Ketum MUI: Politik dan Agama Bisa Saling Menopang

30 Maret 2017 14:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ketua Umum MUI, Maruf Amin, dalam Konferensi Pers (Foto: Fanny Kusumawardhani)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum MUI, Maruf Amin, dalam Konferensi Pers (Foto: Fanny Kusumawardhani)
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo meminta semua pihak untuk tidak mencampuradukkan persoalan politik dan agama. Terlebih, selama pilkada serentak. Presiden menyesalkan bahwa urusan politik seringkali dibenturkan dengan agama.
ADVERTISEMENT
Namun, Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin menilai masalah politik dan agama justru bisa saling menopang. Menurut dia, maksud Jokowi adalah jika masyarakat mempunyai pemahaman agama yang radikal, saat itulah politik dan agama harus dipisahkan karena akan menimbulkan keresahan dan kegaduhan.
"Kalau itu sebenarnya antara politik dan agama saling menopang. Tapi mungkin Presiden menganggap, ini menurut pemahaman saya bahwa beliau itu ada pemahaman keagamaan yang radikal, destruktif sehingga bisa terjadi hal-hal yang bertentangan, menimbulkan keresahan dalam masyarakat," ujar Ma'ruf seusai bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (30/3).
Dalam pertemuan dengan Presiden siang tadi, Ma'ruf mengatakan bahwa Jokowi memahami agama dapat menimbulkan masalah terutama pemahaman agama yang radikal. Tapi, pemahaman yang moderat justru memberikan penguatan terhadap masalah-masalah politik, kebangsaan, dan kenegaraan.
ADVERTISEMENT
"Beliau sangat mengerti bahwa memang agama itu ada juga yang bisa menimbulkan masalah. Kalau pemahaman agama yang radikal kan memang menimbulkan masalah keagamaan," ujarnya.
"Tetapi kalau pemahaman agama yang moderat seperti yang dianut NU dan juga mungkin Muhammadiyah, ya justru agama itu memberikan penguatan terhadap masalah politik, kebangsaan, dan kenegaraan," lanjutnya.
Ditambahkan Ma'ruf, dalam tradisi NU, biasanya masalah kebangsaan diselesaikan melalui solusi fiqih. Contohnya saja bagaimana NU menyelesaikan masalah Islam dan Pancasila.
"Masalah kebangsaan hubungan muslim dengan nonmuslim, hubungan, itu semua diberi landasan-landasan keagamaan," ucap Ma'aruf.