Kim Jong-un Sempat Sakit 'Demam' Selama Korea Utara Arungi Wabah COVID-19

11 Agustus 2022 11:49 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kim Jong-un saat bertemu dengan pejabat militer Korut di Pyongyang, Korea Utara, Jumat (24/6/2022). Foto: KCNA via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Kim Jong-un saat bertemu dengan pejabat militer Korut di Pyongyang, Korea Utara, Jumat (24/6/2022). Foto: KCNA via REUTERS
ADVERTISEMENT
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dikabarkan sempat mengalami 'demam' sebelum negara itu mengumumkan bebas wabah COVID-19 pada Kamis (11/8).
ADVERTISEMENT
Korut sebelumnya mengeklaim bebas virus corona selama dua tahun. Negara itu kemudian mengakui wabah pertamanya pada 12 Mei.
Pemerintah mencatat sekitar 4,8 juta 'kasus demam' dari populasi 26 juta orang. Selama melaporkan kasus infeksi, Korut menggunakan 'pasien demam' daripada 'pasien corona'.
Sebagian menduga, pemilihan kata itu disebabkan oleh kurangnya kapasitas pengujian. Otoritas kesehatan hanya mengidentifikasi sebagian kecil dari kasus tersebut sebagai infeksi corona.
Kim Jong-un sendiri turut jatuh sakit. Ini merupakan kali pertama Korut mengindikasikan pemimpin tertingginya terinfeksi COVID-19.
"[Kim Jong-un] menderita demam tinggi selama hari-hari perang karantina ini, tetapi dia tidak bisa berbaring sejenak pun karena dia memikirkan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya," ungkap adik perempuan Kim Jong-un, Kim Yo-jong, dikutip dari AFP, Kamis (11/8).
Kim Yo-Jong dan Kim Jong-Un Foto: Reuters/Korea Summit Press Pool
Korut telah mengumumkan kemenangan melawan wabah tersebut. Otoritas kesehatan tidak menemukan kasus baru sejak 29 Juli.
ADVERTISEMENT
Sedari awal penyebaran, Korut melaporkan tingkat kematian 0,002 persen. Pihaknya hanya mendapati 74 kasus kematian akibat infeksi 'demam'. Kim Jong-un lantas memuji penanganan pandemi tersebut.
"Ini adalah keajaiban yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kesehatan masyarakat dunia," ujar Kim Jong-un.
Analis menduga, Korut akan mulai memusatkan perhatiannya pada prioritas lain, yakni kondisi ekonomi atau uji coba nuklir.
Para ahli kemudian kembali mempertanyakan statistik corona dari negara itu. WHO turut mengungkapkan kecurigaan serupa.
Pasalnya, Korut memiliki salah satu sistem medis terburuk di dunia. Fasilitas kesehatan negara tersebut tidak lengkap dan instalasi rawat intensif (ICU) pun hanya sedikit. Korut bahkan tidak memiliki obat maupun vaksin corona.
Aparat kepolisian mengamankan balon udara dengan selebaran anti-Korut yang dikirim kelompok pembelot di sungai sebuah bukit di Hongcheon, Korea Selatan. Foto: Yonhap via Reuters

Salahkan Korsel

Kim Yo-jong justru menyalahkan Korea Selatan atas wabah COVID-19 di Korut. Dia telah memperingatkan akan adanya pembalasan.
ADVERTISEMENT
Korut kerap mengulangi pernyataan semacam itu sebelumnya. Pihaknya mengatakan, 'hal-hal asing' di dekat perbatasan dengan Korsel membawa corona ke Korut.
Korut menggarisbawahi, WHO mengakui bahaya penyebaran virus melalui kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi. Kementerian Unifikasi Korsel membantah klaim tersebut.
"Retorika perang Kim Yo-jong mengkhawatirkan karena dia tidak hanya akan mencoba menyalahkan kebangkitan corona pada Korea Selatan, dia juga ingin membenarkan provokasi militer Korea Utara berikutnya," terang seorang profesor di Ewha University, Leif-Eric Easley.