Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ketua Umum PA 212: Tim Prabowo Menawari Jadi Tim Sukses
23 Desember 2018 19:42 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif mempertanyakan alasan Usamah Hisyam, mantan penasihat PA 212, yang baru sekarang mempersoalkan dukungan PA 212 untuk Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT
“Pak Usamah bagian dari yang menentukan lima nama (dalam Ijtima Ulama I) itu. Dan dia salah satu pimpinan sidang. Kalau nggak sesuai, harusnya (bilang) dari awal dong,” kata Slamet kepada kumparan di Hotel Ayana Midplaza, Jakarta Pusat, Jumat (21/12).
Protes Usamah atas dukungan PA 212 terhadap Prabowo Subianto ramai diperbincangkan setelah ia mundur dari Dewan Penasihat PA 212 pada pertengahan November 2018. Usamah mengatakan kecewa karena, menurutnya, PA 212 tak lebih dari tim sukses calon presiden belaka.
Disusul kemudian viralnya tulisan Usamah berjudul “Prabowo Marah Meninju Meja, Para Ulama Terperangah ” yang dimuat di Muslim Obsession, situs berita yang tergabung dalam Obsession Media Group milik Usamah sendiri.
Menurut Slamet, gebrak meja yang dilakukan Prabowo adalah respons wajar.
ADVERTISEMENT
“Saya juga kalau lagi diskusi kan respons tangan kadang suka terlepas. Jadi dia (Prabowo waktu itu) ingin menunjukkan ketegasan,” tutur Slamet.
Berikut petikan wawancara kumparan dengan Slamet Maarif yang kini duduk sebagai Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.
Usamah Hisyam dalam tulisannya menyebut Prabowo bereaksi keras sampai memukul meja di hadapan para ulama. Sebenarnya bagaimana jalannya pertemuan itu?
Sebelum Ijtima Ulama I, Dewan Penasihat dan Sekretaris Persaudaraan Alumni 212 mengadakan pertemuan di Hotel Sultan untuk mempersiapkan materi-materi dan usulan-usulan dari PA 212 untuk Ijtima Ulama.
Semua anggota Dewan Penasihat kami undang supaya nanti ada usulan-usulan konkret tertulis yang bisa kami berikan kepada panitia Ijtima Ulama, resmi dari PA 212.
ADVERTISEMENT
Kami juga mengundang semua pimpinan partai. PKS, PAN, Gerindra, Partai Bulan Bintang, Partai Idaman, Berkarya, kami undang semua sebagai tamu pra-Ijtima Ulama dari PA 212. Tapi itu bukan acara Ijtima Ulama, (sebelumnya).
Semua orang ketika itu boleh bicara. Pak Usamah boleh bicara, Kiai Sobri Lubis (Ketua FPI) boleh bicara. Semua bicara waktu itu. Saya juga bicara ketika itu untuk memberikan masukan format Ijtima Ulama.
Tibalah waktunya Pak Prabowo untuk memberikan sambutan sebagai Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina Gerindra. Namanya (Prabowo) belum digadang-gadang, baru direkomendasikan Rakornas (Rapat Koordinasi Nasional) PA 212. Ada lima usulan nama (Habib Rizieq Syihab, Prabowo Subianto, Tuan Guru Bajang, Yusril Ihza Mahendra, dan Zulkifli Hasan).
ADVERTISEMENT
Nah, dia (Prabowo) berceritalah tentang keadaan bangsa dan negara. Kemudian sampai pada persoalan nyinyiran orang bahwa pengetahuan keislaman beliau terbatas. Ya dia jujur, dia mengakui.
Seperti apa reaksi Prabowo waktu itu?
Beliau―dari nada bicaranya―sangat tidak nyaman. Sehingga dia katakan, “Ya walaupun pengetahuan agama saya terbatas, pengetahuan agama saya boleh dikatakan kurang, tapi saya tidak pernah mengkhianati Islam. Saya nggak pernah menjual Islam!”
Sambil begini (mengetuk-ngetuk meja), bukan meninju . Jadi itu respons dari pembicaraannya.
Tidak sampai meninju?
Kalau meninju pecah nanti (mejanya). Jadi itu reaksi sajalah. Ungkapan hati beliau yang menunjukkan keseriusan dan ketegasan. Nah, apakah orang mau maknai meninju, gampar meja, mukul meja, itu kan persepsi orang yang melihat. Macam-macam.
ADVERTISEMENT
Kalau saya nggak berpikir ke situ, tapi esensi pembicaraan itu jauh lebih penting. Mengingatkan bahwa boleh dikatakan pengetahuan agamanya (Prabowo) terbatas, tapi dia tidak pernah mengkhianati Islam.
Selama ini apa yang dia (Prabowo) perjuangkan tidak menyakiti Islam, dan itu luar biasa―komitmen untuk tidak mengkhianati Islam.
Ijtima Ulama berlangsung Juli 2019, dan Usamah kini melontarkan protesnya. Apakah ada persoalan di internal PA 212?
Waktu Rakornas di Cibubur yang memunculkan lima nama (kandidat capres), Pak Usamah hadir sebagai Dewan Penasihat. Dia ada di depan, di pimpinan sidang. Kalau Pak Usamah komitmen dengan alasannya menegakkan syariat, harusnya sejak Rakornas dulu menjegal Prabowo.
ADVERTISEMENT
Kan ketika itu kami tentukan kriteria dulu, baru muncul lima nama. Kalau menurut Pak Usamah, Pak Prabowo tidak sesuai dengan kriteria pemimpin muslim, kenapa tidak dijegal dari awal? Ya, kan?
Harusnya dijegal, dong―“Wah ini nggak sesuai, nih.” Artinya, kalau memang komit dengan hasil Rakornas yang dihadiri beliau, maka komit dengan siapa pun yang terpilih di antara lima nama itu.
Logika berpikirnya kan seperti itu―menghormati hasil musyawarah. Bukan sebaliknya, setelah jadi (keputusan) baru menghantam habis-habisan. Ada apa?
Lebih bijak ya jujur saja bilang, “Saya dukung Pak Jokowi. Maaf lahir batin teman-teman 212, tapi saya menghormati pilihan Anda.” Itu kan lebih bijaksana.
Tak boleh lupa, Pak Usamah bagian dari mereka yang menentukan lima nama (kandidat capres 212) itu. Dan dia salah satu pimpinan sidang. Kalau nggak sesuai, harusnya dari awal, dong.
ADVERTISEMENT
Usamah menyoal alasan di balik dukungan Ijtima Ulama ke Prabowo yang menurutnya tidak berdasar syariat Islam. Dia membandingkannya dengan sikap PA 212 terhadap Ahok. Menurut Anda bagaimana?
Pak Usamah mungkin merasa lebih alim, lebih banyak pengetahuan agamanya dibanding ulama-ulama yang berkumpul di Ijtima Ulama. Tapi kami-kami di PA 212 menyadari betul kalau pengetahuan kami terbatas. Keimanan kami terbatas, nggak sebanding dengan para ulama.
Sehingga, ketika ulama sudah memutuskan (mendukung Prabowo) dengan berbagai aspek pertimbangan, maka kami sami’na wa atho’na (kami dengar dan kami taat). Karena kami merasa tidak lebih baik dari ulama-ulama itu.
Ada berbagai pertimbangan ulama, mulai pertimbangan syariat, pertimbangan agama, pertimbangan kemaslahatan, dan pertimbangan politik.
Usamah menyebut PA 212 sebagai Tim Sukses Prabowo.
ADVERTISEMENT
Teman PA 212 kan tidak boleh dikekang hak politiknya. PA 212 mengambil keputusan menjadi bagian dari pemenangan Prabowo-Sandi, sebenarnya bukan karena Prabowo-Sandi-nya, tapi Ijtima Ulama-nya.
Apa yang kami perjuangkan adalah Ijtima Ulama―kesepakatan Ijtima Ulama. Andaikan waktu itu Ijtima Ulama memutuskan Jokowi-Ma'ruf, saya pastikan kami akan mendukung juga. Andai kata keputusannya itu.
Tapi kemudian ketika Ijtima Ulama yang disetujui oleh HRS (Habib Rizieq Syihab) mendukung Prabowo-Sandi, maka tugas kami untuk mengamankan, menjalankan, dan memperjuangkan keputusan ini.
Anda sendiri sekarang menjabat Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi. Itu karena keinginan pribadi?
Tidak. Saya nggak pernah menawarkan diri, nggak pernah meminta jadi tim sukses. Mereka (Prabowo-Sandi) nggak pernah menawari PA 212 langsung, tapi melalui salah satu pengurus DPP FPI, Sugeng, dan Sekretaris Umum FPI, Munarman.
ADVERTISEMENT
Mereka (Sugeng dan Munarman) setelah Ijtima Ulama II menyatakan ada tawaran dari Tim Prabowo-Sandi, “Siapa yang mau bergabung di timses Prabowo-Sandi.”
Semua mengatakan bersedia kalau Rizieq Syihab menyetujui. Semua begitu, termasuk saya. Ada beberapa nama (dari PA 212 ), dengan berbagai pertimbangan lalu masuk timses.
Sampai saat ini, dari mulai ditunjuknya saya di BPN oleh tim, Habib Rizieq nggak komentar, tapi sering memberi masukan.