Ketua FTA soal Diskusi Dibubarkan Sekelompok Orang: Lebih Buruk dari Orde Baru

28 September 2024 16:53 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tangkapan layar video saat pembubaran diskusi terjadi. Dok: Ist.
zoom-in-whitePerbesar
Tangkapan layar video saat pembubaran diskusi terjadi. Dok: Ist.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Diskusi kebangsaan yang digelar para diaspora Indonesia di Hotel Grand Kemang, Mampang, Jakarta Selatan, pada Sabtu pagi (28/9), dibubarkan oleh sekelompok orang tak dikenal.
ADVERTISEMENT
Acara yang digagas Forum Tanah Air (FTA) ini sedianya akan berbagi pikiran menjelang peralihan kepemimpinan nasional bulan ini.
"Ini sangat memalukan sekali. Kondisi ini jauh lebih buruk dari Orde Baru, kita mundur 40 tahun ke belakang. Sepertinya mereka bermaksud untuk memberikan shock therapy, tapi mereka salah memilih tempat dan salah sasaran," kata Chairman FTA, Tata Kesantra, dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Sabtu (28/9).
Tata menyayangkan terkesan ada aksi pembiaran, sehingga perusuh bisa masuk ke venue acara di dalam hotel. Semestinya kepolisian yang berada di sekitar tempat acara bisa mencegah aksi anarkistis ini.

Kronologi

Tata menjelaskan, diskusi yang dihadiri juga para akademisi dan tokoh nasional ini diserang dan diobrak-abrik sebelum acara sempat dimulai. Sejak pukul 09.00 WIB, puluhan orang sudah berorasi di depan hotel dan menuntut diskusi dibubarkan.
ADVERTISEMENT
Sekitar pukul 10.00 WIB mereka masuk ke ruang ballroom tempat diskusi berlangsung. Tata mengatakan, mereka berteriak dan mengancam supaya acara dibubarkan sambil mencabut backdrop dan banner, merusak layar Infocus, kursi, mikrofon, kamera, dan lainnya.
Para tokoh yang hadir tetap tenang dan tidak terpancing aksi perusuh. Mereka menyayangkan jelang peralihan kekuasaan justru dinodai dengan peristiwa yang merusak proses demokrasi.

Tokoh yang Hadir: Din Syamsuddin hingga Fachrurozi

Tokoh nasional yang hadir adalah Prof Din Syamsuddin, sejarawan Dr Batara Hutagalung, mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko, Brigjen (Purn) Hidayat Poernomo, Dr. Said Didu, mantan Menag dan Wakil Panglima TNI Jend (purn) Fachrurozi, Dr. Refli Harun, Dr Syafril Sofyan, Dr. Abraham Samad, Prof Chusnul Mar’iyah, Dr. Rizal Fadhilah (tokoh Jabar), advokat Aziz Januar SH, serta Merry, S.Ag.
Ketua Kehomatan Inter Religious Council Indonesia Din Syamsuddin (kiri) memberikan sambutan dalam peringatan Pekan Kerukuranan Antar Umat Beragama Dunia di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu (5/2/2023). Foto: Indrianto Eko Suwarso/Antara Foto
"Ini kejahatan demokrasi dan anarkisme. Ini mengganggu kehidupan kebangsaan kita. Polisi tidak berfungsi sebagai pelindung dan pengayom rakyat, mereka diam saja. Saya protes keras terhadap polisi yang berdiam diri pada spanduk pendemo, mereka tulis Din Syamsuddin pemecah belah rakyat, padahal saya adalah tokoh pemersatu bangsa," kata intelektual muslim Din Syamsuddin.
ADVERTISEMENT
Tata menyebutkan, kejadian ini akan menjadi berita buruk dari Indonesia, bagi diaspora yang berada di Amerika, Eropa, Australia, Asia dan Afrika.
"Ini memalukan, apa yang bisa kita tawarkan ke dunia. Ada orang-orang yang sudah lama tinggal diluar negeri, tapi kok dihadapkan dengan hal ini. Ini sangat memalukan sekali, karena acara ini disiarkan secara live," paparnya.
Chairman Forum Tanah Air, Tata Kesantra, menjawab pertanyaan wartawan saat dijumpai di Jakarta, Sabtu (28/9/2024). Foto: Jonathan Devin/kumparan
Tata sendiri yang baru tiba dari New York pekan lalu menjelaskan, FTA ingin membuat acara untuk mempertegas apa yang harus dilakukan menjelang pergantian kepemimpinan agar menjadi hal positif.
"Kami ingin mengusulkan perbaikan-perbaikan ke pemerintahan,” ujarnya.
“Demokrasi apa yang sedang terjadi di Indonesia ini? Terlihat pemerintah tidak hadir, contohnya pagi ini ada penyerangan secara barbar, dan apakah polisi bisa menangkap mereka? Saya tunggu polisi mengusut kelakuan brutal tadi, karena ada tiga orang satpam juga dipukuli (oleh perusuh)," kata mantan Danjen Kopassus, Mayjen (Purn) Soenarko.
ADVERTISEMENT
Tata mengaku terkejut dengan kejadian anarkistis ini.
“Selama 25 tahun tinggal di Amerika dan sejak pagi saya sudah tahu ada yang demo di depan hotel dan kita biarkan, karena kita juga punya hak berkumpul dan berserikat seperti halnya pendemo. Dan pejabat polisi menjamin bahwa pendemo tidak akan masuk, namun ternyata 5 menit kemudian mereka masuk dan merusak secara brutal properti FTA yang ada. Tamu dan peserta yang hadir di sini adalah orang-orang yang peduli dengan bangsa ini,” tandasnya.
Ia memastikan FTA adalah forum pikiran dan diskusi politik kebangsaan yang merdeka dan tidak terafiliasi pada partai, LSM, dan tokoh tertentu.
Said Didu yang ikut hadir dalam acara ini menyayangkan pemerintah tak bisa hadir untuk melindungi rakyat.
ADVERTISEMENT
“Saya pikir hari ini kita pantas berduka karena preman menyerbu orang yang mau bicara tentang demokrasi. Saya melihat aksi yang hampir sama seperti di Barcelona, dan yang di negeri ini yang baru saja terjadi, di mana pemerintah tidak bisa hadir untuk melindungi rakyat di negaranya. Artinya, ada pihak yang tidak ingin ada keadilan di negeri ini. Kami tidak akan diam dan kami akan jaga kedaulatan NKRI, dan akan kami hadapi siapa pun yang mencoba mengganggu rakyat," ucapnya.
Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun. Foto: Tommy Wahyu Utomo/kumparan
Sementara Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun menyebut, perusakan yang dilakukan sekelompok orang tersebut merupakan tindak kriminal, apa lagi dilakukan di depan polisi.
“Demokrasi ini kampungan/primitif, jika mau demo, kan mereka tetap demo saja, tapi jika sudah masuk ruangan pertemuan orang lain dan merusak, itu namanya kriminal dan bukan delik aduan, bahkan mereka lakukan itu semua di depan polisi. Jadi kami ramai didatangi polisi, sementara mereka tidak melakukan apa pun untuk menindak tegas pelaku anarkistis,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
“Jika demo bisa dilakukan di jalan, masa kita melakukan kegiatan di dalam ruangan tidak bisa? Talk di TV lebih ganas materinya. Di sini kita hanya menyampaikan ide dan gagasan, kita tidak bahaya. Tapi yang bahaya itu koruptor, dan mereka takut kita membongkar hal yang sesungguhnya. Orang takut, dengan orang yang berpikir itu beda. Pasti mereka itu primitif, masa takut dengan Prof Din dan kawan-kawan? Kita jalankan diskusi sampai acara selesai, sesuai dengan freedom association," sambung Refly.

Komentar Tokoh-tokoh

Berikut komentar para tokoh-tokoh lain yang ikut hadir dalam diskusi tersebut:
• Dr. Marwan Batubara
ADVERTISEMENT
• Dr. Rizal Fadhilah
• Dr. Batara Hutagalung
ADVERTISEMENT
• Krisnadwiyanto (Korwil Yogyakarta)
• Sudirman Hamidi (Korwil FTA Sumsel)