Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Ketum Muhammadiyah: Pilgub DKI Munculkan Gerakan Islam Baru
5 Mei 2017 23:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menilai sejumlah kejadian yang terjadi selama Pilgub DKI Jakarta telah memunculkan gerakan Islam baru. Salah satunya, kasus dugaan penistaan agama yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama.
ADVERTISEMENT
Gerakan umat Islam ini bahkan tidak bisa dikelola oleh partai politik yang turut terjun di Pilgub DKI.
"Artikulasi umat Islam atas ketidakpuasan tertentu baik karena isu penistaan agama yang alot sedemikian rupa penanganannya maupun problem yang sifatnya politik, ekonomi dan budaya. Itu telah memunculkan New Islamic Movement atau gerakan Islam yang sifatnya baru dan tidak tercover oleh partai sekalipun," ujar Haedar dalam pengajian bulanan PP Muhammadiyah dengan tema 'DKI yang Relijius dan Berkemajuan' di Auditorium Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (5/5).
Haedar menuturkan, rangkaian aksi itu bukan mewakili kelompok Islam radikal, melainkan bentuk aspirasi umat yang hanya membela agamanya.
"Selalu kami dari PP Muhammadiyah mengatakan ke berbagai pihak bahwa ini bukan mewakili sekelompok kecil Islam yang orang menyebut radikal macam-macam, tapi ini mewakili islam yang lintas. Boleh jadi ini merupakan wujud dari artikulasi yang tidak tersalurkan dan akhirnya memperoleh momentum," kata Haedar.
ADVERTISEMENT
Haedar juga menampik bahwa gerakan ini menjadi ancaman bagi kebinekaan. Menurutnya, umat Islam adalah bagian dari NKRI.
"Agar tidak salah paham memposisikan tentang kekuatan mayoritas. Ini tanpa mengancam relasi sosial dengan seluruh komponen bangsa dalam suatu kesatuan yang disebut kebinekaan, karena pada dasarnya umat Islam itu selain punya rasa keagamaan sesungguhnya umat Islam itu sangat cinta kebinekaan," tambah Haedar.
"Maka, dari sini kita meyakinkan beberapa pihak bahwa ini aspirasi umat Islam yang seperti punya pakaian atau baju kesempitan dan merasa tidak pas untuk dirinya, dan akhirnya baju itu robek. Kalau baju robek bawaannya jengkel, gampang marah dan sensi," lanjutnya
Haedar mengaku saat ini timnya juga sedang menyiapkan konsep besar untuk meluruskan posisi umat Islam di Indonesia. Hal itu dilakukan dengan melakukan dialog kepada berbagai organisasi dan partai politik Islam.
ADVERTISEMENT
Baca juga:
"Saat ini terlalu kekanan-kananan kekiri-kirian bahkan ada yang ketengah-tengahan. Maka kalau mau kekuatan-kekuatan organisasi Islam, parpol-parpol Islam untuk berdialog dan mendialogkan bagaimana posisi umat Islam yang jelas di Republik Indonesia ini. Ini agenda besar kita," ujarnya.
"DKI dan juga Indonesia dibangun di atas masyarakat Indonesia yang memiliki karakter relijius karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama," tutupnya.
Sejumlah tokoh politik turut hadir dalam pengajian bulanan tersebut, di antaranya Ketua MPR Zulkifli Hasan, Wasekjen DPP PKS Mardani Ali Sera dan Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti.
Gubernur Anies Baswedan sempat hadir sebelum acara berlangsung, namun ia buru-buru meninggalkan lokasi karena harus menghadiri syukuran kemenangan di kawasan Kota Tua, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT