Kisah Abdul, Bocah SD Penjual Kue di Lampu Merah Mampang

3 Agustus 2017 18:52 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Abdul Penjual Kue (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Abdul Penjual Kue (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tepat pukul 13.00 WIB, Abdul (9) tiba di sebuah gedung tak terpakai dekat lampu merah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Abdul datang bersama ibunya diantar seorang tukang ojek.
ADVERTISEMENT
Sang ibu, Munah Puji Lestari (57), membawa beberapa kotak plastik berisi kue. Turun dari sepeda motor, Abdul duduk menemani ibunya yang langsung memasukkan kue ke dalam kantong plastik bening. Masing-masing plastik berisi 5 gorengan.
Abdul yang masih memakai seragam sekolah SD itu sejenak melepas dahaga dengan membeli minum di sebuah warung tak jauh dari lampu merah.
Setelah minum, Abdul langsung menjajakan kue yang telah disiapkan ibunya kepada pengendara motor yang berhenti di lampu merah. "Pak, kue, Pak!" kata Abdul sambil menunjukkan plastik di tangannya.
Kadang ada pesepeda motor yang menerima tawaran Abdul. Namun, tak jarang yang menolak tawaran Abdul. Abdul biasa melakukan hal tersebut mulai dari pukul 13.00 WIB hingga kira-kira pukul 16.00. WIB. Saat Abdul menjajakan dagangannya, Puji selalu mengawasi dari kejauhan, takut terjadi apa-apa dengan anak kesayangannya itu.
ADVERTISEMENT
Abdul berjualan kue. (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Abdul berjualan kue. (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
Abdul berjualan bukan karena dipaksa oleh ibunya. Niat Abdul hanya ingin meringankan beban sang ibu yang sudah seharian berjualan kue. Selain itu, Abdul juga mengaku bosan sendirian di rumah saat pulang sekolah.
"Mending ikut Ibu daripada di rumah, sepi," kata Abdul.
Abdul tulus membantu. Dia juga tidak ingin merepotkan ibunya soal keinginannya membeli mainan. Abdul ingin mengumpulkan uang sedikit-sedikit dari hasil berjualan kue.
"Dede pengin PS (PlayStation), ya udah Dede bantuin Mama ya biar punya PS," kata Abdul polos.
Puji sempat melarang anaknya ikut berjualan, namun Abdul tetap bersikukuh ingin membantu ibunya.
"Udah Dede aja, Mama kan udah ngiter," kata Puji mengulang perkataan Abdul. Puji biasa berkeliling menjajakan kue ke kantor-kantor di wilayah Mampang sambil menunggu Abdul pulang.
ADVERTISEMENT
Ibu Abdul, yang menemani Abdul berjualan (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu Abdul, yang menemani Abdul berjualan (Foto: Johanes Hutabarat/kumparan)
Puji bercerita kini ia sendirian mengurus Abdul dan 4 kakaknya setelah sang suami meninggal karena kecelakaan kerja. "Kalau sekarang sendiri, ngempanin (memberi makan) anak lima," kata Puji.
Membiarkan anak bekerja membuat Puji dicibir orang-orang. Mereka menyayangkan sikap Puji yang mengizinkan anaknya jualan di lampu merah. Meski begitu, Puji tak ambil pusing. Selama Abdul menjalankan pekerjaannya dengan senang, dia akan mendukung Abdul.
"Kalau (orang) yang enggak tahu pasti begitu," kata Puji.
Untungnya pihak sekolah Abdul bisa memahami kondisi Puji dan 5 anaknya. Guru-guru di sekolah Abdul tak masalah Abdul bekerja menjual kue, apalagi selama ini prestasi Abdul tidak terganggu.
"Guru-gurunya ngerti (Abdul berjualan). Alhamdulillah ya paling kecil (nilai Abdul) 80," klaim Puji.
ADVERTISEMENT
Kisah Abdul yang berjualan di lampu merah sempat viral di dunia maya setelah seorang pengguna Facebook mengunggah foto dan menceritakan pengalamannya melihat Abdul di lampu merah Mampang dan menceritakan empatinya terhadap Abdul. Netizen mengapresiasi sikap Abdul yang tidak malu berjualan dan niat tulusnya membantu ibunya.