Khutbah Wukuf di Arafah: Cara Mendapatkan Haji yang Mabrur

11 Agustus 2019 0:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 19 Juli 2021 21:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jemaah melaksanakan wukuf di Arafah. Foto: Media Center Haji/Bahauddin
zoom-in-whitePerbesar
Jemaah melaksanakan wukuf di Arafah. Foto: Media Center Haji/Bahauddin
ADVERTISEMENT
Haji yang mabrur adalah impian setiap jemaah yang bertandang ke tanah suci Makkah. Setidaknya ada tiga cara agar seseorang mendapatkan haji mabrur. Hal ini disampaikan dalam khutbah wukuf di Arafah, Arab Saudi, Sabtu (10/8).
ADVERTISEMENT
Dalam khutbahnya, Bunyamin Ruhiyat, Naib Amirul Hajj, mengatakan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga. Untuk mendapatkan haji mabrur ini, kata Bunyamin, hal pertama yang harus dilakukan jemaah haji adalah meluruskan niat.
"Niat melaksanakannya karena Allah," kata Bunyamin dalam khutbah yang dihadiri ribuan orang tersebut.
Naib Amirul Haj, Bunyamin Ruhiyat, menyampaikan khutbah wukuf di Arafah. Foto: Media Center Haji/Darmawan
Meluruskan niat ini tercantum dalam surat Ali Imran ayat 97 dan Al Baqarah ayat 196 soal ibadah haji dan umrah. Bunyamin mengatakan, kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa berhaji harus dilakukan hanya karena Allah.
"Meski dalam berhaji diperkenankan melakukan aktivitas lain, seperti berdagang atau mencari manfaat dunia lainnya, tetapi tujuan utama berhaji adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari keridaan-Nya," kata Bunyamin.
Jemaah melaksanakan wukuf di Arafah. Foto: Media Center Haji/Bahauddin
Hal kedua yang harus dilakukan demi mencapai kemabruran haji adalah biaya haji dari sumber yang halal. Bunyamin mengutip hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang menyatakan bahwa berangkat haji dengan ongkos yang tidak halal maka ibadahnya akan tertolak.
ADVERTISEMENT
"Ada suara panggilan dari arah langit "anda tertolak", bekalmu haram, biaya yang kamu gunakan haram, dan hajimu tidak mabrur," kata Bunyamin mengutip hadis tersebut.
Sedangkan hal ketiga yang harus dilakukan jemaah agar menjadi haji yang mabrur adalah dengan melaksanakan prosesi sesuai dengan yang disyariatkan Nabi Muhammad SAW.
Jemaah haji mendaki bukit Jabal Rahmah ketika melaksanakan wukuf di Arafah. Foto: Darmawan/Media Center Haji
Berhaji, kata Bunyamin, adalah napak tilas perjalanan Nabi Ibrahim. Dalam perjalanannya selepas Nabi Ibrahim wafat, banyak penyimpangan yang dilakukan di Kakbah, sampai pada akhirnya Allah mengutus Rasulullah.
"Oleh karenanya, dalam berhaji kita harus mencontoh cara haji Rasulullah dan para sahabatnya serta amalan al-salaf al-shâlih yang mengikuti ajarannya. Rasulullah berpesan: Ambillah tata cara pelaksanaan ibadah haji (manasik) dariku," ujar Bunyamin.

Tanda Haji Mabrur

Jika ketiga syarat di atas telah terpenuhi, seseorang bisa melihat apakah dirinya menjadi mabrur berdasarkan indikasi yang disampaikan Rasulullah. Indikasi itu adalah: Memberi makan fakir miskin dan menebar salam.
Jemaah haji berdoa di atas bukit Jabal Rahmah ketika melaksanakan wukuf di Arafah. Foto: Darmawan/Media Center Haji
Bunyamin mengatakan, memberi makan fakir miskin adalah simbol kepedulian, dan menebar salam adalah simbol perdamaian. Karena itu, bila ingin mendapat haji mabrur dengan balasan surga, maka wujudkan kepedulian sosial, dan tebarkan kedamaian di tengah masyarakat setelah kembali ke tanah air.
ADVERTISEMENT
"Kita berharap, sekembali ke tanah air, para jemaah haji dapat menjadi duta perdamaian dan kepedulian, yang akan melakukan perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik," kata Bunyamin.