Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Inspiratif: Penjaga Hutan Wanagama Berhasil Kuliahkan Anaknya S3 di Jepang
19 Juni 2020 10:31 WIB
ADVERTISEMENT
Kisah inspiratif datang dari seorang penjaga Hutan Wanagama di Gunungkidul, DI Yogyakarta , bernama Tukiyat (51). Bertempat tinggal di tengah Hutan Wanagama sejak 1991 tak menyurutkan Tukiyat memberikan pendidikan terbaik bagi buah hatinya.
ADVERTISEMENT
Berbekal pendidikan dari alam sekitar, sang anak Sawitri (26) mampu meraih pendidikan maksimal hingga jenjang S3 di Jepang.
"Paling main di sekitar hutan atau membaca buku di rumah," kata Tukiyat dalam rilis humas Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diterima kumparan, Jumat (19/6).
Wanagama merupakan hutan yang dikelola UGM. Tukiyat bercerita selama bertugas di sana, istri dan anaknya juga tinggal di hutan, tanpa tetangga. Namun siapa sangka, pohon dan semak belukar ini justru mengantar Sawitri berprestasi di bidang akademik.
Perempuan kelahiran Gunungkidul, 26 Juni 1994 ini sudah masuk salah satu SMA favorit di Gunungkidul, yaitu SMAN 1 Wonosari, dan lulus tahun 2011. Sawitri kemudian berkuliah di Fakultas Kehutanan UGM dengan mengambil Prodi Silvikultur.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, dia langsung mengambil S2 di prodi yang sama. Baru pada 2017, dia mengambil S3 di Jepang .
"Sejak 2017 lalu (Sawitri) mengambil S3 di Jepang," ujar Tukiyat.
Sawitri kecil sebenarnya sudah menghadapi kisah berliku. Dia sering ditinggal Tukiyat bertugas masuk ke dalam hutan yang lokasinya jauh. Di sana Tukiyat bertugas menyemai benih. Mau tak mau, Sawitri sementara waktu bersama ibunya yang bertugas sebagai koki saat ada tamu menginap di wisma Wanagama.
"Untungnya anaknya penurut," ujarnya.
Si anak penurut ini, menurut Tukiyat, memang sudah hobi membaca sejak kecil. Bahan bacaannya pun tak jauh-jauh dari kehutanan, yang kelak dia berprestasi di bidang tersebut. Koleksi buku di perpustakaan Wanagama pun tak dibiarkan begitu saja oleh Sawitri. Dia rajin membacanya.
ADVERTISEMENT
"Sempat saya larang karena materinya bukan untuk anak SD seusianya. Sejak kecil itu ia sudah hafal nama-nama latin dari jenis-jenis pohon, karena ia juga sering mendengar saat ada dosen dan mahasiswa lagi praktik lapangan," ujarnya.
Sejak kecil pula, mental tangguh Sawitri sudah terbentuk. Lantaran tinggal di hutan , Sawitri harus berjalan kali sejauh 2 kilometer menuju SD dan SMP terdekat dari tempat tinggalnya.
"Ia jalan kaki sendiri, saya tidak pernah mengantar. Pas SMA di Kota Wonosari, ia jalan kaki menuju jalan besar, lalu naik bus ke kota," pungkasnya.
Kini, rasa bahagia Tukiyat semakin paripurna. Sang anak semata wayangnya ini telah memberi kabar dari Jepang bahwa tak lama lagi pulang. Sang anak telah berhasil menyelesaikan pendidikan doktornya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Sawitri menjelaskan mengambil kuliah program doktor di Prodi Biosphere Resource Science and Technologi dengan menekuni kajian genetika hutan di Universitas Tsubuka. Pendidikan doktornya ini akan rampung pada September atau ditempuh tepat 3 tahun.
"Tinggal menunggu ujian doktor akhir Juli depan,” kata Sawitri.
Meski sempat kesulitan menekuni bidang teknologi molekuler, tetapi Sawitri terus bekerja keras untuk menyelesaikan studinya. Dia ingin bidang studi ini dapat bermanfaat bagi ekologi dan ekonomi di Indonesia.
"Harapan saya, bidang ilmu yang saya tekuni ini bisa mengombinasikan pemuliaan tanaman terutama hutan di Indonesia untuk mendukung baik secara ekologi dan ekonomi terutama untuk hutan sebagai penghasil kayu," ujarnya.
Menurutnya, pencapaian saat ini adalah kekuatan doa dan tekad kedua orang tua. Kondisi-kondisi yang penuh keterbatasan menjadi motivasi Sawitri kuliah setinggi-tingginya.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
*****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.
Live Update