Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Kisah Febri dan Satria, Mendulang Asa dari Botol dan Kardus Bekas
14 Maret 2025 10:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Suasana wilayah Kampung Sumur, Klender, Jakarta Timur, siang itu cukup tenang. Sejumlah warga tampak berbincang di depan warung, sementara anak-anak belum banyak bermain di siang yang terik itu. Namun tampak, Febrianti dan adiknya Bimo, dua anak pemulung di kawasan itu yang sedang bersantai.
ADVERTISEMENT
Febri tampak tersenyum malu saat kumparan menemuinya di kawasan Kampung Sumur. Kawasan ini sebagian besar dihuni pendatang yang bekerja sebagai pemulung, buruh bangunan, dan lainnya.
Orang tua Febri salah satunya. Setiap sore, ibunda Febri, Halimah, berjalan dengan gerobaknya di sekitar Pondok Bambu, Jakarta Timur. Febri juga ikut memulung bersama ibu dan adiknya. Gadis berusia 7 tahun itu sudah ikut ibu memulung botol plastik dan kardus semenjak masih bayi. Panasnya jalanan dan debu yang beterbangan sudah jadi teman Febri sehari-hari.
Febri dan keluarganya tinggal di sebuah kontrakan satu petak sederhana. Di lantai satu, terdapat kamar mandi dan ruang untuk menaruh hasil memulung. Sementara kamar tidur keluarga Febri ada di lantai dua, bersebelahan dengan sejumlah kamar kontrakan lain. Terdapat dapur kecil persis di depan kamarnya. Setiap hari, Febri sekolah sampai pukul 10.00 WIB, kemudian beristirahat, mengerjakan PR, mengaji, lalu ikut ibu memulung sampai malam.
ADVERTISEMENT
“Saya paling suka pelajaran bahasa Indonesia dan agama Islam,” kata Febri.
“Cita-cita saya ingin jadi dokter anak,” tambahnya.
Kegiatan Febri pun tidak banyak berubah di bulan Ramadan; dia tetap memulung di jalanan.
Nah, untuk menyambut hari raya Lebaran kali ini, Febri ingin punya baju yang bagus untuk merayakan Lebaran yang akan dipakai jalan-jalan, khususnya yang bergambar karakter Labubu.
Tak jauh dari rumah Febri, di ujung jalan, terletak rumah Satria Bagas Maulana, siswa kelas 6 SD yang juga memulung. Sama seperti Febri, Satria ikut memulung sampah botol dan kardus bersama sang ibu, Marini.
Di rumah kontrakan tiga petak, Satria tinggal bersama ayah, ibu, dan kakak-kakaknya. Dia merupakan anak bungsu dari lima bersaudara.
Sehari-harinya, usai pulang sekolah pukul 12.30 WIB, dia beristirahat sejenak sebelum ikut ibundanya memulung di daerah Pondok Bambu. Dia pergi memulung ba’da Asar sekitar pukul 16.00 WIB dan baru kembali ke rumah pukul 21.00 WIB. Semua ini dilakukan demi bisa mendapat sekitar Rp 25-30 ribu sebagai penghasilan dari memulung dalam satu hari.
ADVERTISEMENT
Anak laki-laki yang hobi main bola ini gemar memelihara burung dara di rumahnya. Kini, ada 5 ekor burung dara yang diperlihara di sebuah lemari bekas yang dijadikan kandang.
Satria berharap, saat Lebaran nanti, dia bisa membeli perlengkapan sekolah, baju bagus, hingga menambah koleksi burung peliharaannya.
“Ingin punya baju bagus buat Lebaran. Saya juga ingin beli sepatu sekolah dan seragam sekolah, soalnya akan masuk SMP sebentar lagi,” ujar Satria.
Ibu Satria, Marini, menuturkan, penghasilannya di bulan Ramadan cukup berkurang. Namun, ini tak mengurangi semangatnya mendulang rupiah, bahkan memulung di pagi dan sore hari.
“Pagi saya mulung sendiri, sore baru dengan Satria. Sekarang-sekarang ini agak sepi karena puasa, orang jarang minum,” kata Marini.
ADVERTISEMENT
Di tengah keterbatasan, Febri dan Satria terus berjuang untuk mimpi mereka di masa depan. Meskipun kadang lelah harus berjalan jauh untuk memulung, keduanya punya semangat untuk terus sekolah dan mencari berkah di bulan Ramadan.
Oleh karena itu, di bulan penuh berkah ini, kumparan mengajak kamu untuk menjadikan Ramadan lebih bermakna. Mari kita berbagi kehangatan dan menghadirkan senyuman bagi Febri, Satria, dan teman-temannya melalui #SharingKebaikan Cerita Baru untuk Bajumu.
Satu baju yang tak lagi terpakai di lemari kita namun masih layak, bisa menjadi kebahagiaan bagi mereka. Mari ciptakan cerita baru dan lanjutkan kebaikan bersama.