Kemendikbud Ungkap Alasan Tarik Buku Panduan Penggunaan Karya Sastra

31 Mei 2024 21:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung perkantoran Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Foto: Andika Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gedung perkantoran Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Foto: Andika Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek, Anindito Utomo, mengungkapkan alasan ditariknya buku panduan penggunaan rekomendasi buku sastra. Buku panduan ini menuai banyak kritik lantaran dianggap isinya mengandung hal vulgar yang tidak cocok untuk proses ajar-mengajar.
ADVERTISEMENT
Anindito mengatakan, buku panduan ini sudah ditarik sejak 22 Mei lalu sebelum beredar di publik. Ia mengatakan buku panduan tersebut masih berproses dan seharusnya tidak untuk disebarkan.
“Sebenarnya buku panduan ya sudah kita tarik 22 Mei lalu sebelum muncul ke publik, tapi kadung tersebarkan. nah ini kami bantu sosialisasi juga kalau ada bentuk digital tidak disebarkan, itu sedang kita revisi,” kata dia kepada wartawan di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (31/5).
“Banyak masukan yang kami terima setelah buku panduan itu beredar, itu kami terima sebagai masukan yang berharga, untuk mengkaji ulang berdiskusi dengan tim kurator bersama tim kurator ini sedang berproses,” lanjutnya.
Ilustrasi buku. Foto: Shutter Stock
Anindito menyebut bahwa tujuan dibuatnya buku panduan itu adalah untuk memberikan keterangan atau peringatan kepada guru untuk memilah dan memilih karya sastra untuk digunakan sebagai alat bantu pengajaran di kelas.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Anindito mengungkapkan bahwa tujuan diadakannya program tersebut adalah karena pihaknya menilai kondisi literasi di Indonesia yang masih lemah. Dengan adanya program tersebut, diharapkan literasi khususnya pada pelajar bisa meningkat.
“Program merdeka belajar kita mengupayakan berbagai cara meningkatkan literasi dan budaya literasi di sekolah. salah satunya program sastra masuk sekolah ini,” ucapnya.
Sebagai informasi, program sastra masuk sekolah ini juga melibatkan pengarang atau sastrawan sebagai kurator. Ia mengatakan kurator juga memberikan rekomendasi karya sastra yang memiliki nilai untuk pelajar.
Kendati begitu, program tersebut, kata Anindito, bukanlah program wajib. Program sastra masuk sekolah ini bentuknya hanya alat bantu guru untuk mengimplementasikan pelajaran yang cocok.
“Tujuan besar program ini ingin mengenalkan karya sastra kepada anak-anak kita. Karya sastra itu banyak memiliki nilai-nilai kemanusiaan untuk melatih mengasah empati, melatih cara berpikir,” tutup dia.
ADVERTISEMENT