Kisah Fatima, Pilot Berhijab Pertama di India

21 Januari 2018 13:56 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Syeda Salva Fatima (Foto: Twitter @udaan_trust)
zoom-in-whitePerbesar
Syeda Salva Fatima (Foto: Twitter @udaan_trust)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pepatah yang mengatakan gantungkan mimpimu setinggi langit, suatu saat kau akan meraihnya, ternyata memang benar adanya. Hal itu seperti yang dialami oleh Syeda Salva Fatima, wanita asal India yang berhasil menjadi pilot berhijab pertama di negaranya.
ADVERTISEMENT
Menjadi pilot merupakan mimpinya sejak kecil. Meski tak jarang orang menganggap cita-cita Fatima adalah khayalan belaka lantaran ekonomi keluarganya yang sulit. Tetapi anak seorang tukang roti ini berhasil membuktikan bahwa semuanya bisa menjadi mungkin jika mau berusaha.
Hal itu berawal sejak dirinya lulus SMA, ia mengikuti free coaching Engineering, Agriculture and Medical Common Entrance Test (EAMCET). Dalam Sesi pelatihan yang di isi oleh Zahid Ali Khan, Editor The Siasat Daily, Fatima ditanya mengenai cita-citanya.
"Saya ingin jadi pilot, itulah alasan mengapa saya berada di tempat ini" kata Fatima.
Dikutip dari BDCnews, Minggu (21/1), mendengar jawaban Fatima, Zahid Ali Khan pun terkagum-kagum. Hingga akhirnya, ia bersama teman-temannya memutuskan membantu biaya pelatihan pilot Fatima.
ADVERTISEMENT
Setelah 5 tahun ia menjalani pelatihan di Andhra Pradesh Aviation Academy sejak 2007 dan mendapatkan Commercial Pilot’s Licence (CPL) pada tahun 2013, kini ia menjadi satu di antara 4 orang Muslim pertama yang mendapatkan CPL di India.
Selama lima tahun mengikuti pelatihan, ia melakukan penerbangan selama 200 jam menggunakan pesawat Gessna 152 dan 123 jam terbang secara sendiri.
Pilot Syeda Salva Fatima  (Foto: Facebook/Inside Aviation World)
zoom-in-whitePerbesar
Pilot Syeda Salva Fatima (Foto: Facebook/Inside Aviation World)
Tak hanya itu, Fatima kemudian juga mengikuti latihan dan memiliki jam terbang tinggi untuk mendapatkan penilaian yang bagus sehingga layak menjadi pilot profesional. Meski begitu, di usia Fatima yang menginjak 24 tahun, orang tuanya meminta agar ia segera menikah. Fatima pun akhirnya menuruti keinginan orang tuanya itu.
Ketika dirinya sedang hamil empat bulan, pemerintah Telangana memberikan bantuan biaya untuk mengikuti pelatihan di Telangana Aviation Academy for multi-engine training. Ia pun terpaksa harus menunggu satu tahun untuk mengikuti pelatihan tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah dirinya melahirkan bayi perempuan, banyak orang yang bertanya apakah Fatima masih akan terus menjalani profesinya sebagai pilot. Fatima pun mengiyakan pertanyaan tersebut.
"Tidak mudah bagi saya untuk mencapai semua ini dan tentunya membutuhkan waktu yang lama. Jadi, untuk apa saya mundur," ujar Fatima.
Setelah menunggu selama setahun, Fatima kemudian bersiap mengikuti pelatihan di Akademi Penerbangan Telangana. Namun sayang, pesawat yang akan ia pakai sedang tidak bisa digunakan karena telah mengalami kecelakaan.
"Meski beberapa masalah terus berdatangan, tetapi saya tidak menyerah. Saya akhirnnya melakukan pelatihan di luar negeri," tuturnya.
Di Selandia Baru, ia juga kembali berlatih menerbangkan pesawat bermesin-ganda selama 15 jam dan berlatih simulator selama 10 jam. Lalu di Gulf Aviation Akademi, Bahrain, dia berlatih menerbangkan Airbus dari layar multi-fungsi selama 52 jam dan mesin simulasi selama 62 jam.
ADVERTISEMENT
Syeda Salva Fatima berpesan kepada seluruh perempuan agar memiliki tujuan yang jelas dalam hidup serta selalu berpikir positif.
"Miliki tujuan yang jelas dan pemikiran positif. Dedikasi dan kerja keras jangan disia-siakan," Pesan Fatima.