Kilau Vanili sebagai Emas Hijau Bersanding Emas Merah Kopi

14 September 2020 12:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tumbuhan vanili di Temanggung. Foto: Kementerian Pertanian
zoom-in-whitePerbesar
Tumbuhan vanili di Temanggung. Foto: Kementerian Pertanian
ADVERTISEMENT
Sejumlah petani di beberapa daerah tetap giat dalam pembudidayaan vanili atau yang kini menjadi komoditas emas hijau. Ini menjadi tantangan bagi para petani vanili agar dapat terus bersaing di pasar internasional.
ADVERTISEMENT
Upaya pengembangan budidaya tanaman vanili menyusul permintaan pasar cenderung meningkat dan memiliki prospek yang cukup baik untuk mendorong pendapatan ekonomi.
Vanili termasuk ke dalam tujuh komoditas perkebunan yang saat ini memiliki potensi untuk peningkatan ekspor. Peningkatan produktivitas dan volume ekspor pada komoditas tersebut dilakukan melalui program Kementerian Pertanian (Kementan), khususnya Program Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah, dan Daya Saing (Grasida).
Untuk itu Kementan mendorong petani agar dapat mengembangkan atau menggenjot produksi komoditas perkebunan termasuk vanili. Guna mendukung ketersediaan vanili, sesuai arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya, yang merupakan UPT Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan, memiliki tugas dan fungsi untuk memberikan informasi dan pengawasan.
Budidaya vanili di Kabupaten Temanggung. Foto: Dok. Kementan
Kemudian instansi ini juga berperan mengembangkan komoditas perkebunan. Tujuannya agar diperoleh kualitas yang bermutu atau produktivitas yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Pada awal Juli lalu, BBPPTP Surabaya meninjau Desa Sucen di lereng Gunung Sindoro-Sumbing dengan ketinggian 600-700 mdpl dan melewati trek hamparan kebun kopi yang cukup menantang untuk sampai perkebunan vanili.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Temanggung, C Masrik Amin Zuhdi, mengatakan, perkebunan ini sebagai salah satu penghasil emas hijau tujuan ekspor Jepang.
Budidaya vanili di Kabupaten Temanggung. Foto: Dok. Kementan
Salah satu perwakilan kelompok tani, Sudin mengungkapkan sudah tiga tahun terakhir Komunitas Petani Vanili (Kompeni) Sucen menjadi langganan eksportir Jepang. Hal ini tentu saja menjadi nilai tambah ekonomi bagi petani.
Namun keberhasilan tersebut tak lepas dari pencurian terhadap tanaman yang mempunyai taksiran Rp 300 ribu per kilogram bobot basah. Hal ini pun menjadi ancaman. Berawal dari hal tersebut membuat Kompeni tidak hanya mengandalkan keuntungan dari panen saja, akan tetapi harus ada nilai tambah lain.
ADVERTISEMENT
“Saat ini Kompeni sudah dapat melayani pemesanan bibit, akan tetapi hanya dapat melayani permintaan lokal karena terkendala aspek legalitas. Besar harapan dari kegiatan identifikasi yang berlangsung dapat menghasilkan legalitas terkait peredaran vanili milik petani desa Sucen,” ujarnya dalam keterangan resmi Kementan, Senin (14/9).
Kegiatan identifikasi pun berlanjut dengan pengamatan langsung pada vanili yang ditanam di kebun milik beberapa anggota Kompeni. Cukup menarik ketika kegiatan identifikasi berlangsung karena vanili yang ditanam di kebun memiliki pola beraneka ragam.
Tanaman vanili Foto: Pixabay
Mulai dari tumpangsari vanili di greenhouse tanaman hortikultura hingga tumpangsari pada pohon penaung kopi yang dirambatkan pada bariernya.
Sudin, yang juga merupakan pemilik kebun kopi yang ditanami vanili tersebut. Ia mengatakan, pola ini sebagai salah satu cara untuk mengelabui terhadap pencurian vanili di samping menambah nilai ekonomis dari hasil panen kopi yang disebut sebagai komoditas emas merah tersebut.
ADVERTISEMENT
Alasan lainnya, Lanjut Sudin, selain memudahkan pengawasan ketika perawatan, lokasi yang cukup dekat dari rumah pemilik kebun menjadi salah satu faktor pertimbangan.
Berdasarkan dari peninjauan tim identifikasi tersebut salah satu tim identifikasi, Endang, menuturkan, hasil yang diperoleh tim dari awal hingga akhir identifikasi di Kabupaten Temanggung adalah kecenderungan varietas Vania 1 dan Vania 2, walau ada beberapa tanaman mengalami perbedaan pertumbuhan, namun tumbuh dan cenderung kembali ke ciri salah satu dari dua varietas yang telah menjadi binaan Kementan.
Menurut tim identifikasi, syarat untuk dikatakan sebagai klon unggul harapan baru masih perlu dipenuhi karena salah satu perubahan unsur genetiknya tidak bersifat stagnan.
Budidaya vanili di Kabupaten Temanggung. Foto: Dok. Kementan
Demikian pula yang disampaikan oleh Munir, selaku PBT BBPPTP Surabaya yang menjadi anggota tim identifikasi. Menurutnya, setelah teridentifikasi jelas, maka langkah selanjutnya adalah terkait aspek legalitas.
ADVERTISEMENT
“Diperlukan kerja bersama agar peredaran benih vanili di Temanggung terjamin legalitasnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan salah satunya dengan pemanfaatan kebun vanili yang sudah ada dan dengan memperhatikan kesamaan lokasi geografis, maka persyaratan luas dapat dipenuhi dengan catatan mengikuti kaidah kebun sumber benih,” katanya.
Temanggung pada zaman Hindia-Belanda terkenal dengan produksi kopi, tembakau, dan vanili sebagaimana tergambar pada lambang kabupaten tersebut. Namun terjadi pasang-surut petani dalam menikmati hasil bumi tersebut.
Perlahan ketiga komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi tersebut mulai kembali menampakkan pesona keunggulan atau potensinya. Karena ini, Temanggung dikenal sebagai The Hidden Taste of Middle Java.
----------------------------------
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
ADVERTISEMENT