Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ketua Alumni UI: Politik Praktis Boleh, Asal Jangan Seret ILUNI
6 Februari 2019 12:35 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Dukungan alumni perguruan tinggi membuahkan insentif elektoral bagi dua kandidat capres-cawapres 2019, Jokowi-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Partisipasi politik para alumni juga diharapkan dapat menggaet suara undecided voters di kalangan kelas menengah dan terdidik.
ADVERTISEMENT
Dari sekian banyak deklarasi alumni perguruan tinggi, gerakan alumni Universitas Indonesia cukup menyita perhatian. Alumni UI yang mendukung Jokowi-Ma’ruf maupun Prabowo-Sandi gencar menggelar deklarasi serta menggalang suara.
Forum resmi alumni UI, Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI), sempat bereaksi atas munculnya berbagai deklarasi dukungan dari para alumni itu. Salah satunya dengan membuat somasi kepada alumni UI baik yang mendukung Jokowi-Ma’ruf atau Prabowo-Sandi.
Bagaimana pandangan Ketua ILUNI UI Arief Budi Hardano mengenai gelombang dukungan kepada capres-cawapres dari alumni kampus? Berikut perbincangan kumparan dengan Arief:
Bagaimana ILUNI menanggapi gelombang deklarasi alumni UI, baik ke Jokowi-Ma’ruf atau Prabowo-Sandi?
Kalau ILUNI kan tidak pernah membawa namanya untuk dukung mendukung. Tapi pada kenyataannya, ada banyak alumni yang bergerak untuk berpolitik praktis membawa nama lembaganya.
ADVERTISEMENT
Jadi ILUNI UI ini sebagai lembaga alumni yang sah, punya dasar Statuta UI yang tidak memperbolehkan ILUNI UI sebagai lembaga untuk berpolitik praktis. Tidak boleh mendukung kontestan, tidak boleh menggunakan lembaga ILUNI UI untuk hal-hal yang sifatnya partisan.
Tetapi dalam konteks kondisi demokrasi yang saat ini sedang berjalan, para alumni semakin paham perannya masing-masing dan demokrasi kemudian juga men-trigger mereka untuk berperan. Karena memang para alumni ini kan punya hak pribadi, punya dasar hukum dan punya hak secara konstitusi untuk berdemokrasi.
Jadi alumni UI ini asalkan tidak menggunakan lembaga, ya mereka bisa mencalonkan diri sebagai misalnya relawan, tim sukses, caleg DPR, DPRD, dan bahkan calon presiden. Boleh mendukung secara pribadi sebagai alumni UI.
ADVERTISEMENT
Karena demokrasi kita ke depan kan pasti akan semakin matang, hingga mungkin bukan hanya partai politik yang mendukung para kontestan. Ada stakeholder lain yang ingin berpartisipasi, berkontribusi. Kelihatannya kan demikian dalam demokrasi yang sedang berjalan saat ini.
Langkah apa yang diambil ILUNI agar para alumni UI ini tetap dalam koridor aturan dan tak memicu perpecahan?
Setelah rekan-rekan alumni UI mendeklarasikan diri untuk mendukung 02, dan ada juga alumni UI yang mendeklarasikan diri mendukung 01, ya kita mengundang tim keduanya—yang mewakili 01 maupun 02—untuk membuat deklarasi bersama. Deklarasi itu sudah dirilis di media dan ditandatangani. Tujuannya agar mereka berkontestasi secara damai.
Maksudnya agar alumni yang saat ini mendukung para paslon, bukan hanya memberikan dukungan, tapi juga memberikan gagasan. Gagasan itu kemudian kita akomodir dengan sistem yang namanya call for paper.
ADVERTISEMENT
Call for paper meminta tulisan dari seluruh alumni UI untuk menulis 1.000 kata mengenai gagasan dan ide yang akan disampaikan kepada kedua calon di pilpres ini.
Jadi bukan hanya mendukung 01 dan 02, tetapi juga harus keluar gagasan dari mereka. Itu program kita, dan nanti itu akan kita bukukan, dan buku itu kita berikan kepada Pak Jokowi dan Kiai Ma'ruf Amin, juga kepada Pak Prabowo dan Pak Sandiaga Uno.
Apakah di kepengurusan ILUNI UI, ada anggotanya yang terafiliasi dengan salah satu paslon atau bergabung dengan parpol?
Kebetulan yang tidak menjadi anggota partai politik itu saya, sekjen, bendahara umum. Kami tidak ada afiliasi ke salah satu partai politik. Tapi memang di Badan Pengurus Harian (BPH) itu ada yang menjadi anggota partai A B C D, lengkap. Bahkan, ada sebagian dari mereka mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
ADVERTISEMENT
Itu boleh dalam aturan organisasi ILUNI UI?
Boleh. Kebetulan memang saya justru mengharapkan kepengurusan ILUNI UI itu dikontribusikan oleh banyak generasi, yang millenial sampai yang senior, dengan banyak latar belakang dari partai A sampai Z.
Alumni UI kan enggak homogen. Jadi saat ada dari mereka yang menjadi caleg, saya katakan ada beberapa memang di DPR, DPRD, ini memang menjadi sebuah kekayaan buat ILUNI UI.
Sebelum para alumni mendeklarasikan dukungan ke Jokowi atau Prabowo, apakah berkoordinasi dengan ILUNI UI?
Ada, karena ILUNI UI sudah mengerti bahwa alumni UI ini tidak homogen. Tidak hanya memilih si A misalnya, tapi juga ada yang memilih si B, dan itu sebuah kenyataan.
ADVERTISEMENT
Kalau hanya ambil sikap netral, itu juga kan tidak betul. Jadi mengambil sikap netral bukan berarti kita duduk di pinggir jalan, tapi kita juga mengambil sikap untuk ikut menyukseskan demokrasi di 2019 agar lebih berkualitas. Caranya kita mendukung alumni yang menjadi timses dan relawan bagi 01, juga mendukung alumni yang menjadi timses dan relawan di 02.
Jadi pelibatan sejumlah tokoh yang merupakan alumni UI untuk menggaet alumni lainnya itu wajar?
Iya. Tentu mereka jadi vote-getter juga, karena mereka kan tokoh-tokoh yang berpengaruh bagi publik. Jadi tokoh-tokoh UI di 01 dan 02 ini memang menjadi reference. Apalagi kalau tokoh-tokoh itu kemudian mengajak dan mempengaruhi publik.
Artinya, teman-teman ini kan sedang berkontestasi. Sejauh KPU dan Bawaslu meng-organize dengan konsep netral agar adil dan jujur, tentunya ini akan jadi platform bagi kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
ILUNI UI selalu punya konsep damai. Tujuannya adalah siapa pun yang menang harus didukung, yang kalah harus menerima dan kemudian kita berlatih dan berkontestasi lagi.
Tapi yang menang pun jangan jemawa, tetap rendah hati dengan mengajak yang kalah kerja sama. Karena ke depan ini selain dengan program kerja, kita harus punya konsep yang namanya rekonsiliasi nasional. Tidak boleh negara ini terdikotomi menjadi dua.
Apakah gerakan para alumi bisa berpengaruh signifikan atas pemilih yang belum menentukan pilihan di Pilpres 2019?
Iya, selaras. Alumni yang saat ini proaktif memberikan dukungan merupakan potensi vote-getter bagi floating mass yang belum menentukan pilihan, atau sudah menentukan pilihan tetapi masih ragu-ragu, atau sudah menentukan pilihan tetapi enggak speak up.
ADVERTISEMENT
Banyak alumni yang bukan anggota partai tetapi profesional, yang tidak bekerja menjadi pegawai negeri. Mereka profesional yang misalnya jadi penggerak UMKM atau pengusaha, kemudian bergerak dan bergabung, punya keinginan untuk menyukseskan kontestasi agar demokrasi lebih berkualitas.
Pasti mereka memilih dengan dasar-dasar research, dasar logika, kompetensi. Jadi siapa pun yang dipilih, pasti ada alasannya. Itulah kemudian kenapa gerakan alumni ini menjadi referensi masyarakat banyak. Apalagi masyarakat saat ini sudah terkoneksi dengan handphone, jadi mereka ini gampang untuk searching.
Pada saat searching kemudian mendapatkan informasi, misalnya kamu memberikan alasan mengapa memilih si A, kenapa si B. Alasannya kemudian di-copy paste, dikirim, di-share. Itu bakal menjadi vote-getter. Hal ini membuat demokrasi semakin berkualitas.
ADVERTISEMENT
Pada Pilpres 2014, apakah gerakan para alumni semasif ini
Berbeda. Sekarang ini lebih besar dinamikanya, karena mungkin banyak berubah suasananya. Pertumbuhan demokrasi makin baik, makin transparan. Semua semakin pintar, dekat dengan data yang benar, dekat dengan informasi.
Semua orang sekarang mudah dapat informasi soal isu, dan ini bukan para alumni saja, tapi sampai ke warung kopi. Ini sebuah kemajuan bangsa.
Ada pesan khusus kepada seluruh alumni yang sedang berkontestasi dan terlibat penggalangan dukungan saat ini?
Menjelang hari pencoblosan pemilihan umum, pemilihan presiden di tanggal 17 April 2019, harapan kami para alumi mengedepankan konsep kontestasi yang melahirkan gagasan, karena latar belakang alumni itu sebagai cendikia yang punya sense kenegarawanan.
Gagasan yang kreatif dan inovatif akan solutif untuk menghadapi isu-isu bangsa ke depan. Dengan konsep ini, setelah demokrasi berkualitas, Indonesia akan naik kelas. Naik kelas kesejahteraannya, naik kelas kondisi ekonominya, naik kelas ranking dunianya. Naik kelas bagi seluruh rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT