Kenang Karya Ibunya, Anak-anak NH Dini Siapkan Acara Spesial di Bali

5 Desember 2018 18:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marie-Claire Lintang (kanan), putri NH Dini setia menemani ibunya dikremasi. (Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Marie-Claire Lintang (kanan), putri NH Dini setia menemani ibunya dikremasi. (Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Abu jenazah novelis NH Dini disimpan di Krematorium Yayasan Sosial Gotong Royong Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah, sambil menunggu kedatangan putranya yang juga kreator 'Minions' dalam film Despicable Me, Pierre-Louis Padang Coffin, ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Putri NH Dini, Marie-Claire Lintang Coffin, mengungkapkan akan ada sebuah acara khusus untuk mengenang kepergian ibunya. Rencananya, acara tersebut akan diadakan di Bali dengan membawa karya-karya milik NH Dini. Ia juga masih menunggu kedatangan kakaknya Padang tiba di Indonesia.
"Kami harap bisa mengadakan acara mengenang beliau. Harapan saya di Bali. Kami akan merayakan karya-karya beliau. Karya-karya yang mungkin belum diketahui," kata Lintang seusai proses kremasi ibunya di lokasi, Rabu (5/12).
"Saya harap bisa membicarakan dulu dengan saudara saya secepatnya. Sekarang dia (Padang) masih di Prancis," sambungnya.
Suasana di Krematorium Yayasan Sosial Gotong Royong Ambarawa, Jawa Tengah tempat NH Dini dikremasi. (Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Krematorium Yayasan Sosial Gotong Royong Ambarawa, Jawa Tengah tempat NH Dini dikremasi. (Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan)
Lintang mengaku bersyukur sempat menghabiskan waktu bersama dengan ibunya beberapa waktu lalu. Ia juga sempat merasakan ucapan selamat tinggal yang berbeda dari ibunya saat hendak pulang.
ADVERTISEMENT
"Tapi ada hal yang spesial ketika dia bilang selamat tinggal. Itu terasa indah sekali. Saya tak berpikir dia memberi isyarat, karena beliau masih bekerja setiap pagi, masih menulis. Beliau juga cerita sering terjaga di tengah malam menunggu sesuatu yang bisa untuk ditulis. Dia tetap menulis sampai akhir hayatnya," kenang Lintang.
Pemimpin Wisma Lansia Harapan Asri tempat NH Dini menghabiskan waktu-waktu terakhirnya, Bruder Heribertus Suparno, mengenang novelis itu sebagai sosok yang terstruktur. NH Dini sangat menghargai waktu, dan tak ada satu waktu yang terlewat tanpa mengerjakan apa-apa.
"Beliau menempati kamar paling pojok, itu juga dipilih sendiri, karena ada tamannya. Beliau memang rajin berkebun, bahkan sering tanaman-tanaman itu diajaknya berinteraksi," tutur Bruder Heri.
Suasana di Krematorium Yayasan Sosial Gotong Royong Ambarawa, Jawa Tengah tempat NH Dini dikremasi. (Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Krematorium Yayasan Sosial Gotong Royong Ambarawa, Jawa Tengah tempat NH Dini dikremasi. (Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan)
Sementara itu, novel terakhir yang ditulis NH Dini berjudul 'Gunung Ungaran' terinspirasi dari kesehariannya saat tinggal di panti werdha di daerah Nglerep, Ungaran, sebelum pindah ke Wisma Lansia Harapan Asri.
ADVERTISEMENT
"Buku itu dilaunching bulan Agustus lalu, isinya menceritakan keseharian dia disini. Apa yang beliau pikirkan, dituangkannya setelah berkebun. Biasanya, pagi setelah berkebun itu dia akan istirahat di kamar untuk membuat draft tulisan, dilanjutkannya kalau sudah malam. Pokoknya sangat rapi dan tidak ada gejala demensia," jelas dia.
Ditemui di kesempatan berbeda, Suparjo yang merupakan sopir taksi yang membawa NH Dini saat kecelakaan mengungkapkan almarhum adalah pribadi yang sangat ramah. Suparjo telah menjadi sopir pribadi NH Dini sejak 8 tahun lalu. Tak hanya itu, NH Dini juga ikut membantu menyekolahkan putra-putri Suparjo.
Suasana di Krematorium Yayasan Sosial Gotong Royong Ambarawa, Jawa Tengah tempat NH Dini dikremasi. (Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Krematorium Yayasan Sosial Gotong Royong Ambarawa, Jawa Tengah tempat NH Dini dikremasi. (Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan)
"Selasa dan Jumat itu memang rutin tusuk jarum di daerah Jagala. Pas pulang itu, Bu Dini kan enggak suka kena macet, ya saya lewat tol dan itu biasa. Hari kemarin (ketika kecelakaan) aja yang tidak biasa," ujar Suparjo.
ADVERTISEMENT
Rencananya, karya-karya peninggalan NH Dini akan dikelola oleh Badan Kearsipan Daerah setempat. Sebagian karyanya lagi akan tetap dibiarkan di Wisma Lansia Harapan Asri, yang menjadi tempat tinggal terakhirnya sebelum menutup usia dalam usia 82 tahun akibat kecelakaan lalu lintas pada Selasa (4/12).
Reporter: Afiati Tsalitsati