Kepala BNPT Sebut Sel Terorisme Tak Tidur: Penangkapan Besar-Fundraising

27 Juni 2024 13:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Personel Brimob Polda Lampung mengumpulkan sejumlah barang bukti usai penggeledahan rumah milik orang tua terduga teroris di Bandar Lampung, Lampung.  Foto:  ANTARA FOTO/Ardiansyah
zoom-in-whitePerbesar
Personel Brimob Polda Lampung mengumpulkan sejumlah barang bukti usai penggeledahan rumah milik orang tua terduga teroris di Bandar Lampung, Lampung. Foto: ANTARA FOTO/Ardiansyah
ADVERTISEMENT
Serangan teroris pada 2023 dan 2024 memang tidak ada. Tapi, ini bukan berarti sel teroris tidur. Mereka punya cara lain untuk tetap bergerak melakukan berbagai rencana.
ADVERTISEMENT
“Sel-sel terorisme ya kita enggak tidur ini ini terus melakukan konsolidasi,” kata Kepala BNPT, Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel saat menjawab pertanyaan dari anggota DPR di rapat kerja komisi III DPR, pada Kamis (27/6).
“Kita harus tetap waspada, kita tidak boleh lengah ternyata di bawah permukaan proses radikalisasi dan penguatan sel-sel teror ini masih terus berjalan,” sambungnya.
Doorstop Kepala BNPT, Rycko Amelza Dahniel, Senin (25/3/2024) Foto: Jonathan Devin/kumparan
Rycko mengatakan, ada indikasi lain yang bisa membuktikan sel teroris terus bergerak meski serangan atau open attack tidak terjadi selama 2023 dan 2024. Misalnya, penangkapan terhadap teroris ini masih terjadi dan jumlahnya makin besar.
"Penangkapan-penangkapan terhadap kasus pelaku teror ini semakin meningkat jumlahnya dibanding tahun sebelumnya. Ini yang pertama," jelas dia.
"Kemudian penyitaan barang bukti senjata api, senjata tajam jumlahnya lebih besar di tahun-tahun berikutnya. Padahal di atas permukaan zero terorist attack," tambah eks Kapolda Jawa Tengah itu.
ADVERTISEMENT
Dalam rapat, Rycko memang tidak memaparkan berapa jumlah teroris yang ditangkap dari tahun ke tahun, termasuk barang bukti yang disita.
Selain itu, Rycko juga mengungkapkan bahwa proses paparan radikalisasi itu terjadi menggunakan aliran-aliran dana yang berasal dari pemanfaatan penggalangan dana atas nama keagamaan.
“Peningkatan fundraising, pengumpulan dana dengan memanfaatkan berbagai momen itu dengan berbagai cara,” paparnya.
Tren aksi terorisme di Indonesia. Foto: Youtube/TV Parlemen
Ia menyebut, masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang sangat bermurah hati. Apalagi dengan sumbangan-sumbangan yang biasa ditaruh di masjid atau mushola.
“Minta sumbangan dititipkan di masjid di mushola bahkan ditaruh di simpangan lampu merah itu jadi uang,” ungkapnya.
“Gambar kuburan ditaruh di masjid ditulis ‘suatu saat Anda akan masuk ke sini’ jadi duit juga,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Rycko menyebut, pihaknya bersama lembaga lain yakni Densus 88 Polri terus melakukan penertiban terkait penggalangan dana yang memang digunakan untuk kegiatan radikal.