Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Kisah Entin Sang Penyintas 2 Gempa: 7 Anggota Keluarga Meninggal, 2 Rumah Rusak
15 Desember 2022 16:41 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,2 magnitudo yang memporak-porandakan Kampung Babakan Caringin, Desa Cikangkareng, Kecamatan Cibinong Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada September 2009 silam belum hilang dari ingatan Entin (62).
ADVERTISEMENT
Saat bencana gempa bumi 5,6 magnitudo mengguncang Cianjur, Senin (21/11) lalu, Entin kembali merasakan trauma yang sangat dalam.
Pasca gempa bumi 7,2 magnitudo mengguncang kampung halamannya yang menewaskan tujuh anggota keluarganya, Entin memutuskan pindah dari Cikangkareng karena rumah dan tanahnya tertimbun longsor akibat gempa bumi.
Entin memutuskan, pindah ke Kampung Longkewang Desa Gasol Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur sebagai tempat tinggalnya. Dia pindah bersama kedua orang tuanya serta 3 anaknya.
Entin mengungkapkan, saat gempa bumi 2009 silam anak dan menantu serta dua cucunya meninggal dunia karena rumahnya tertimbun longsor. Selain itu, keluarga adiknya pun turut tertimbun.
"Tujuh anggota keluarga saya menjadi korban longsor akibat gempa bumi tahun 2009 di Cikangkareng. Lalu saya pindah ke sini (Kampung Longkewang). Dan peristiwa gempa terjadi lagi menghancurkan rumah saya. Padahal trauma akibat gempa waktu itu masih belum hilang," tutur Entin saat ditemui di Posko Pengungsian Kampung Longkewang RT 03 RW 05 Desa Gasol Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur, Kamis (15/12).
ADVERTISEMENT
Entin mengaku saat kejadian di Cikangkareng, dia sedang menjenguk anaknya yang sedang sekolah di kota Cianjur. Dia mendengar peristiwa gempa yang menimpa kampung halamannya, tapi tidak bisa menghubungi keluarganya.
"Saat itu, bersama adik saya, langsung pulang karena khawatir tidak ada yang bisa dihubungi. Ternyata rumah saya sudah hancur, orang tua saya sudah mengungsi, dan beberapa anggota keluarga seperti anak, menantu, cucu, dan keluarga adik sudah menjadi korban," ujar Entin.
Entin pun memutus pindah membawa keluarganya ke Cianjur dan memilih pemukiman yang berada di pinggiran kota Cianjur, yakni Kampung Longkewang, Desa Gasol, sekitar 7 kilometer dari pusat kota. Dia pindah membawa orang tua dan 3 anaknya.
"Kami tidak tahu akan mengalami kejadian gempa seperti dulu. Sekarang alhamdulillah tidak ada korban jiwa, semua selamat, tapi rumah kami yang secara bertahap dibangun dari uang bantuan dan penjualan tanah di Cikangkareng sekarang hancur," kata Entin.
ADVERTISEMENT
Entin dan ibunya, Hj Ooh (82) tampak berusaha untuk tegar. Mereka tinggal di tenda di depan reruntuhan rumahnya bersama 4 keluarga lain. Ada meja dan kursi tamu yang tak utuh di depan pintu tenda untuk berkumpul.
"Meja dan kursi kami ambil dari reruntuhan rumah, sedangkan barang-barang lain tak ada yang selamat," imbuh Entin.
Anak bungsu, Entin, Ina Nuryan (25) mengatakan pada saat gempa tahun 2009, dia masih duduk di kelas 6 sekolah dasar. Ina juga mengaku hingga saat ini trauma gempa masih dirasakan meskipun saat itu dia masih kanak-kanak.
"Pas gempa terjadi lagi di sini, saya teringat gempa dulu. Kami sekeluarga menjadi korban. Rumah ambruk, kakak saya meninggal dunia bersama suami dan anak-anaknya," kata Ina.
ADVERTISEMENT
Ina menuturkan, saat gempa yang terjadi Senin (21/11), dia bersama ibu dan neneknya baru beres menunaikan salat zuhur. Dia melompat ke luar rumah sambil menyeret neneknya yang masih mengenakan mukena.
"Kami melompat ke luar. Suasana gelap karena debu yang berasal dari rumah-rumah yang ambruk. Saya ketakutan karena teringat kejadian serupa di Cikangkareng dulu," tutur Ina.
Gempa bumi 2009 yang berkekuatan 7,2 Magnitudo mengakibatkan 31 korban meninggal dunia dan puluhan lainnya dinyatakan hilang tertimbun longsor di Kampung Babakan Caringin Desa Cikangkareng Kecamatan Cibinong Kabupaten Cianjur. Pusat gempa saat itu berada di Samudera Indonesia, selatan Pulau Jawa.
Ribuan rumah di Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, hingga ke Jawa Tengah rusak. Puluhan orang meninggal dunia, paling banyak di Desa Cikangkareng Kecamatan Cibinong Kabupaten Cianjur.
ADVERTISEMENT
Sementara gempa bumi 2022 yang berkekuatan 5,6 Magnitudo mengakibatkan 602 korban meninggal dunia dan belasan orang masih dinyatakan hilang. Ribuan rumah rusak di 16 kecamatan. Tiga kecamatan, yakni Cugenang, Warungkondang, dan Cianjur merupakan daerah paling parah karena pusat gempa terjadi di Kecamatan Cugenang.