Kilas Balik Corona di RI: 160 Ribu Orang Meninggal, 6,7 Juta Orang Terpapar

31 Desember 2022 12:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masyarakat berjalan di terowongan Kendal, Jakarta Selatan, Jumat (30/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Masyarakat berjalan di terowongan Kendal, Jakarta Selatan, Jumat (30/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo resmi mencabut status PPKM di seluruh kabupaten/kota yang saat ini berstatus level I. Keputusan itu menyusul kasus corona di Indonesia yang menunjukkan penurunan, baik kasus aktif maupun kematian.
ADVERTISEMENT
Penurunan kasus aktif hingga kematian ini dianggap aman, karena angkanya telah berada di bawah standar WHO.
"Per 27 Desember 2022 kasus harian 1,7 kasus per 1 juta penduduk, positivity rate mingguan 3,35 persen, tingkat perawatan RS atau BOR berada di angka 4,79 persen dan angka kematian di angka 2,39 persen. Ini semuanya berada di bawah standar WHO," ucap Jokowi melalui Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (30/12).
Kasus corona di Indonesia terdeteksi pertama kali pada 2 Maret 2020.Sejak saat itu, setiap hari ada berita tentang orang yang terpapar bahkan meninggal akibat corona. Kebijakan PPKM pun diterapkan untuk menekan penularan.
Hingga 30 Desember 2022 kemarin, orang Indonesia yang terpapar corona mencapai 6.719.327. Sebanyak 160.593 di antaranya meninggal akibat virus tersebut.
ADVERTISEMENT

Rumah Sakit Hampir Kolaps

Pada awal 2021, kasus corona di Indonesia jumlahnya terus melonjak naik secara signifikan. Pada 25 Januari 2021, misalnya, akumulasi kasus corona mencapai 999.256. Dalam kurun waktu 5 bulan, tepatnya pada 21 Juni 2021, akumulasi kasusnya tembus 2 juta.
Kala itu, kondisi rumah sakit di Tanah Air bahkan berada di ambang kolaps. Tingginya jumlah pasien COVID-19 yang terus bertambah membuat rumah sakit harus memprioritaskan layanannya hanya untuk pasien bergejala sedang hingga kritis.
DKI Jakarta merupakan provinsi dengan angka kasus positif yang paling tinggi se-Indonesia. Begitu pula dengan kapasitas rumah sakit yang masih saja kurang walau sudah ditambah.
Menkes Budi Gunadi Sadikin bahkan kala itu menyebut menjelaskan pasien yang memiliki kondisi saturasi oksigen di bawah 95 persen, gejala sesak, dan memiliki komorbid merupakan pasien yang jadi prioritas menerima perawatan di RS di Jakarta
ADVERTISEMENT
"Khusus untuk Jakarta karena tempatnya penuh, untuk merawat pasien yang harus masuk rumah sakit adalah pasien-pasien dengan kondisi sedang, saturasi 95 persen ke bawah, ada sesak dan komorbid itu kita pastikan ada akses rumah sakit," kata Budi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Senin (5/7/2021).

Antibodi Masyarakat Indonesia

Di akhir tahun 2022 ini, kasus COVID-19 memang semakin menurun, Guru Besar Fakultas Kedokteran UI sekaligus Direktur Program Pascasarjana Universitas Yarsi, Profesor Tjandra Yoga Aditama memaparkan sejumlah alasan.
"Penyebab kasus COVID-19 di dunia menurun adalah antara lain: negara-negara menjalankan 3M, 3T dan vaksinasi," ujar Tjandra saat dihubungi kumparan, Senin (26/12).
Selain itu, varian corona yang ada memang tidak seganas varian-varian yang lalu. Terkait dengan antibodi, Tjandra membenarkan bahwa tingkat antibodi masyarakat Indonesia memang tinggi. Keadaan ini juga sebenarnya sejalan dengan negara-negara lain yang memiliki antibodi tinggi.
ADVERTISEMENT
"Kasus COVID-19 menurun terjadi hampir di semua negara di dunia, kecuali memang China yang angkanya dikabarkan meningkat. Maka WHO sejak September (terakhir 14 Desember) sudah mulai menyebut bahwa di tahun 2023 diharapkan kegawatdaruratan pandemi diharapkan sudah dapat dicabut," katanya.