Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Setiap pukul 08.00 WIB, Khaula Mar’atush Sholihah memulai harinya dengan melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ ). Dengan gawai seadanya yang dimiliki di rumah, remaja berusia 17 tahun ini tetap semangat untuk menuntut ilmu.
ADVERTISEMENT
Ayahnya adalah seorang buruh harian lepas sekaligus marbot musala setempat. Sedangkan keseharian ibunya memasak nasi kuning yang kelak akan dijual oleh sang ayah.
Saat ini, Khaula tinggal bersama orang tua dan seorang kakak. Ia juga mempunyai seorang adik yang sedang bersekolah di pondok pesantren.
Keluarga Khaula tinggal di daerah Cilodong, Depok, Jawa Barat. Setiap pagi sebelum PJJ dimulai, Khaula selalu membantu ibunya memasak nasi kuning yang akan dijual.
Sekarang Khaula duduk di kelas 3 SMK. Selama PJJ , ia menggunakan satu-satunya gawai yang dimilikinya bersama keluarga.
“Aku kan hp cuma satu, ini juga punya ibu jadi pakai berdua tapi dalam satu hp saya bikin dua akun WhatsApp. Ya kuota dan gawai termasuk kendala. Ibu saya jadi nunggu hp-nya dulu kalau mau pakai,” kata Khaula kepada kumparan, Rabu (12/8).
ADVERTISEMENT
Untuk membeli kuota gawai, Khaula hanya mengandalkan pendapatan orang tuanya. Namun pendapatan kedua orang tuanya jika digabungkan tetap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk membeli kuota.
“Selama PJJ kan butuh kuota ya yang banyak. Apalagi pakai aplikasi [Google] meet kan. Jadi orang tua ngusahain supaya mampu beli kuota,” lanjut Khaula.
Pendapatan orang tua Khaula memang tidak banyak. Sang ayah hanya menghasilkan Rp 1 juta setiap bulan. Sedangkan pendapatan bersih dari hasil jualan nasi kuning ibunya kira-kira sebesar Rp120 ribu per hari.
“Kalau dibilang kurang sih ya. Alhamdulillah masih bisa bersyukur. Kadang kalau dagangan lagi nggak laku ya makan makanan yang nggak laku,” katanya.
Meskipun penggunaan gawai terbatas tak lantas membuat Khaula malas belajar. Bahkan di hari libur, ia tetap semangat belajar meluangkan waktu untuk mempersiapkan diri masuk ke perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
“Kadang buka hp nyari-nyari soal ujian-ujian online gitu buat kuliah UTBK, SBMPTN, PTN, PTS,” tuturnya.
====
Kisah Khaula merupakan sedikit gambaran mengenai realitas peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran jarak jauh saat ini. Di luar sana masih banyak anak lain yang bernasib serupa dan bahkan lebih memilukan.
Oleh karena itu melalui campaign #BisaSekolah #UnitGawaiDarurat yang merupakah hasil kolaborasi antara kumparanDerma, Kitabisa dan GREDU kami mengajak kita semua untuk bersama-sama membantu Khaula dan siswa/i lainnya di luar sana untuk bisa tetap menjalani kegiatan belajar mengajar dengan baik di masa PJJ seperti ini tanpa perlu khawatir mimpi mereka pupus dikarenakan ketersediaan gawai atau fasilitas penunjang lainnya yang kurang di rumah mereka masing-masing.
ADVERTISEMENT
Mari Donasi sekarang