Kenapa Hizbullah Masih Gunakan Pager Sebelum Teror Bom Mossad?

18 September 2024 12:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ambulans dikerumuni orang-orang di pintu masuk American University of Beirut Medical Center ketika pager yang mereka gunakan untuk berkomunikasi meledak di seluruh Lebanon, menurut sumber keamanan, di Beirut, Lebanon, Selasa (17/9/2024). Foto: Anwar Amro/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ambulans dikerumuni orang-orang di pintu masuk American University of Beirut Medical Center ketika pager yang mereka gunakan untuk berkomunikasi meledak di seluruh Lebanon, menurut sumber keamanan, di Beirut, Lebanon, Selasa (17/9/2024). Foto: Anwar Amro/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebanyak 5 ribu pager atau penyeranta meledak di Lebanon pada Selasa (17/9). Kejadian itu menewaskan sembilan orang dan melukai nyaris 3 ribu lainnya.
ADVERTISEMENT
Kejadian di Lebanon mengungkap fakta mengenai masih digunakannya pager. Padahal alat komunikasi ini tidak bisa mengirim pesan atau menerima panggilan langsung sebagaimana ponsel — hanya bisa menerima pesan seperti SMS.
Penelusuran kumparan, pager dikembangkan pada 1950-an sampai 1960-an. Peger kemudian digunakan secara luas di dunia pada 1980-an, lalu populer di akhir 1990-an sampai awal 2000-an.
Setiap pager yang didaftarkan ke operator memiliki nomor. Pager hanya bisa menerima pesan. Untuk mengirim atau membalas pesan, orang harus menelepon operator pager dan menyampaikan pesan yang dimaksud kepada operator untuk diteruskan ke nomor pager yang dituju.
Pager tipe AR924, salah satu tipe yang meledak di Lebanon. Foto: Dok. gapollo.com.tw
Lalu kenapa pager masih digunakan di Lebanon, terutama oleh kelompok Hizbullah?
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah belum lama ini mengeluarkan perintah agar anggotanya tidak membawa ponsel. Dia mengatakan, pergerakan Hizbullah akan mudah dilacak Israel jika ada yang masih menggunakan ponsel.
ADVERTISEMENT
Kemudian Nasrallah memerintahkan agar komunikasi digunakan lewat pager.
Seorang pejabat Hizbullah, yang namanya dirahasiakan, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa kelompoknya sebelum perintah dari Nasrallah tak pernah menggunakan pager.
Pemimpin Hezbollah, Sayyed Hassan Nasrallah (tengah). Foto: AFP/ANWAR AMRO
Pejabat itu juga tak mau mengungkap supplier atau merek pager yang biasa mereka gunakan. Akan tetapi, 5 ribu pager meledak bermerek Gold Apollo dari Taiwan. Hizbullah yakin Mossad dalang di balik serangan itu.
Menurut analisis kantor berita Reuters, dari gambar pager yang hancur, terdapat format dan stiker di bagian belakang yang sesuai dengan pager buatan Gold Apollo, Taiwan.
Gold Apollo yang berbasis di Taiwan menyangkal mereka membuat pager yang meledak di Lebanon itu.
Hsu Ching-kuang, pendiri dan presiden Gold Apollo di kantor mereka di New Taipei City, Taiwan, Rabu (18/9/2024) menyangkal pager yang meledak buatan pabriknya. Foto: Ann Wang/REUTERS
Pendiri Gold Apollo, Hsu Ching-kuang, menyebut pager yang meledak itu dibuat oleh sebuah perusahaan di Eropa. Hsu hanya mengakui perusahaan Eropa itu punya hak menggunakan merek Apollo Gold.
ADVERTISEMENT
"Produk itu bukan milik kami. Hanya ada merek kami saja di atasnya (pager yang meledak)," ucap Hsu tanpa menyebut perusahaan pembuat di Eropa itu.
Menurut New York Times, pager yang dikirim ke Lebanon mayoritas bertipe AP924 dan ada tiga tipe lainnya. Salah satu yang meledak berjenis AR924 yang fotonya viral.
Pager tipe AR924, salah satu tipe yang meledak di Lebanon. Foto: Dok. gapollo.com.tw

Ponsel Mudah Disadap

Menurut pengamat dari New York University’s School of Professional Studies, Nicholas Reese, ponsel pintar punya risiko lebih besar disadap jika dibanding teknologi lebih sederhana seperti pager.
"Jenis serangan ini akan memaksa Hizbullah mengubah strategi komunikasi mereka," kata Reese seperti dikutip dari Associated Press.
"Para penyintas ledakan pada Selasa ini kemungkinan akan membuang bukan cuma pager tapi ponsel mereka, dan akan meninggalkan tablet atau perangkat elektronik lain," ujar pria yang pernah menjadi perwira intelijen ini.
ADVERTISEMENT