Kenapa Korea Utara ‘Diam-diam’ Meluncurkan Roket Terbarunya?

1 Agustus 2019 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Roket KN-09 milik Korea Utara Foto: missilethreat.csis.org
zoom-in-whitePerbesar
Roket KN-09 milik Korea Utara Foto: missilethreat.csis.org
ADVERTISEMENT
Korea Utara meluncurkan sistem roket berpeluncur ganda (MRLS) yang langsung diawasi oleh pemimpin mereka Kim Jong-un, Rabu (31/7). Di hari yang sama, Korea Selatan melaporkan adanya rudal balistik jarak dekat yang meluncur 250 km dari Wonsan di pesisir timur Korut.
ADVERTISEMENT
Media pemerintah Korut Korean Central News Agency (KCNA) mengonfirmasi MRLS merupakan senjata roket berpemandu terbaru. Roket ini dikembangkan atas kesepakatan di Kongres Ketujuh Partai Buruh Korea (WPK) 2016 lalu dan akan berperan dalam operasi militer darat.
“Uji coba peluncuran secara ilmiah mengonfirmasi data taktis dan karakter teknis dari roket berpemandu kaliber besar tipe baru ini mencapai nilai numerik dari desainnya, serta memverifikasi efektivitas tempur dari keseluruhan sistem,” terang KCNA dilansir Yonhap News Agency.
Kim merasa puas setelah melihat hasil uji coba roket terbaru Korut. Roket itu diyakini akan memberikan tekanan tak terhindarkan bagi pasukan yang menjadi target serangan.
Sejumlah rudal diluncurkan saat militer Korea Utara melakukan 'latihan penyerangan'. Foto: KCNA via REUTERS
Tak disebutkan negara mana yang akan menjadi target, tetapi Kota Seoul dianggap berada dalam jangkauan.
ADVERTISEMENT
Ada yang menarik dalam peluncuran roket berpemandu terbaru Korut kali ini. Tak seperti uji coba senjata rudal, Korut tak lagi terang-terangan mempublikasikan foto atau video terkait roket yang diuji coba.
“Tidak biasanya bagi partai (WPK) mempublikasikan aktivitas Kim tanpa foto sama sekali. Bisa saja seharusnya uji coba itu dipublikasikan semacam Kim bicara dengan pejabat tanpa menunjukkan senjata itu sendiri,” terang analis media senior Korea Utara untuk Amerika Serikat, Rachel Minyoung Lee, kepada NK News.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, saat mengawasi latihan militer. Foto: Reuters
Menurut Lee, Korut mencoba untuk low profile agar uji coba senjata roket terbarunya tak terlalu dibesar-besarkan. Hal ini dilakukan demi alasan persuasif ketimbang mengancam. Meskipun belum diketahui apa tujuan dari uji coba ini sepenuhnya.
"Bisa jadi ada sesuatu (rahasia) sensitif di senjata itu atau karena Korut belum siap untuk berbagi gambar senjata ini dulu. Atau karena Korut ingin menjaga agar cerita ini tidak dikedepankan, atau mungkin semuanya," jelas Lee.
ADVERTISEMENT
Data yang dihimpun oleh Korsel menyebutkan bahwa sistem roket terbaru yang diluncurkan Korut merupakan pengembangan dari KN-09. Roket artileri tersebut pertama kali diluncurkan 2013 lalu.
“Luas jangkauan lebih signifikan di atas KN-09,” terang peneliti senior dalam bidang hubungan dan keamanan internasional di Federation of American Scientists, Ankit Panda.
Roket KN-09 milik Korea Utara Foto: missilethreat.csis.org
Berdasarkan data CSIS Defense Missile Project, KN-09 hanya punya jangkauan sejauh 190 km. Senjata ini punya kaliber 300 mm. Roket terbaru yang ditembakkan Korut kemarin (31/7) dianggap memiliki spesifikasi lebih dari itu.
“Yang kami tahu, roket ini punya kaliber lebih besar dari 300 mm, yang merupakan kaliber KN-09. Sebelumnya, kaliber tersebut merupakan kaliber (MRLS) yang paling besar di persenjataan tentara Korut,” tutur Ankit.
ADVERTISEMENT
Uji coba roket terbaru ini menyusul peluncuran dua rudal jarak pendek serupa minggu lalu ke Laut Jepang. Langkah tersebut sempat menuai respons keras dari Tokyo. Hal ini juga membuat pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Kim 30 Juni 2019 lalu ternoda. Meskipun, pihak Korut sebenarnya tak punya kewajiban untuk tidak melakukan uji coba roket.
“Uji coba senjata ini tidak melanggar janji Kim Jong-un yang dibuat kepada presiden (Trump) tentang rudal balistik antarbenua (ICBM). Tetapi kamu harus mempertanyakan, kapan diplomasi nyata akan mulai berlangsung?” ujar Penasehat Keamanan Nasional AS John Bolton kepada Fox.
Sementara, pengamat isu-isu keamanan dari Universitas Padjadjaran Rizki Ananda Ramadhan menilai bahwa pengetesan roket dilakukan untuk memberi sinyal kepada negara sekitar bahwa Korut tak akan tunduk. Apalagi, dengan negara-negara yang menginginkannya untuk melucuti senjata nuklir.
Pengamat isu-isu keamanan Universitas Padjadjaran, Rizki Ananda Ramadhan. Foto: Facebook/@rizki.a.ramadhan
“Kenapa Korut masih bersikap seperti itu karena dia melihat ancaman regional, ancaman kanan-kirinya masih ada. Kalau dilihat di sekitarnya kan ada peningkatan kerjasama hubungan antara Jepang sama AS,” kata Rizki kepada kumparan, Kamis (1/8).
ADVERTISEMENT
Dosen di Program Studi Hubungan Internasional itu mengaku kesulitan menebak keinginan Korut atas uji coba roket terbarunya ini. Menurut Rizki, Korut ingin melihat respons terlebih dahulu dari negara-negara yang bereaksi atas uji coba roket ini.
“Kalau saya melihatnya susah, saya tidak yakin Korut akan berinisiatif (mengambil posisi) duluan dalam hal ini. Dia akan melihat dulu respons AS dan Jepang. Setelah meluncurkan roket kemarin, Amerika dan Jepang bisa menahan diri tidak untuk tidak memprovokasi,” kata dia.
Sebab, menurut Rizki, Korut merasa sebagai negara besar. Negara itu tidak mau meminta lebih dulu dalam sebuah negosiasi untuk meningkatkan daya tawar.
“Kalau mau diributin lagi (setelah ada respons), ya diribut lagi sama dia (Korut). Kasarnya begitu,” pungkasnya.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo di Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN ke-52. Foto: Nadia Jovita Injilia Riso/kumparan
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo awal minggu ini berkata bahwa AS berharap pembicaraan dengan Korut akan terjadi dalam waktu dekat. Kemungkinan, pembicaraan itu dihelat dalam Forum Keamanan Asia Tenggara di Bangkok pekan ini. Namun sejauh ini, belum ada respons dari pihak Korut.
ADVERTISEMENT
“Kami masih menunggu kabar dari Korea Utara,” katanya sebagaimana dilansir Euronews.