja. Guru tetap diberi kebebasan untuk memilih sendiri buku yang tepat untuk anak.
"Guru sangat boleh menggunakan karya sastra yang mereka anggap cocok. Tapi, Kemendikbud tentu tidak bisa membuat panduan untuk semua buku yang beredar. Masalah prioritisasi saja," jelas Anindito.
ADVERTISEMENT
Menurut Anindito, hal terpenting dalam penggunaan buku sastra itu nantinya adalah sesuai dengan tujuan pembelajaran di sekolah.
"Pedomannya bagi guru adalah capaian pembelajaran di kurikulum. Guru bebas menggunakan bahan ajar asal sesuai dengan tujuan pembelajaran," katanya.
17 kurator buku sastra rekomendasi Kemendikbud yang kini menuai polemik. Foto: Instagram dan Facebook
Sebelumnya, Majelis Pendidikan Dasar, Menengah, dan Nonformal (Dikdasmen PNF) PP Muhammadiyah dan Komisi X DPR RI sempat meminta Kemendikbudristek menarik Buku Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.
Alasannya, di daftar buku sastra di dalam panduan untuk siswa SD hingga SMA itu terkandung nila-nilai yang dinilai menyimpang.
"Buku-buku sastra yang sebagian isinya mengandung kekerasan fisik dan seksual, serta perilaku hubungan menyimpang yang tidak sesuai dengan norma agama dan kesusilaan," kata Wakil Ketua Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah, Alpha Amirrachman, dalam keterangannya, Kamis (30/5).
ADVERTISEMENT
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf.
"Saya setuju [panduan penggunaan buku sastra Kemendikbudristek] ditarik, jika ada karya sastra yang tidak tepat peruntukan usianya," kata Dede saat dihubungi, Kamis (30/5).
Menurutnya, jika buku-buku sastra tersebut yang tidak sesuai dengan peruntukan usia tetap dijadikan panduan, akan menjadi pembenaran bagi pembacanya.
"Karena akan menjadi pembenaran bagi yang membaca. Masih banyak karya sastra yang lebih edukatif," ucap dia.
Berdasarkan 'Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra' yang dilihat kumparan, ada 43 buku sastra yang direkomendasikan untuk tingkat SD/MI. Sementara untuk tingkat SMP/MTs ada 29 buku yang direkomendasikan, dan 105 buku sastra yang direkomendasikan untuk tingkat SMA/SMK/MA/MAK.