Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
9 Ramadhan 1446 HMinggu, 09 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Kisah Bondan dan Investigasi Menguak Emas BreX
29 November 2017 11:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB

ADVERTISEMENT
Bondan 'Maknyuss' Winarno meninggal pada Rabu (29/11), di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta sekitar pukul 09.00 WIB. Ia mengembuskan napas terakhirnya di usia 67 tahun.
ADVERTISEMENT
Bondan sendiri dikenal sebagai presenter kuliner. Pengalamannya menjelajah wisata kuliner di Indonesia bahkan sudah tak diragukan lagi. Ungkapan 'Pokok e maknyus!' menjadi tagline yang begitu melekat dalam diri Bondan.
Namun, dari sekian banyak pengalamannya di bidang kuliner, tak banyak yang mengetahui bahwa Bondan juga merupakan wartawan investigasi skala internasional. Salah satu karya terbaiknya ditelurkan melalui buku yang berjudul BreX: Sebongkah Emas di Kaki Pelangi (1997).

Dalam buku itu, Bondan menceritakan pengalamannya melakukan investigasi terkait kasus penipuan Michael De Guzman, seorang manajer eksplorasi tambang PT BreX Corps. Kasus itu bermula saat De Guzman melakukan penelitian terkait tambang emas yang berada di Busang, Kalimantan Timur. Saat itu, De Guzman melakukan kebohongan publik dengan menyebut kandungan emas di Busang amat melimpah, bahkan terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Setelah melakukan pengumuman itu, Saham BreX pun melambung naik. Banyak investor yang menawarkan bantuan dana ke perusahaan De Guzman untuk melakukan eksplorasi.
Investigasi Bondan bermula pada Maret 1997, muncul pemberitaan bahwa De Guzman bunuh diri dengan lompat dari helikopter di pedalaman Kalimantan Timur. Kematian De Guzman yang secara tiba-tiba itu menimbulkan tanya di benak Bondan. Bagaimana bisa seseorang melakukan aksi bunuh diri ketika karirnya tengah berada di puncak?
Bondan lalu melakukan investigasi dengan melakukan perjalanan menuju Busang, lokasi Guzman jatuh dari Helikopter. Di sana, Bondan merangkum informasi dari berbagai pihak, mulai dari penjaga kamar mayat hingga seluruh pihak yang mengurusi kematian Guzman. Dalam investigasinya, Bondan menduga, tragedi bunuh diri itu merupakan skenario dari Guzman agar ia terbebas dari buruan para investor dan Pemerintah Indonesia, lantaran telah melakukan penipuan.

Tak puas dengan hasil investigasinya di Kalimantan, Bondan pun terbang menuju Manila, Filipina, tempat De Guzman dimakamkan. Di sana, lagi-lagi Bondan menemukan kejanggalan. Makam De Guzman terlihat sepi dari karangan bunga. Bahkan, dari pengamatannya, tak ada keluarga De Guzman yang berziarah di makam itu.
ADVERTISEMENT
Kecurigaan Bondan semakin kuat, ketika ia berhasil berkomunikasi dengan salah seorang kawan De Guzman, Priatna Laode. Priatna menjelaskan, De Guzman memiliki kebiasaan mencopot gigi palsunya sebelum tidur. Ia pun mengkonfirmasi kabar itu dan mengetahui ternyata mayat di makam yang diduga milik De Guzman itu tak memakai gigi palsu.
Investigasi yang dilakukannya itu sempat menyeret Bondan ke meja hijau. Berdasarkan informasi yang dihimpun kumparan (kumparan.com), Bondan dilaporkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi saat itu, Ida Bagus Sudjana, terkait pencemaran nama baik.
Pada akhirnya, gugatan itu dimenangkan oleh Sudjana. Imbasnya, Bondan harus membayar denda dan memutuskan untuk menarik buku investigasinya itu dari pasaran. Tapi apa yang dilakukan Bondan menguak mata publik. Ada kebohongan besar dari isu BreX.
ADVERTISEMENT
Kini, pelopor wisata kuliner dan wartawan lepas investigasi itu telah menghadap Tuhan Yang Maha Esa. Meninggalkan kenangan akan kuliner dan investigasi yang memukau. Selamat jalan, Pak Bondan!