Kemenlu Diminta Beri Perlindungan Bagi WNI di AS Cegah Rasialisme Anti-Asia

27 Maret 2021 9:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dave Laksono, anggota fraksi Golkar Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dave Laksono, anggota fraksi Golkar Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Dua WNI di Philadelphia, AS, diduga menjadi korban penindasan dan serangan rasialisme. Terkait hal itu, Ketum Kosgoro 57 Dave Akbarshah Fikarno meminta Kemenlu segera menyikapi kasus itu dengan serius.
ADVERTISEMENT
Dia ingin Kemenlu memberikan perlindungan maksimal kepada WNI yang berada di luar negeri.
"Terkait penyerangan 2 WNI di Philadelphia, AS, ini saya menyerukan kepada Kemlu khususnya melalui perwakilan kita di sana bisa memberikan perlindungan kepada WNI kita di sana, baik yang WNI asli ataupun yang masih keturunan," kata Dave, Sabtu (27/3).
Dave juga meminta agar Kemenlu melalui perwakilan AS memantau rutin kondisi WNI. Dia berharap adanya imbauan agar tak berpergian saat malam hari karena rentan menjadi korban penyerangan rasisme.
Menlu Retno Marsudi saat pertemuan dengan Menlu Singapura, Vivian Balakrishnan di Jakarta, Kamis (25/3). Foto: Kemenlu RI
"Juga meminta Kemlu untuk menekan pemerintah AS memberikan perlindungan khusus bagi warga negara kita. Karena biar bagaimana pun mereka yang ada di sana itu tinggal dan kerja untuk AS dan juga merupakan kewajiban pemerintah AS sesuai konstitusinya untuk memberikan perlindungan untuk semua orang yang berada di AS," ujar Dave yang juga Anggota Komisi I DPR itu.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Dave berpandangan kasus penyerangan berbasis rasialisme di AS itu menunjukkan bahwa persoalan rasial di AS masih belum selesai.
Secara historis, kata dia, AS memang pernah memperbudak orang asing, lalu dalam aturan hukumnya juga melakukan diskriminasi bagi orang non kulit putih. Meskipun UU rasis itu telah dicabut sekitar 70-an tahun yang lalu.
"Jadi ini AS yang dulu sering teriak-teriak rezim di Indonesia melanggar HAM dan sebagainya, ya, dari sini terbukti bangsa AS belum selesai dengan kasus-kasus HAM sampai hari ini," tandas Dave.
Sebagaimana diketahui, dua remaja putri WNI yang tidak diketahui identitasnya itu mengungkapkan soal penindasan dan serangan rasial yang mereka alami.
The Philadelphia Inquirer memberitakan, insiden ini terjadi saat mereka yang masih duduk di bangku sekolah menengah menunggu kereta Broad Street Line arah selatan di SEPTA Station, Minggu (21/3) malam, pukul 20.00 waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Dua remaja putri berusia 17 dan 18 tahun itu didatangi empat gadis kulit hitam. Tak diketahui apakah keduanya mengenal keempat gadis kulit hitam ini atau tidak, tapi dua di antaranya langsung menampar wajah dua remaja WNI tanpa sebab dan satu lainnya mengutuk dua WNI itu.
Mereka meyakini telah menjadi sasaran rasial, karena keempat gadis kulit hitam itu tak menyerang warga lain yang berkulit putih, hitam, Hispanik [keturunan Spanyol] maupun Latin.
Seorang juru bicara SEPTA mengatakan, insiden itu awalnya tidak dilaporkan ke polisi stasiun maupun Departemen Kepolisian Philadelphia. Namun akhirnya diselidiki pihak berwenang.
Belakangan, kelompok minoritas di AS khususnya masyarakat keturunan Asia menjadi korban diskriminasi dan kriminalitas. Puncaknya adalah serangan penembakan spa dan tempat pijat di Atlanta.
ADVERTISEMENT