Ketimpangan Masyarakat Miskin dan Kaya di RI Masih Lebar

17 Juli 2017 15:23 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penduduk miskin. (Foto: dinsos.bantenprov.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penduduk miskin. (Foto: dinsos.bantenprov.go.id)
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Gini Ratio cenderung berjalan stagnan. Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran sebesar 0,393 atau hanya turun 0,001 pon jika dibandingkan September 2016.
ADVERTISEMENT
Sementara jika dibandingkan pada periode Maret 2016 yang tercatat sebesar 0,397, tingkat ketimpangan atau gini ratio hanya turun sebesar 0,004 poin.
"Hampir stagnan. Artinya ketimpangan hampir tak mengalami perubahan dari September ke Maret 2017," kata Kepala BPS Suhariyanto, di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (17/7).
Dari catatan BPS, gini ratio di daerah perkotaan pada Maret 2017 mencapai 0,407 atau turun dibanding September 2016 sebesar 0,409 dan Maret 2016 yang sebesar 0,410.
Sementara itu, gini ratio di daerah perdesaan pada Maret 2017 sebesar 0,320, naik dibanding September 2016 sebesar 0,316 dan turun dibanding Maret 2016 sebesar 0,327.
Pada Maret 2017, distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 17,12 persen. Artinya, pengeluaran penduduk masih berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah.
ADVERTISEMENT
Jika dirinci menurut wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 16,04 persen atau berada pada kategori ketimpangan sedang. Sementara untuk daerah perdesaan, angkanya tercatat sebesar 20,36 persen yang berarti masuk dalam kategori ketimpangan rendah.
Pada Maret 2017, provinsi yang memiliki gini ratio tertinggi tercatat di provinsi DI YOgyakarta sebesar 0,432. Sementara yang terendah tercatat di Provinsi Bangka Belitung sebesar 0,282.