Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Kisah Hasanuddin, Marbut Masjid BSD Pergi Haji: Takjub Melihat Masjid Nabawi
13 Mei 2025 10:32 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Hasanuddin terlihat mondar-mandir di Masjid Nabawi, Madinah. Ia terus-terusan memandang masjid megah itu seakan-akan belum percaya kalau benar-benar bisa menunaikan ibadah haji tahun ini.
ADVERTISEMENT
Kakek berusia 80 tahun itu merupakan seorang marbut. Saat tiba di Tanah Suci, ia sempat mengalami disorientasi. Setelah dua hari, ia mulai sehat dan bisa beribadah dengan tenang di Masjid Nabawi.
"Saya hanya tukang sapu dan bersih-bersih di Masjid Baitul Hikmah kompleks BSD Serpong,โ ungkap Hasanuddin di Madinah.
Sorot matanya berbinar-binar saat menceritakan kisah hidupnya. Hasanuddin berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Ia sewaktu muda nekat menjadi perantau dengan niat bisa mengubah nasib.
Di samping menjadi marbut, Hasanuddin nyambi kerja di biro penjualan tiket perjalanan, tugasnya mengantar tiket pesanan untuk menambah penghasilan.
Saat merantau, Hasanuddin ditemani istrinya. Sedangkan anak-anaknya berada di kampung halaman. Ia sebenarnya mempunyai enam anak, tetapi tinggal dua karena empat lainnya meninggal sewaktu masih kecil.
ADVERTISEMENT
Kehidupan Hasanuddin sempat terpuruk saat mengenang istrinya meninggal dunia pada 2004 atau 21 tahun lalu. Namun kisah hidupnya harus terus berjalan. Ia percaya karena Tuhan memiliki rencana yang indah untuknya.
Setelah wafatnya sang istri, Hasanuddin terus mengabdikan dirinya di Masjid Baitul Hikmah, menjadi marbut di salah satu masjid besar di kawasan BSD Serpong, Tangerang. Di tempat itu juga muncul fase kedua kehidupan berkeluarga bagi Hasanuddin.
Hasanuddin mengenal Sani, seorang janda anak dua yang ditinggal wafat suaminya. Almarhum suami Sani juga berprofesi sebagai marbut masjid, sama seperti Hasanuddin.
"Ketemu saya dengan kakek Hasan [Hasanuddin] juga di Masjid Baitul Hikmah, tempat saya biasa ikut majelis taklim di sana," kenang Sani yang ke Tanah Suci bersama Hasanuddin.
ADVERTISEMENT
Sani asli orang Jakarta. Ia memiliki warisan dari orang tuanya, punya warung kuliner cukup laris dan juga memiliki tujuh petak kamar yang dikontrakkan. Hidupnya secara materi cukup baik.
Semasa suami pertama Sani masih hidup, mereka memang sudah mau mendaftar haji. Belum sempat mendaftar, suaminya lebih dulu dipanggil Tuhan.
"Dulu saya berniat untuk menghajikan suami, karena telah wafat, lalu saya menikah lagi, maka suami ini (Hasanuddin) yang saya hajikan," ujar Sani.
Sani dan kakek Hasanuddin mendaftar haji pada 2012. Selama penantian berangkat haji, Sani sempat umrah sendiri pada 2019.
"Sewaktu umrah saya ajak suami ini, tapi gak mau, katanya karena sudah daftar haji, ya saya berangkat sendiri," terang Sani yang kini berusia 67 tahun.
ADVERTISEMENT